Guntur tidak percaya bahwa Shabi belum bersiap sama sekali, cewek imut itu masih memakai kaos oblong plus celana pendek.
Rambutnya bahkan dikuncir asal, sambil memegang keripik kentang dalam toples.
Jujur Guntur bener-bener harus memiliki ekstra kesabaran menghadapi sikap Shabi.
Dua bulan berpacaran, tidak ada seharipun mereka absen cekcok.
Dari hal sepele sampai hal gak penting , pasti akan menjadi bahan pertengkaran untuk mereka berdua.
"kenapa belum siap-siap? Gue kan udah bilang jam 6 sore gue jemput."
Guntur menatap jengkel cewek imut dihadapannya ini, mengacak rambutnya karena kesal.
Mengontrol emosi agar tidak meledak, sehingga berakhir dengan pertengkaran seperti biasanya .
"Gue gak mau ikut, dari awal gue udah bilangkan." balas Shabi malas.
Dengan santai Shabi masuk ke dalam kostan, melanjutkan kegiatan menonton.
Tertawa setiap kali ada adegan lucu.
Tanpa banyak bicara Guntur mengambil remote tv, mematikan benda tersebut.
menarik pergelangan tangan pacarnya ini, "Ganti baju sekarang atau apa perlu gue yang gantiin?!!"
Kali ini cowok ganteng itu sudah tampak mulai marah, Jujur Shabi tidak takut tapi jika Guntur sudah marah cowok itu bakal lost control sehingga membuat barang2 kostan Shabi hancur lebur.
Dia hanya tidak mau kamarnya "hancur lagi" gara-gara amukan Guntur.
Dengan terpaksa akhirnya shabi mengalah, "Gue ganti baju sendiri!"
Dengan kasar cewek itu melepaskan genggaman tangan Guntur, berjalan menuju lemari pakaian.
Tanpa malu melepas seluruh pakaiannya dan memakai gaun mahal pembelian Guntur tadi siang.
Merias wajah lalu menata rambut dengan menggulung sanggul rambutnya.
30 menit kemudian Shabi sudah benar-benar siap.
Tidak ada pujian dari bibir Guntur seperti biasa.
Begitupun Shabi sehebat-hebatnya Guntur mencetak gol saat pertandingan pasti tidak ada satu kata pujian terlontar dari bibir mungil cewek itu.
"ayo berangkat gara-gara lo kita bakal telat nih." ucap Guntur, pergi meninggalkan Shabi keluar kostan tanpa menoleh sedikitpun ke belakang.
Dengan kesal cewek itu menutup pintu kostan, melotot dan melipat Kedua tangan.
"Dasar cowok nyebelin!"
"-"-"-"
Brian menatap bingung ke arah Shabi yang datang bersama Guntur, meski keduanya tidak bergandengan ataupun terlihat mesra tetap saja terlihat aneh.
Bagaimana bisa mereka berdua bisa datang bersama ke acara keluarga seperti ini?
Guntur melambaikan tangan ke arah Brian, menghampiri sepupunya tersebut.
Seperti biasa mereka pasti selalu melakukan "Tos seebye" ciri khas mereka.
"Kok lo bawa tuh cewek ke sini ,bro?" bisik Brian setelah melakukan tos, menatap tajam pada sepupunya itu.
Guntur berdehem, tersenyum.
" Gue paksa ikut, Lumayanlah buat jadi asisten pribadi." balas Guntur asal cukup membuat Brian menghilangkan kekepoannya.
Mendengar jawaban sembarangan Guntur, Shabi ingin sekali menghajar cowok disampingnya ini.
Dua cowok ganteng itu tertawa seolah perkataan itu merupakan hal lucu.
"sha, Ambilin gue sama Brian minum." Dengan sikap santai Guntur main perintah seenak udelnya, tidak mau dijajah begitu saja dengan mudahnya Shabi berpura-pura tidak mendengar perkataan sang pacar, dia masih saja sibuk bermain game online pada ponselnya.
"Sha, Ambilin gue sama Brian minum sekarang." ulang Guntur mulai kesal, Tidak ada jawaban dari Shabi.
Dia malah pergi meninggalkan kedua cowok ganteng tersebut tanpa berkata apapun disertai sikap cuek.
Mengambilkan dua buah gelas berisi cola lalu meletakan diatas meja disamping Brian, dan dengan santai shabi duduk untuk kembali melanjutkan bermain game online yang sempat tertunda tadi.
Melihat tingkah cewek imut itu, kedua cowok ganteng itu hanya bisa menahan dongkol.
Brian mengambil ponsel Shabi, tentu saja Shabi langsung bergerak cepat mengambil kembali ponselnya .
Tapi gagal karena perbedaan tinggi yang sangat jauh, Shabi hanya memiliki tinggi 160 cm sedangkan Brian 30 cm lebih tinggi darinya dan 5 cm lebih tinggi dari Guntur.
Dengan tampang menyebalkan Brian mencoba membuat Shabi semakin kesal.
Brukkkkk...
Satu injakan keras mendarat pada ujung sepatu mahal Brian,tentu saja pelakunya tak lain Shabi yang menggunakan ujung high heelnya, membuat cowok itu berteriak kesakitan.
Shabi langsung mengambil ponselnya lalu mengulurkan lidah, tertawa puas kemudian berlari pergi.
Guntur tertawa puas melihat penderitaan sepupunya itu kemudian langsung berlari ke arah Shabi.
Brian terus menatap ke arah shabi.
Entah Kenapa bukannya merasa kesal malah bahagia,apa dia sudah gila? Atau memang dia memang mulai menaruh hati pada cewek bar-bar itu?
Sreeettt...
Guntur menarik pinggang ramping pacarnya itu.
Membuat mereka saling memandangi satu sama lain.
"Lo gak apa-apakan? Ponsel lo ok? Apa perlu gue beliin yang baru?" tanya Guntur lembut penuh perhatian,membelai Sayang rambut Shabi.
Shabi hanya diam dan enggan membalas perkataan pacarnya tersebut, marah? jelas siapa yang tidak marah saat dia diganggu Brian cowok tuh hanya diam saja.
"Sorry, karena udah biarin sepupu gue ganggu lo. Tapi gue tahu Brian gak pernah berani nyakiti cewek manapun apalagi kalo dia tahu lo tuh cewek gue."
Sebuah kecupan tiba-tiba mendarat pada kening Shabi, "Balik ke pesta yuk, gue laper."
Tbc.