Gunung esnya disayang-sayang dulu ya sekarang ๐คฃ๐คฃ
Mo liat sejauh apa kalian muji2 si gunung es ๐๐๐
Happy Reading gengs
KOMEN + VOTE jangan lupa!
Kan gampang tinggal pencet doang wkwkwkw
โ๏ธโ๏ธโ๏ธโ๏ธโ๏ธ
Gita dan Amel akhirnya berjalan keluar kelas. Alangkah terkejutnya Gita dan Amel ketika hendak berbelok mendapati Kak Alfa berdiri menyender di dinding kelas mereka. Jantung Gita berdetak cepat, entah mengapa pikiran akan pelukan Alfa tadi siang seketika terlintas diotaknya.
"Kak Alfa ngapain di sini?" tanya Gita basa-basi yang hanya ditanggapi dengan raut wajah datar Alfa yang memandangnya intens.
Alfa meraih telapak tangan Gita untuk ia genggam tanpa permisi membuat Gita terkejut dan Amel ikut malu-malu melihat perlakuan Alfa pada sahabatnya itu.
Tanpa berucap apapun, Alfa menarik Gita dengan telapak tangannya dan mereka berjalan bersisian dengan tangan saling bertaut. Gita masih dengan keterkejutannya memandangi telapak tangannya yang digenggam erat oleh Alfa. Mau tak mau, Gita tersenyum samar, sedangkan Alfa berjalan seperti biasa tanpa ekspresi apapun.
Gita sadar lalu menoleh ke belakang sambil melambai tangan pada Amel dengan bahasa bibir mengatakan, 'Gue duluan!'
โ๏ธโ๏ธโ๏ธโ๏ธโ๏ธ
Gita duduk dengan tenang di samping Alfa yang sedang mengendarai mobilnya. Sesekali Gita mencuri pandang pada cowok dingin itu.
"Kenapa? Terpesona? Ngapain kamu ngelirik-ngelirik gitu? Liat langsung aja ga bayar kok," ucapan Alfa yang membuat Gita salah tingkah.
"Kak Alfa kepedean banget sih!" elak Gita karena ketauan sedang curi-curi pandang.
"Loh! Ini kita mau ke mana? Heh... Ini bukan jalan balik ke rumah Gita, Kak?" tanya Gita penasaran pada Alfa.
"Emang!" jawab Alfa singkat padat dan menyengkelkan.
"Ya terus? Kita mau ke mana?" tanya Gita lagi.
"Bawel!" Ketus Alfa yang membuat Gita seketika mengkeret di tempat.
Dari pada ngomong atau nanya terus kena marah, Gita lebih milih meratapi jendela di sampingnya dalam diam.
Hampir sepuluh menit berlalu, Alfa melirik ke arah tempat duduk di sampingnya. Di sana Gita terlihat menyandarkan kepalanya pada pintu mobil dengan mulut yang sedikit terbuka.
Gadis ajaib di mata Alfa. Alfa tersenyum kecil melihat penampilan gadis itu. Kehadiran Gita membawa warna baru dalam kehidupan Alfa yang selama ini cukup monoton. Gadis cerewet yang akan menjadi istrinya. Istri hasil perjodohan di usia belia mereka. Cukup gila kedengarannya, tapi inilah kenyataannya.
โ๏ธโ๏ธโ๏ธโ๏ธโ๏ธ
"Keboo... Hei, bangun. Buruan! Hei, keboo!" Alfa menoel pipi Gita. Salah satu cara untuk membangunkan gadis yang tidurnya terlihat begitu lelap.
Gadis itu bergerak, meregangkan tangannya yang terasa kebas, menguap tanpa malu dan mengucek kedua matanya pelan. Gita memandang lurus ke depan sambil mengumpulkan nyawanya yang sempat bertebaran ke sana kemari dalam alam mimpi.
Setelah cukup sadar, gadis itu menoleh ke samping kanan tempat duduknya. Di sana ada Alfa yang sedang sibuk merapikan rambutnya dari kaca spion.
"Kirain mati!" ucap Alfa.
Gita mencebikkan bibirnya mendengar sindiran macem bon cabe dari Alfa. Gita kembali memandang Alfa yang sekarang sedang membereskan barang bawaannya.
"Kenapa?" tanya Alfa ketus tanpa menoleh Gita.
"Kita di mana, kak? Kok gelep? Kakak mau ngapain aku?" Sesaat setelah Gita mengedarkan pandangannya pada sekeliling mereka. Mereka saat itu berada di parkiran apartmen.
"Di mana aja boleh! Ayo, buruan turun!" perintah Alfa.
Gita bergegas turun dan berjalan cepat menyusul Alfa yang sudah berada di depannya. Cowok dingin itu berada di depan pintu lift lalu menekan tombol angka lima belas. Pintu lift terbuka dan buru-buru Gita ikut masuk membuntuti Alfa.
Sepanjang mata memandang, Gita melihat deretan pintu. Ia akhirnya menyadari jika mereka sedang berada di sebuah apartmen. Gadis itu juga merasa ia sudah pernah datang ke sana saat Alfa marah dengannya.
Apartmen tersebut masuk dalam kategori mewah. Bagaimana tidak, saat melihat dari jendela, gadis itu menyadari jika mereka berada di wilayah yang terkenal dengan mall-mal besar dan apartmen mewah yang ia tahu penghuninya sebagian besar orang asing.
'Gila! Apartmen mewah ini punya siapa? Ya kali, Kak Alfa bisa beli apart mewah begini?' batin Gita sambil mengamati isi dalam apartmen sesaat setelah mereka masuk ke dalam ruangan.
"Kak Alfa, kita ngapain ke sini?" Gita memberanikan diri untuk bertanya pada Alfa dengan jantung yang berdebar di atas normal. Gadis itu kembali teringat kejadian Alfa marah padanya perihal foto Dimas di instagramnya. Ia takut, Alfa akan bertindak seperti itu lagi padanya.
Alfa hanya diam meninggalkan Gita sendirian, cowok itu memilih masuk ke dalam salah satu ruangan yang ada di dalam apartmen tersebut.
Gita berdecih dan melotot tak percaya, ia diabaikan begitu aja.
"Dasar gunung es!" umpat Gita.
Alfa ke luar dari ruangan itu sudah berganti pakaian dan wajahnya terlihat lebih segar. Gita kembali lagi ngotot bertanya sampai Alfa mau menjawabnya.
"Kak Alfa, ini apartmen siapa? Kenapa kita di sini?" Gita bertanya dengan suara lebih keras dan lantang.
Alfa melirik Gita namun, tetap diam sambil menghidupkan tv di hadapannya.
"Kak Alfa bisu ya? Ck! Aku tuh nanya! Jawab kek," keluh Gita.
"Gila! Sebegitu susahnya ya ngomong. Apa musti di bayar dulu, baru mau jawab pertanyaan aku?" gerutu Gita.
"Bawel banget sih!" celetuk Alfa.
Gita menghentakan kakinya kesal.
"Oh, yah udah, aku gak akan nanya apa-apa lagi. Kak Alfa tuh emang super duper nyebelin ya. Ih... Astaga!" ucap Gita gregetan.
Gita memilih pergi ke arah jendela. Gadis itu membuka gordeng dan mulutnya menganga karena terpana dengan pemandangan yang ada di luar jendela.
Jalanan padat Ibukota, gedung-gedung pencakar langit yang sama tingginya dengan Apartmen ini dan langit sore yang warnanya jingga.
"We Oh We, WOW!!! Gila, ini viewnya keren banget. Astaga, begini toh rasanya ngeliat kemacetan dari gedung tinggi. Selama ini gue ngeliat cuma dari instastory-nya Anya Geraldine doang! Anjir, norak banget gue," Gumam Gita ketika takjub melihat pemandangan dari lantai lima belas.
"Kak Alfa, sini deh. Liat nih, viewnya bagus banget. Langitnya kece terus di bawah tuh lagi macet parah. Kalo begini sih, mending gak usah kemana-mana, duduk diem di sini aja," Gita ngoceh panjang lebar tanpa sadar melanggar ucapannya sendiri pada Alfa, sehingga cowok itu geleng-geleng dengan tingkah Gita.
Alfa meletakan dua buah cup mie kuah rasa bakso dan dua gelas air putih di atas meja ruang santai. Alfa menselonjorkan kakinya sambil menatap TV dan mencari channel musik kesukaannya. Alfa makan mie dengan tenang sambil diiringi oleh lagu dari Shawn Mendes - Imagination.
Gita yang mencium aroma mie rebus kesukaannya beralih menatap ke atas meja yang ada di depan Alfa.
"Kak Alfa kok gak nawarin aku sih? Malah makan sendiri." Gumam Gita yang kini duduk di sebelah Alfa.
Alfa menoleh sekilas dan matanya kembali lagi menatap layar kaca.
"Aku kira kamu lebih milih mandangi macet dibanding makan. Kalo sudah makan dibersihi, jangan sampe ada kotoran yang jatoh-jatoh." ucap Alfa yang membuat Gita mengangguk semangat.
Gita mengancungkan kedua jempolnya ke arah Alfa. Lalu beralih mengambil cup mienya. Gadis itu memakan mienya dengan tenang dan lahap membuat Alfa tertarik untuk meliriknya.
Setelah makan, Alfa beranjak dari sofa yang ia duduki bersama dengan Gita. Mata Gita mengikuti ke mana perginya gunung es itu. Ternyata Alfa masuk ke dalam ruangan yang berbeda dari yang tadi ia masuki.
Alhasil, karena tingkat kekepoan Gita yang luar biasa. Gadis itu memakan mienya dengan cepat dan membersihkan sekitar tempat duduknya lalu membereskan sisa makanannya.
Gita berjalan mengendap dan mengintip apa yang dilakukan Alfa di dalam ruangan itu. Ternyata pacar eh, ralat calon suaminya sedang fokus belajar.
Sisi iseng Gita muncul begitu saja. Gita berlari mengambil ponselnya dan memotret calon suaminya yang mirip gunung es serta irit suara itu untuk ia posting ke Instagramnya.
@AnggitaAP : Serius gitu aja masih ganteng ๐ Kak Alfa
Posting !!!
Gita tersenyum manis saat melihat foto Alfa sudah berada di salah satu feed instagramnya.
โ๏ธโ๏ธโ๏ธโ๏ธโ๏ธ