Natali memeluk Brian keponakannya tersayang, mengecup kedua pipi cowok itu.
" Siapa dia ?Bukan pacar kamukan,Brian." tanya Natali lembut, seperti biasa.
Menoleh pada Shabi dengan pandangan sebelah mata.
Brian jelas sangat mengetahui tabiat keluarga besarnya ini , keluarga besarnya tidak akan pernah memandang seseorang dengan pandangan hangat jika status sosial orang tesebut lebih rendah dari mereka.
" Cuman teman satu sekolah, Tan." Jawab Brian santai.
" Kok bisa?" Kembali Natali menatap heran pada keponakannya.
Shabi malah terlihat cuek tak peduli dengan sikap tak bersahabat dari ibu pacarnya itu.
Brian jelas mengerti sekali makna kalimat tantenya tersebut.
"Beasiswa,Tan." cicit Brian.
Akhirnya Natali mengerti mengapa cewek bernampilan biasa itu bisa masuk ke dalam sekolah miliknya.
"Siapa nama kamu?" Natali menatap Shabi dengan pandangan tajam.
"Shabilla,Tan." jawab Shabi singkat, tidak ada senyumam tapi tetap bersikap sopan.
Wanita cantik itu menatap Shabi dari ujung kaki sampai ujung kepala, Meskipun tidak berbicara apapun jelas sekali dari kedua sorot mata wanita tersebut mencerminkan ketidaksukaan.
"Oh, kalau begitu kalian langsung ke atas aja." Ucap Natali tanpa basa-basi.
Brian langsung mengikuti apa yang diucapkan oleh kakak kandung dari ayahnya tersebut.
Shabi tidak menyangka bahwa rumah Guntur bisa sebesar dan semewah ini sudah jadi rahasia umum bahwa Guntur merupakan anak pemilik sekolah berstandar internasional tapi tidak pernah membayangkan bahwa rumah cowok brengsek itu bisa seluas dan sebesar ini.
" Sekarang gue tahu kenapa elo sama Guntur super nyebelin." Ledek Shabi memasang mimik BT.
Tak mau meributkan hal itu cowok itu malah bertingkah cuek dengan ucapan cewek tersebut.
Klik...
Pintu terbuka...
Guntur terlihat sedang asik mengobrol dengan seorang cewek cantik berparas indo.
Keduanya terlihat sedang seru membicarakan sesuatu.
"Cie..Yang lagi asik dua-duan." Goda Brian.
Keduanya bersamaan menoleh pada pria itu, Guntur mendadak terlihat terkejut juga salting.
Shabi malah sebaliknya, biasa saja.
'"Apaan si lo, datang-datang suka caper deh." kata cewek itu lalu menjulurkan lidah,sambil mengulurkan jari tengah.
Brian tertawa, " Apa kabar elo,Felicia?lama nggak ketemu makin seksi ja nih."
Felicia beranjak dari ranjang kemudian berjalan ke arah Brian lalu memeluk cowok itu.
"Baik dong, kangen gue sama elo udah lama kita nggak ketemu." Ujar Felicia senang.
Pandangan cewek itu sekarang ke arah Shabi, "Siapa tuh? Cewek lo?"
"Bukan, teman." balas Brian.
Felicia melirik Shabi dari atas sampai bawah, "Oh gitu, gue kira elo udah ganti selera cewek sempet kaget gue."
Sama seperti yang lain, cewek itu jelas tak sudi berkenalan ataupun berteman dengan Shabi, dia bahkan bersikap sombon dan tak bersahabat.
Guntur beranjak dari ranjang menghampiri Shabi, mengambil parsel buah yang dipegang cewek itu.
Meletakan parsel itu di atas meja.
"Kalian kok bisa datang berdua? Janjian?" Guntur terlihat bingung.
Sejujurnya Guntur merasa tidak suka melihat kebersamaan Shabi dan sepupunya itu, meskipun begitu cowok itu berhasil menutupi hal tersebut.
"Nggak, gue minta tolong ditemenin aja." kata Brian santai.
Cowok itu melepas jas almanater sekolahnya, "Gimana keadaan elo?" lanjut ucapan Brian terlihat khawatir.
"Mendinganlah, berkat obat sama vitamin kondisi gue jauh lebih baik sekarang." dengan jujur Guntur menjelaskan keadaannya.
Cowok itu diam-diam melirik Shabi yang sedari tadi diam dan cuek.
Dan...
"Brian, Gue minta tolong beliin gue martabak telur langganan gue, Felicia lo anter Brian dia nggak tahu tempatnya."
"Okey, beres. Let's go lah." ujar Brian terlihat bersemangat.
Kembali memakai jaketnya.
Felicia sebenarnya malas pergi tapi tak mungkin menolak keinginan Guntur.
"Terus kalo kita pergi lo bakal berdua aja sama cewek itu." Dumel Felicia.
"Jangan bilang elo cemburu sama gue atau curiga gue bakal mesra-mesraan sama dia." Shabi dengan santai menunjuk dirinya sendiri disertai mimik menyebalkan lalu menujuk Guntur saat mengucap kata *Dia*.
"Ih... Nggak mungkinlah Guntur gitu, ngaco lo.", Sambar Felicia cepat lalu melotot.
"Jangan ngaco lo, buruan cabut." Brian menimpali percakapan.
"Yaudah kita cabut dulu." sambung Brian menarik tangan Felicia dan menutup pintu kamar.
Sssssseeeeeettt..
Tanpa duga Guntur memeluk Shabi, tersenyum.
Mengelus rambut cewek itu, mencium bibir yang sangat dirindukan oleh cowok itu.
Berbisik, "Gue harap mereka bakal lama baliknya."
Tbc