Chereads / ANGGITA and HER STORIES / Chapter 12 - Dua Belas

Chapter 12 - Dua Belas

🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Jangan lupa KOMEN & VOTE nya yaa..

Happy Reading..

Maap kalo banyak Typonya yaa..

🌻🌻🌻🌻🌻🌻

"Urusan kita belum kelar!" desis Alfa dingin dan penuh dengan penekanan.

Dan Gita hanya bisa menelan ludah, Gita merasa sudah mengeruk kuburannya sendiri. Tak memperdulikan ucapan Alfa,  Gita langsung berjalan cepat menuju kelasnya, rasanya Gita tidak mau hari ini cepat berlalu.

"Muka lo kenapa, Git? " tanya Amel.

"Emang muka gue kenapa?" tanya Gita balik.

"Muka lo kusut banget gitu! Ini tuh masih pagi kali, Git," sindir Amel.

"Lo ga tau sih,  pagi-pagi gini, gue udah kena urusan pelik." curhat Gita sambil meletakkan kepalanya di atas meja.

"Yaelah Git,  pagi-pagi bahasa lo udah berat aja. Urusan pelik apa sih?" tanya Amel kepo.

"Lo tau ga?" kata Gita berjeda sambil berpikir sejenak.

"Ya ga taulah, kan lo belom cerita!" Dengkus Amel yang dihadiahi tabokan di lengannya oleh Gita.

"Ya dasar dodol, kan gue belom kelar ngomongnya. Ih, dasar lo mah, Mel, bikin gue tambah bete tau gak." keluh Gita memanyunkan bibirnya.

"Ya abisnya, lo lama banget sih ngejeda kalimat lo,  seakan gue udah tau aja apa yang bakal lo omongin." ketus Amel.

"Ih,  ya udah deh, jadi mau ga nih aku ceritain?" kata Gita bernegosisasi dan amel mengangguk semangat.

Sebelum bel masuk berbunyi, Gita menceritakan kejadian tadi pagi pada Amel begitu juga mengenai kemungkinan kecemburuan Alfa padanya meskipun itu hanya 0,00001% sih.

Mengenai Andrew pun tak luput dalam cerita Gita pada Amel,  Amel sendiri mendengarkan dengan serius tanpa memotong. Selesai Gita menceritakan semuanya,  Pak Edward masuk kelas untuk memulai pelajaran mereka.

"Elaaah,  baru juga gue mau komentar,  nih Bapak udah masuk aja sih. Ga asik, keburu lupa!" gerutu Amel ditanggapi dengan cengiran khas Gita.

"Biar lo ga lupa,  tulis aja dulu di buku,  ntar istirahat baru deh sampein ke gue. Cerdaskan, ide gue." ucap Gita memberi saran dan diangguki oleh Amel.

"Lo emang sahabat gue yang kelewat cerdas malahan, Git. Keren ide lo, tapi sayang gue ga goblok-goblok amat mau ngikutinnya. Huh.." gerutu Amel dan Gita terkekeh.

Gita dan Amel fokus mengikuti semua pelajaran yang diterangkan oleh Pak Edward,  guru Geografi mereka. Melupakan sejenak pembahasan mereka tadi.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Ponsel Gita bergetar, menandakan ada notifikasi masuk. Saat dilihat ternyata nama Andrew yang muncul di layar ponselnya. Ada perasaan penasaran untuk lebih mengenal sosok Andrew yang ternyata menyenangkan saat diajak chat.

Gita yakin,  cowok berhoodie merah itu adalah pribadi yang menyenangkan. Di dalam pesannya,  Andrew mengajak Gita untuk bertemu satu sama lain. Namun,  Gita sendiri belum berani memberi kepastian,  karena dia harus cari cara agar bertemu Andrew tanpa ketahuan oleh calon suaminya,  Kak Alfa.

Ah,  mengingat nama itu rasanya perasaan Gita nano nano ramai rasanya. Dirinya tidak ingin cepat-cepat mendengar bel pulang sekolah,  Gita masih mengingat jelas bagaimana raut wajah Alfa tadi pagi terhadapnya. Seram!

Saat ini sudah istirahat jam kedua,  Gita dan Amel memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Keduanya mau mengembalikan buku cerita yang kemarin mereka pinjam untuk keperluan tugas. Suasana perpustakaan yang selalu tampak lenggang membuat Gita maupun Amel selalu jenuh untuk masuk ke sini.

Namun,  tidak untuk kali ini. Mata Gita menangkap sosok yang tidak asing lagi sedang duduk bersampingan berdua. Mereka tampak serasi bersama,  Ivonnie Verzika, kakak kelas yang terkenal sebagai Queen sekolah,  salah satu cewek hits dan most wanted dikalangan para cowok.

Entah kenapa, rasa jengkel dan kesal hinggap tiba-tiba di diri Gita saat melihat kebersamaan antara Alfa dan Ivon. Tidak ada hal yang spesial sebenarnya yang dilakukan Alfa maupun Ivon, mereka berdua hanya tampak serius mengerjakan sesuatu pada laptop masing-masing, tapi memang dasar perasaan Gita labil, pemandangan seperti itu mengganggu matanya dan membuatnya kesal.

Gita dengan sengaja menjatuhkan buku yang tengah di pegangnya berharap Alfa melihat dan menegurnya namun, harapan tinggal harapan. Alfa dan Ivon sama-sama menoleh sekilas dan kemudian kembali fokus pada laptop mereka. Rasa kesal yang Gita rasakan berlipat ganda saat mendapatkan perlakuan tak acuh dari Alfa.

Demi Tuhan, sepertinya Gita sakit, ya! Dia mulai terjangkit sakit jiwa karena berpacaran dengan makhluk dingin semacam Alfa.

Amel hanya melihat Gita dengan tatapan aneh, Gita dengan cepat mencatat namanya dalam buku pengembalian kepeminjaman di perpustakaan. Gadis itu ingin cepat pergi dari sana, sebelum hatinya makin kesal.

" Lo kenapa sih, Ta? Muka lo tuh ga banget tau gak?" kata Amel pada Gita saat mereka menuju kelas namun, Gita hanya diam tidak menggubris ucapan Amel.

Pikiran Gita masih tertinggal pada kebersamaan Alfa dan Ivon. Dirinya benar-benar terusik dan Gita benci mengakui jika dirinya cemburu. Dan sepanjang pelajaran terakhir, Gita hanya diam, mengabaikan sekelilingnya.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Bel pulang sekolah bergema, Gita ogah-ogahan menyusun peralatan tulis menulisnya ke dalam tas. Moodnya benar-benar tidak dalam keadaan baik. Amel yang sudah sangat mengenal baik sifat moody Gita hanya berpamitan seadanya, dia tidak mau menjadi tempat pelampiasan keBETEan Gita.

Sosok makhluk paling dingin seantero sekolah sudah berdiri di depan pintu menatap gadis berambut panjang yang masih bertopang dagu melamun. Di kelasnya hanya tinggal, Gita seorang tanpa disadarinya.

" Butuh waktu berapa lama lagi kamu mau melamun?" Suara berat dan dingin yang sangat Gita kenal mengagetkan Gita, sehingga Gita cepat menoleh lalu mendengkus kesal.

Gadis itu mengabaikan ucapan Alfa dan segera bangkit dari tempat duduknya sambil mengamati sekitarnya yang ternyata sudah sepi, tinggal dirinya sendiri. Gita meringis bodoh dalam hati, rasa kesal membuatnya tidak fokus ternyata.

Gita melewati tubuh jangkung milik Alfa tanpa berucap apapun, Alfa mengerenyitkan dahi, bukan kah seharusnya dia yang marah. Tapi kenapa siang ini malah tingkah Gita yang seolah Alfa berbuat sesuatu kesalahan besar. Alfa menarik lengan Gita, sehingga gadis itu berhenti tiba-tiba dan terkejut.

"Ih, apaan sih. Udah deh, sana pergi. Aku mau pulang sendiri." ketus Gita sambil mencoba melepaskan pegangan Alfa pada lengannya. Alfa menatap Gita dengan tatapan tanpa ekspresi seperti biasanya.

"Urusan kita belum kelar. Aku ga akan ngebiarin kamu pulang sendiri. Sekarang ikut aku!" Perintah Alfa sambil menggeret lengan Gita menuju parkiran mobilnya.

Sifat otoriter Alfa kembali muncul disaat sifat keras kepala Gita timbul. Ingin rasanya Gita membantah lagi namun, akan percuma, dirinya akan tetap kalah berdebat dengan cowok kulkas macem Alfa ini.

Gita mengikuti kemauan Alfa, dirinya duduk manis di dalam mobil lantas membuang wajah menatap jendela sebelah kirinya. Gita mogok ngomong pada Alfa.

Mobil Alfa mengarah pada suatu tempat, yang diketahui Gita itu adalah tempat makan. Biar pun otoriter, harus Gita akui jika Alfa masih punya rasa kasihan pada perutnya yang memang keroncongan bahkan untuk berbicara pun rasanya malas sekali.

Cowok dingin itu memarkirkan mobilnya dan turun tanpa memberi aba-aba pada Gita namun, rasa malu dan kesal harus dikesampingkan, karena rasa laparlah yang menguasainya. Gita berjalan mendahului Alfa dan memilih duduk di pojok dengan view pemandangan alam semak belukar.

Resto itu tidak begitu ramai, karena sudah lewat dari jam makan siang. Gita langsung memesan makanan tanpa menghiraukan tatapan aneh yang diberikan oleh Alfa. Setelah Alfa dan Gita memesan makanan. Gita memilih untuk mengecek ponselnya dan membalas semua chat yang dikirimkan padanya tak terkecuali Andrew.

Alfa memperhatikan wajah Gita yang tengah senyum senyum dengan pandangan dinginnya. Gita lagi-lagi mengabaikannya, mengabaikan Alfa yang berada di depannya.

Makanan pesanan Gita dan Alfa tiba dan mereka berdua fokus pada makanan masing-masing namun, sesekali Gita mencuri pandang pada layar ponselnya dan tersenyum. Nafsu makan Alfa menguap begitu saja. Alfa meletakkan sendok dan garpu dengan posisi tertutup di atas piring menandakan dirinya telah selesai makan, meskipun masih cukup banyak nasi yang ada di dalam piringnya.

Gita menoleh sekilas dan mengacuhkannya. Gadis itu menyedot strawberry mojito pesanannya sambil kembali lagi menatap ponselnya. Alfa beranjak dari tempat duduknya dan merebut ponsel Gita secara paksa dan memasukkan ponsel Gita dalam kantung celana sekolah.

Gita melotot tajam pada Alfa yang merebut ponselnya secara tiba-tiba, Gita berdiri berkacang pinggang menatap Alfa berani. 

"Kak Alfa, apaan sih?" sungut Gita kesal pada tindakan Alfa.

Alfa bersedekap tangan balas menatap tajam wajah Anggita dihadapannya.

"Kamu selingkuh?" tanya Alfa to the point membuat Gita tercengang atas ucapan atau pertanyaan yang ke luar dari mulut Alfa. Gita menggeleng terperangah.

"Kakak gila ya? Nuduh sembarangan?  Bukannya kakak yang selingkuh, kenapa balik nuduh aku yang selingkuh? Selingkuh teriak selingkuh!" Omelan balik dari Gita membuat Alfa berkerut bingung.

"Kamu mau buat pengalihan isu?" tanya Alfa mulai kesal.

"Loh... Loh... Ngapain aku bikin pengalihan isu,  yang ada kak Alfa yang lagi mau pengalihan Isu!! Ngaku deh, sudah berapa lama jadian sama Kak Ivonnie?" kata Gita dengan menggebu tanpa sadar mengeluarkan rasa kesal yang mengganggunya sedari tadi.

"What? Ivon? Kamu ini kenapa sih?" Alfa benar-benar bingung maksud ucapan Gita padanya.

"Udah deh kak,  ga usah nyangkal lagi. Ngaku deh!  Udah berapa lama jadian sama Kak Ivon? Kalo udah punya pacar, ngapain mau jadi calon suami aku." Gita mengeluarkan unek-uneknya.

"Stop it,  Anggita!" desis Alfa penuh dengan penekanan dan emosi,  Gita mendadak diam mendengar ucapan Alfa.

"Kamu!" Tunjuk Alfa kesal pada Gita,  Alfa mengusap wajahnya kasar dan menghela napas beratnya.

"Astaga!  Dapat pemikiran dari mana kamu,  kalo aku pacaran sama Ivon.  Dengar baik-baik, Anggita Adevia Prayetno! Ivonnie itu teman aku, TEMAN! Kami di perpus tadi cuma ngerjain laporan yang sudah ditunggu oleh Bu Irma. Kamu bahkan tau,  kalo aku lagi serius ngerjain sesuatu di sana. Orang mana pun yang liat ga akan punya pemikiran yang sama kayak kamu. Kecuali... " Alfa menatap lekat wajah Gita,  Gita mendongak balas menatap Alfa.

"Kecuali apa?" tanya Gita polos sekaligus penasaran.

Alfa tersenyum samar, untuk pertama kalinya Gita melihat Alfa tersenyum meskipun hanya sedikit yang ditunjukkannya.

"Kecuali kamu cemburu sama aku" desis Alfa pelan.

Gita diam dan terpaku. Apa benar, dirinya cemburu?  Bukankah dirinya hanya kesal.

"Sekarang kembali ke masalah awal, coba kamu jelasin siapa itu Andrew?" 

Disaat pikiran Gita merambah kemana-mana,  pertanyaan dari Alfa mengembalikannya ke alam nyata

"Andrew? Hah? " Gita lambat loading.

"Yang bikin fokus kamu seharian ini ke ponsel kamu. Kamu chat dengan Andrew kan? Kamu selingkuh?" tuding Alfa.

"Hah? " kaget Gita, dirinya masih dibingungkan dengan perasaannya sendiri dan sekarang Alfa malah menuduhnya selingkuh.

"Hah? Hah? Kamu mau ngeles? Aku lihat namanya Andrew yang bikin kamu senyam senyum sendiri." kata Alfa kesal.

"Hah? Jadi Kakak kepoin chatnya ya?  Astaga!" ucap Gita sambil menepuk dahinya.

"Chatnya Andrew bikin aku seneng,  dibanding chat sama kakak. Udah aslinya kayak batu es, makhluk ciptaan Tuhan yang muka sama sifatnya kayak Kanebo Kering." ucap Gita lantang.

Alfa menatap Gita tajam, geram mendengar ucapan yang dilontarkan Gita mengenai perbandingan antara dirinya dan si Andrew, Andrew itu.

"Tapi kenapa kakak uring-uringan sih, aku cuma chat Andrew aja. Apa jangan-jangan, Kakak cemburu, yaa?" tuding Gita membuat Alfa diam dan mukanya memerah.

Gita menatap polos Alfa dengan tatapan penuh tanya. Sialnya, tatapan Gita seperti itu membuat Alfa jadi lupa ingin memberikan hukuman pada gadis itu. MENYEBALKAN! 

🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Aku tau hidupmu bukan tentang aku aja,

Tapi pahamilah,

aku cemburu kalo kamu asik dengan orang lain

( Bebbyshin)