Ava menghela napas panjang. Beban kerjanya kini terasa sangat berat. Malam ini dia berjaga dan mendapat banyak sekali pasien. Dia hampir tidak bisa berhenti setelah menangani korban kebakaran yang dilarikan ke rumah sakit. Saat Ava berjalan menuju parkir mobil, matanya menangkap Violet tampak berdebat dengan seorang pria dengan penampilan berantakan di pagi buta.
Ava segera menyembunyikan diri. Dia berada di posisi titik buta di antara keduanya, terlebih ia dapat mendengar jelas perdebatan kedua orang itu. Dengan penasaran Ava memutuskan menguping perdebatan kedua orang yang menarik keingintahuannya.
"Kenapa kamu ke sini lagi?" tukas Violet dengan suara tidak senang menghadapi kehadiran pria itu.
Ava tidak pernah melihat pria itu tetapi instingnya berkata pria berwajah blasteran dan mirip ras kaukasian itu memiliki hubungan yang tidak biasa dengan Violet.
"Karena kamu tidak mau mendengarkan penjelasan saya!"
"Penjelasan apa lagi? Hubungan kita sudah berakhir. Saya mau buka lembaran baru, Ryan."
Mantan kekasih Violetkah? Ava tidak pernah tahu Violet memiliki kekasih. Selama ini Violet memang banyak ditargetkan banyak pria. Tidak hanya pasien dan keluarga pasien tetapi juga beberapa dokter muda. Namun, selama ini hati Violet belum pernah tertambat kecuali Aidan.
"Saya masih sayang sama kamu, Violet. Saya ingin kita kembali. Saya akan berusaha membahagiakan kamu," gumamnya dengan suara memohon. "Seharusnya kamu melakukan itu saat anak kita masih di rahim saya. Saat kita masih punya kesempatan untuk memperbaiki segalanya..."
Anak? Violet pernah hamil? Apakah rumor itu benar yang mengatakan kalau Violet melakukan aborsi semasa SMA? Pertanyaan-pertanyaan itu segera mengambil alih isi kepala Ava.
Dulu ketika Violet masih berstatus trainee di rumah sakit, Ava pernah mendengar rumor jika Violet aborsi. Namun rumor yang diembuskan oleh kawan sejawatnya segera menghilang. Tidak lebih gosip murahan karena kedengkian akan kepopuleran Violet di rumah sakit. Lagipula, Violet tidak terganggu dengan rumor itu.
"Jangan pernah ganggu kehidupan saya lagi!" tukas Violet kemudian berlari pergi meninggalkan pria itu sendirian.
Ava tercengang. Violet bersikap berbeda dengan image yang dibangun wanita itu selama ini. Ava merasa Violet bukan gadis lembut nan rapuh yang mirip seperti gelas yang akan pecah bila disentuh. Violet mungkin manipulatif dan menggunakan tubuh mungilnya untuk menjerat Aidan.
Emosi gelap yang bersumber dari kobaran amarahnya segera memenuhi hatinya. Ava tidak akan pernah rela menyerahkan pria yang dicintainya pada wanita seperti Violet. Dia bersumpah akan melakukan segala cara untuk mengambil Aidan dari wanita serigala berbulu domba tersebut.