Beberapa jam setelah pernikahan bencana itu terjadi, Aidan mengurung diri di kamar hotel yang seharusnya menjadi ruang untuk malam pertama pria itu dengan istrinya. Dengan sebotol wine berkualitas, Aidan menenggelamkan dirinya dari realita yang tidak sulit dia terima-kenyataan calon istrinya pergi bersama pria lain di hari pernikahan mereka. Harga diri Aidan sebagai pria hancur dan meninggalkan puing memalukan.
Terdengar ketukan dari pintu dan Aidan yang sedikit mabuk berjalan sempoyongan lalu membuka pintu dan mempersilakan wanita itu masuk. Tanpa menghiraukan adiknya, Aidan kini memilih merebahkan diri di sofa dan mengabaikan Ava yang terlihat mencemaskan keadaannya.
"Kakak tidak apa-apa?" tanya Ava pada pria yang saat ini berbaring di sofa krem yang panjang.
Aidan menengadah menatap atap dengan tatapan mata kosong. Semangatnya menghilang layaknya daun yang gugur di musim gugur.
"Bagaimana mungkin aku baik-baik saja setelah semua itu terjadi?" tanyanya dengan suara dingin setelah menyadari kehadiran Ava yang duduk di sampingnya.
Aidan lalu bangkit dan duduk. Dia merasa tidak sepatutnya kemarahannya ditujukan ke wanita yang sangat membantunya hari ini. "Maaf, merepotkanmu."
Setelah peristiwa itu, Ava berusaha menenangkan para tamu lalu membatalkan seluruh acara yang disusun dalam wedding party dan honeymoon. Keluarga besar Aidan sudah lepas tangan karena merasa malu dengan peristiwa itu. Apa yang menjadi dugaan mereka benar-benar terjadi, Violet bukan wanita baik seperti yang Aidan pikirkan.
Ava menggeleng. "Nope. Aku tidak masalah dengan semua itu. Lagipula, ini semua bukan salah Kakak...."-melainkan salahku.
Ava menyesali perbuatannya hingga Aidan dirudung kekecewaan dan kesedihan. Violet memang memilih pergi bersama pria lain tanpa memedulikan perasaan Aidan dan beruntungnya wanita itu juga mungkin segera keluar dari rumah sakit keluarga Aryasha.
Keheningan merayapi, Aidan larut dalam pikirannya sendiri. Wajahnya kelam dan tampak sendu.
"Kak," gumam Ava agar Aidan memerhatikannya kembali.
Aidan menatap Ava lalu pria itu mengulum senyum kecil. Senyum yang mungkin berusaha menenangkan Ava agar tidak mencemaskannya. Wajah Aidan lalu berubah terkejut. Seolah tak percaya apa yang baru saja Ava lakukan padanya.
Ava meraih dagunya lalu mencium Aidan dengan sangat lembut dan wanita itu berniat mengulangi perbuatannya tetapi kali ini tangan wanita itu membingkai wajah Aidan terlebih dahulu sebelum memperdalam ciumannya.