Bbrrukk
Dengan kasar Guntur menutup pintu kamar, Genta yang melihat tingkah aneh Guntur masuk ke dalam kamar adik semata wayangnya itu.
"Gak sekalian elo hancurin aja tuh pintu, tingkah laku elo udah kayak anak cewek lagi PMS terus diputusin cowok." Ujar Genta santai.
Duduk disamping adiknya, "Ada apa si?"
Guntur menoleh pada kakak-nya yang 10 tahun lebih tua dari dia.
Tapi dari penampilan kakak-nya masih cocok berstatus mahasiswa.
"Kak, selama 27 tahun elo hidup pernah gak si ketahuan selingkuh? Kalo gak pernah salut gue, ajarin gue dong."Seru Guntur penasaran sekaligus BT.
Genta ketawa keras, menjitak kepala adiknya.
"Asal elo tahu ya, kita gak bakal bisa bohongi cewek suatu saat mereka pasti bakal tahu cuma waktunya aja yang beda ada yang cepat juga sebaliknya."
"Artinya elo pernah ketahuan dong?"
"Pastilah, gue bahkan pernah dihajar plus dimaki di muka umum sama istri gue tercinta pas ketahuan selingkuh waktu kita masih pacaran dulu." dengan santai Genta mengakui dosa, tertawa mengingat kejadian lalu.
"Kak Viola, Suer lho. Kok bisa gitu? Kalo ini Guntur terlihat dari bingung.
"Elo tahu kan dulu Viola tomboy habis perawakan sama penampilannya cowok banget, alhasil banyak yang nyangka dia cowok. Sebagai cowok normal wajar dong gue mau punya cewek bertubuh seksi dan penampilan feminim nah gue mutusin selingkuh setelah 5 bulan jalanin hubungan gelap akhirnya ketahuan sama Viola habis gue di pukul sama di maki muka umum hehehe."
Tanpa sungkan Genta mengakui masa lalunya.
"Elo berapa kali selingkuh?Kak."
"Banyaklah, Sampe akhirnya gue sama Viola putus dan kita pisah lama emang jodoh kita ketemu lagi setelah kerja dan akhirnya dengan lika-liku yang ada kita balikan lagi, sepakat pacaran lagi lalu menikah.
Jujur gue kaget pas lihat Viola berubah jadi seksi dan feminim setelah sekian lama gak ketemu."
Genta gak cuma seorang kakak tapi sahabat untuk Guntur, cowok itu bisa bercerita atau Sharing apapun pada kakaknya.
" Shabi pasti mergokin elo selingkuhkan." tembakan Genta 100 % tepat.
Guntur memang hanya bercerita pada Genta soal hubungannya dengan Shabi, kedua saudara ini emang selalu jujur dan terbuka sejak kecil.
Dan hanya Genta yang tahu Guntur berpacaran sama Shabi, Meskipun belum ketemu Genta sudah pernah lihat foto cewek itu.
"Gue udah sering bilang, tipe pacar elo itu bukan cewek gampang diatur, percaya sama orang lain apalagi dibohongin."
Guntur menggaruk kepala, "Jadi gue harus apa biar dia maafin gue?"
Genta mengusap pundak adiknya, tersenyum penuh makna.
"Kalo itu harus elo yang nyari tahu sendiri karena elo yang lebih kenal watak pacar elo ya kan."
Dan Genta meninggalkan Guntur seorang diri dalam kamarnya.
Guntur memikirkan cara terbaik agar bisa memperbaiki situasi.
-
-
-
Malam ini Shabi memutuskan untuk menginap di kondominium milik Abeng, teman kecilnya.
Berbeda dengan Shabi, Abeng ini berasal dari keluarga kaya dan banyak temannya.
Sebenarnya orang tua Abeng udah nawarin buat biayain sekolah Shabi tapi cewek itu nolak karena selain gak mau ngerepotin, Shabi juga udah dapet beasiswa.
"Shasa, Elo mau gue buatin apa?" ujar cowok itu membuka kulkas,menoleh pada cewek yang duduk manis sambil menopang wajah dengan kedua tangannya.
Melihat Abeng yang bersiap masak.
"Spaghetti Alfredo." tersenyum manis.
Abeng menggelengkan kepala lalu tersenyum, mengusap rambut Shabi.
"Okey, siap boss."
Cowok itu mulai membuat Spaghetti, sambil bersenandung lagu kesukaan mereka.
Shabi ikut bernyanyi.
Ponsel Shabi berbunyi, melihat nama Guntur pada layar cewek itu memutuskan mengabaikannya.
Cuma sama Abeng Shabi merasa hidupnya terasa lebih indah.
"Okey, Spaghetti Alfredo telah siap sekarang tugas elo bikin jus mangga, buruan sana."
Tak butuh waktu lama Shabi melaksanakan tugas, keduanya memang jarang menghabiskan waktu karena selain sibuk dengan kegiatan sekolah, Sejak pacaran dengan Guntur waktu cewek itu kebanyakan dihabiskan bersama pacarnya tersebut.
Entah itu menemani Guntur latihan basket dll.
"Jus Mangga siap." seru Shabi lalu menuangkan jus dalam dua gelas berukuran besar.
"Yang jadi cowok elo pasti beruntung deh, punya pacar kayak elo." Entah mengapa tiba-tiba Abeng berbicara begitu.
"Lho kok gitu?" memasang raut bingung Shabi menatap sahabatnya itu.
"Gue kenal banget sama elo, Sha. Elo itu cewek langkah di zaman millenia yang gila ini."
"Sejak SMP yang naksir elo banyak, Bukan persoalan susah buat elo dapetin cowok tajir plus keren tapi elo gak pernah mau pacaran sama mereka padahal mereka bisa kasih apapun yang elo mau tapi elo nolak mereka."
Shabi tertegun, Abeng melanjutkan perkataannya. "Elo gak bakal mau pacaran sama cowok yang gak lo suka mau dipaksa pake acara apapun, itu prinsip elokan gak heran kalo elo lebih milih jomblo dan fokus belajar."
Abeng benar, sejujurnya Shabi memutuskan pacaran dengan si brengsek Guntur karena sebenarnya dia memang suka sama cowok itu bukan takut bakal dicabut beasiswanya toh bukan hal susah buat Shabi memperoleh beasiswa di sekolah bergengsi lain.
Setelah mereka berpacaran Shabi merasakan perasaan lebih dari suka yaitu cinta dan sayang dia rasakan dan sejujurnya Shabi benci karena dengan begitu dia bakal lebih susah untuk menyingkirkan cowok itu dalam pikiran dan hidupnya.
"Makan yuk, laper nih." sambung Shabi mengelus perut, memasang raut kelaparan.
Abeng tertawa, "Okey gue juga laper."
-
-
-
Guntur kesal mendapatkan Shabi tak ada dalam kostan, bahkan chat dan telponnya tak direspon sama sekali.
Cowok itu emang punya key card duplikat kostan pacarnya itu.
Guntur dengan perasaan dongkol pulang ke rumah.
Masuk ke dalam kamar, mengunci kamar karena tak mau diganggu oleh siapapun.
"Sha, elo udah benar-benar bikin gue kacau!!" teriak Guntur.
Tbc