Chereads / Irresistible sin / Chapter 6 - Chapter 4

Chapter 6 - Chapter 4

Hampir seluruh pasang mata pengunjung kafe itu melihat ke sebuah meja yang ditempati dua wanita muda dan terletak di sudut ruang setelah bunyi gebrakan itu terdengar.

"Aku tidak tahu kalau Kak Ava itu bodoh!" Seru gadis berkacamata itu sambil menggebrak meja lalu mendengus kesal. "Bisa-bisanya Kakak menyuruhku mendukung hubungan Kak Aidan dengan si rubah betina!"

Ava menghela napas pelan. Tingkah adik bungsunya tidak pernah berubah. Melani selalu bertingkah berlebihan seakan tidak pernah memerhatikan situasi dan kondisi sekitar.

"Kamu tidak perlu berlebihan seperti itu, Mel. Aku hanya menyampaikan pesan Kakak," gumam Ava dengan suara tenang seperti biasa.

Ava memang tidak pernah kehilangan ketenangannya. Emosinya terkendali dan selalu menggunakan kepala dingin. Bahkan hampir tidak pernah wanita berusia dua puluh sembilan tahun itu marah.

Melani memutar bola matanya. "Apa kalau Kak Aidan menyuruh Kakak mati, Kakak juga akan melakukannya?"

"Jangan sangkut pautkan aku dalam masalah ini."

Melani menyeringai puas. Perubahan dalam roman wajah kakak perempuan yang terpaut enam tahun darinya itu terlihat sangat jelas. Akhirnya, ekspresi poker face yang tampak seperti topeng itu mulai retak dan Melani bersumpah akan melepas topeng kakaknya hari ini.

"Apa Kakak rela Kak Aidan menikahi rubah betina itu? Apa Kakak tidak sakit hati dan sedih melihat Kak Aidan bersama wanita itu?"

Tubuh Ava menegang tapi wanita itu lalu memejamkan mata sejenak untuk mendapatkan ketenangannya kembali.

"Rencana pernikahan mereka tidak ada hubungannya denganku."

"Oh, ayolah, Kak! Kenapa Kakak tidak mau mengakui perasaan Kakak pada Kak Aidan? Kenapa Kakak selalu menutupinya?!" ucap Melani setengah berteriak dan terlihat frustrasi.

Melani tidak menyangka kakak perempuannya sangat kepala dan tidak mau mengakui perasaannya pada kakak laki-lakinya.

"Berhentilah membohongi dirimu sendiri, Kak. Aku tahu dari kecil kalau Kakak mencintai Kak Aidan dan aku yakin sampai sekarang pun perasaan itu pasti masih sama!"

"Mela—"

"Apa Kakak tahu sejak kecil aku selalu iri pada kedekatan Kakak dengan Kak Aidan. Aku merasa Kak Aidan lebih memerhatikanmu daripada aku."

"Kak Aidan tidak pernah membedakan kita, Mel."

"Mungkin saja." Melani mengendikkan bahu lalu mendesah. "Tapi aku berpikir kalau kalian memiliki ikatan spesial. Aku selalu merasa tersisihkan dan itu membuatku takut sehingga aku menceritakannya pada Mama dan Kakak ditam—"

"Cukup, Mel!" Ava menyela Melani dengan intonasi tinggi dan topeng tebal yang menyembunyikan emosinya benar-benar telah hancur.

Ava terlihat sangat marah. Roman wajahnya yang tenang dan nyaris tanpa ekspresi itu berubah. Tatapan matanya tajam dengan rahang mengeras dan ekspresi itu sangat mengintimadasi.

Melani meneguk salivanya susah payah dan tidak menyangka bisa membuka topeng kakaknya dengan cepat. "Sejak dulu aku selalu ingin meminta maaf. Karena bualanku tentang perasaan Kakak pada Kak Aidan, Mama marah dan menampar Kakak hingga Papa harus turun tangan dan menghentikan Mama."

"Bualanmu tidak sepenuhnya omong kosong. Nyatanya, dulu aku memang menyukai Kak Aidan dan tidak menganggapnya sebagai Kakak setelah mengetahui jika aku dan dia tidak memiliki hubungan darah."

"Tapi pernikahan dengan saudara tiri masih sah secara hukum dan agama, Kak."

"Apa kamu berpikir aku akan menghancurkan keharmonisan keluarga kita dan merusak hubungan Kak Aidan dengan Violet?"

"Papa bilang akan mendukung dan membujuk Mama kalau kalian memang memiliki perasaan yang sama," ucap Melani dengan senyum kecil.

"A—apa?!" Ava tidak lagi menyembunyikan keterkejutannya. "Bagaimana bisa?"

"Aku sudah bertanya pendapat Papa saat aku tahu Kak Aidan jadian dengan Violet minggu lalu."

Mulut Ava kini menganga lebar dan terlihat benar-benar sangat terkejut. Ava tidak habis pikir adik kecilnya yang jahil bisa senekat itu.

"Hubungi aku kalau Kakak memutuskan bersama Kak Aidan. Aku akan menjadi sekutu terkuat Kakak dengan senang hati."