Raut wajah Gu Yian juga sama buruknya. Namun, tangannya masih berada di pinggang belakang Mu Chuqing, dia pun mendorong wanita itu masuk ke dalam lift.
"Tuan muda Gu…" Zuo Yi yang berdiri di sudut di dalam lift menyapa Gu Yian dengan terkejut. Dia lalu menatap wanita yang berada di sebelah pria itu, lalu mulutnya setengah terbuka karena terkejut. Dia pun otomatis bergerak semakin ke ujung sudut lift tersebut.
Lift itu kini dipenuhi dengan suasana yang aneh dan sangat hening.
Mu Chuqing berdiri di depan pintu lift yang memiliki dekorasi sangat mewah. Pencahayaan lift tersebut sangat cerah dan sekelilingnya terbuat dari stainless steel yang seperti cermin. Dia mengangkat pandangan matanya sedikit, kemudian melihat bahwa pria yang lebih tinggi yang berada di belakangnya sedang menatapnya melalui cermin.
Pria itu mengenakan setelan Armani hitam, tubuhnya cukup tinggi dan ramping. Dia berdiri di sana dengan tenang seperti sebuah patung bangsawan. Namun, sepasang matanya menyipit sedikit saat ini, tajam seperti mata burung pemangsa. Mata itu terlihat jahat dan menyeramkan di bawah cahaya indah dari lift. Tatapan mata itu menatap Mu Chuqing dengan erat, sehingga seluruh tubuh wanita itu terasa tidak nyaman seolah-olah ditumbuhi duri.
Tiba-tiba, Mu Chuqing merasakan pinggangnya dirangkul dengan erat. Lalu, dirinya ditarik Gu Yian ke dalam pelukannya. Dia mengangkat matanya menatapnya dengan khawatir, tetapi pria itu justru menunduk dan tersenyum padanya.
Melihat pemandangan itu, alis Sheng Yuchen bergerak, sementara sepasang mata hitam miliknya menatap pria dan wanita yang ada di depannya. Kini seluruh tubuhnya memancarkan aura dingin yang sangat kuat.
Pintu lift pun akhirnya terbuka, Gu Yian langsung menarik Mu Chuqing dan berjalan keluar dengan tatapan seperti tidak terjadi apa-apa. Sedangkan Sheng Yuchen masih berdiri di dalam lift dengan tatapan yang sangat dingin dan gelap. Wajahnya yang tampan terlihat tegang, sepertinya kemarahan di dalam hatinya tidak bisa reda untuk waktu yang lama.
"Bos..." Zuo Yi dengan hati-hati memanggil Sheng Yuchen. Lalu, bosnya itu tampak menarik kembali pandangan matanya dan melangkah keluar dari lift.
Saat keluar dari pintu hotel, Mu Chuqing kemudian mengendarai mobilnya dan pergi. Begitu pula dengan Gu Yian juga berjalan menuju mobilnya.
"Yian!"
Tiba-tiba seseorang memanggilnya Gu Yian. Dia membalikkan badan dan menatap Sheng Yuchen dengan tatapan dingin.
"Ada apa?" jawab Gu Yian.
Sheng Yuchen berjalan mendekati Gu Yian dan menatap pria itu beberapa saat. "Tidak apa-apa, ayahku sudah beberapa kali membicarakanmu. Jadi, kalau ada waktu datanglah ke rumah."
Gu Yian menarik tatapan matanya dan berkata, "Aku tahu…"
Melihat Gu Yian pergi, Sheng Yuchen memindahkan tatapan matanya dan berjalan ke mobilnya, lalu duduk di kursi pengemudi.
"Bos!!" Zuo Yi bergegas untuk mengejarnya, tetapi mobil itu meluncur sangat cepat. Tangannya yang dia julurkan terdiam beberapa detik di sana. Lalu, akhirnya dia menurunkan tangannya dan menepuk bagian belakang kepalanya. Dia kemudian memasukkan tangannya ke saku celananya dan mengeluarkan ponselnya.
"Halo, You Yi, apakah kamu punya waktu? Ayo keluar untuk bertemu," ajak Zuo Yi pada seseorang di seberang telepon.
"Memangnya aku sudah tidak sayang pada nyawaku?" jawab You Yi
"Oh, jangan khawatir. Bos tidak punya waktu untuk berurusan denganmu sekarang."
"..."
***
Mu Chuqing tiba di daerah tempat tinggalnya, dia memarkir mobilnya. Bra yang dia kenakan membuatnya merasa tidak nyaman, sehingga tanpa sadar dia membenarkan pakaian dalamnya.
Tiba-tiba, Mu Chuqing membayangkan Gu Yian yang memasuki toko pakaian wanita. Wajah pria itu pasti menjadi merah, lalu dengan wajah malu harus menjawab berbagai pertanyaan dari penjual di toko tersebut, pasti sangat canggung.
"Hahaha..." Mu Chuqing tertawa dengan suara rendah, lalu menggelengkan kepala. Dia baru menyadari, ternyata sekarang dirinya memiliki sesuatu yang tidak baik soal Gu Yian.
Tetapi, dia membeli satu nomor lebih kecil dari ukuranku, apakah dadaku terlihat tidak besar ya? Batin Mu Chuqing.
Mu Chuqing pun menundukan kepala untuk melihat dadanya yang terlihat penuh itu. Saat itu, tiba-tiba terdengar sebuah suara yang dingin di atas kepalanya.
"Sekarang kamu bersama Gu Yian?"