Seminggu Kemudian...
Shabi masih ngambek sama Abeng, males bertemu sahabatnya itu.
"Mau sampai kapan lo ngehindari gue gini?"
Cewek itu tak menggubris, memutuskan tetap berjalan melewati cowok ganteng itu.
"Sha, gue tahu gue salah. Tapi gue cuma mau bantu nyokap lo doang, Bagaimanapun tante Vivian tetap nyokap lo, Wajar kalo dia murka." cowok itu berusaha menjelaskan persoalan sebenarnya.
Shabi melotot, "Gue nggak suka lo sok berlaga Hero!! Minggir!! " ujar Shabi dengan nada jutek kemudian cewek itu menyingkirkan Abeng dari hadapannya secara kasar.
Tapi gagal..
Tubuh cowok itu enggan menyingkir.
"Gue bukan sok Hero, tapi gue So Care." Bela Abeng tak kalah jutek.
Shabi memutar kedua bola matanya..
Tanpa mereka sadari Guntur berjalan ke arah mereka..
Cowok itu terlihat tidak suka..
"Siapa lo? Berani banget gangguin cewek sekolahan ini?" Ujar Guntur emosi, melempar pandangan tajam.
Mengambil posisi tengah diantara Shabi dan Abeng.
"Apa urusan lo?Gue lagi ngobrol bukan gangguin. Pergi sana, Gue nggak mau ribut ya." nada suara Abeng tak kalah emosi.
Menyingkirkan Guntur secara kasar...
"Abeng, lo pergi aja. Kita ngomong persoalan ini lain kali aja." Shabi langsung memberikan tanda agar sahabatnya itu menyingkir.
Shabi tak mau terjadi adu jotos antar dua cowok tersebut.
Shabi menarik jemari tangan Guntur pergi meninggalkan Abeng seorang diri.
Shabi masuk ke dalam mobil Guntur.
Memasang Earphones Bluetooth mendengarkan musik.
Guntur menahan diri bertanya mengenai cowok tadi.
Jika dia bertanya sekarang, maka mereka pasti bertengkar.
Mobil Guntur berhenti pada sebuah food court.
Suasannya cukup ramai.
"Gue laper, makan dulu disini." Guntur membuka pintu mobil.
Begitupun Shabi.
Sepanjang mereka berjalam banyak mata cewek memandang ke arah Guntur, tapi cowok itu bersikap tak menyadarinya dan mengabaikan hal itu.
"Elo mesem apa?" Tanya Guntur, membuka buku menu.
Cewek cantik dan imut itu, mengambil buku menu.
Menulis menu pilihannya pada catatan pemesanan kemudian menulis menu pesanan cowok yang duduk disampingnya itu.
Memberikan pada pelayan.
"Kita tinggal bareng yuk?" Guntur dengan santai mengatakan idenya.
Membelai rambut Shabi.
Berhasil membuat Shabi syok lalu menyingkirkan tangan sang kekasih.
Melotot, "Elo udah gila ?Tinggal bareng?Ngaco!"
"Gue udah kelas XII, tahun depan udah kuliah. Jadi udah gede.. Elo juga udah kelas XI kan. kita berdua bakal lebih saling ngenal kalo tinggal bareng kan."
"Gue nggak mau."
"Kenapa?"
"Karena gue nggak mau kumpul kebo!!" Suara Shabi bernada kesal.
Menoleh ke arah lain, Sehinga membelakangi Guntur.
Guntur tertawa kecil.
"Yaudah kita nikah aja? Mau?" ucapan Guntur kambali membuat Shabi syok.
"Gue belum siap nikah." balas cewek itu cepat.
Kembali menatap Guntur.
"Nikah nggak mau kumpul kebo nolak, tapi ML gak masalah. Elo lucu." ledek Guntur.
Iya...sekarang Guntur gak perlu paksa Shabi untuk melayaninya, cewek itu dengan suka rela melakukan itu.
"Bukan nggak mau tapi belum siap, nikah itu nggak muda apalagi kita masih muda pasti bakal banyak cekcok." tak terima diledek Shabi menjelaskan persoalan sebenarnya.
"Pokoknya gue mau kita tinggal bareng, titik." Guntur masih teguh pada pendiriannya.
Tak lama kemudian pelayan datang membawa pesanan mereka dan pergi..
"Yaudah gue mau." dengan suara pelan Shabi mengucapkan kalimat itu.
"Mau tinggal bareng, Good."
"Bukan gue mau nikah, baru kita tinggal bareng." dengan cepat Shabi membetulkan maksudnya, Guntur sekarang yang terkejut.
"Elo yakin mau nikah muda?" cowok itu menatap tajam ke arah sang pacar. .
Shabi nggak mau tinggal bersama cowok jika tidak menikah, dia gak mau seperti mamanya.
Kakek-neneknya selalu mengajarkan bahwa hidup itu pilihan, dan setiap pilihan ada konsekuensinya.
"Iya, gue mau nikah sama elo tapi kita jangan punya anak dulu paling nggak sanpai kita kerja." Shabi menatap yakin pada Guntur.
Sebuah kecupan mendarat pada bibir Shabi.
Guntur tersenyum. "Minggu depan kita nikah siri."
"Kok nikah siri?"
"Elo mau nika resmi? Okey.. Kita nikah resmi tapi tetap Backstreet. Nyokap gue nggak bakal setuju tahu anaknya nikah muda, lo ngerti kan."
Benar apa yang dikatakan Guntur...
Nyokap Guntur gak bakal setuju terlebih jika tahu siapa nyokap Shabi sebenarnya.
Shabi pun menyerah...
"Okey, Kita Nikah Backstreet."
-
-
-
Malam ini Shabi datang ke penthouse Abeng tanpa pemberitahuan cowok itu, dia sudah tahu passwordsnya.
Apartemen Abeng gelap, hanya beberapa lampu dinyalakan.
Ada suara desahan...
Shabi terus melangkah menuju asal suara yang berasal dari dalam kamar cowok itu...
Suara desahan semakin keras...
Shabi memutuskan membuka pintu perlahan lalu mengitip melalui sela pintu.
Cewek itu syok saat melihat Abeng bergerak cepat naik-turun diatas tubuh telanjang seorang perempuan.
Shabi masih belum bisa melihat siapa perempuan yang menjadi lawan bercinta sahabatnya itu.
"MAMA!! ABENG!! " Teriak Shabi emosi setelah membuka pintu secara kasar.
Abeng dan Vivian terkejut...
Keduanya menutupi tubuh naked mereka dengan selimut.
Abeng bena-benar salting...
Vivian pucat tak menyangka mereka akan dipergokin seperti ini.
"Kalian menjijikkan, Gue nggak nyangka elo bisa bercinta sama nyokap gue,Beng. Dan Mama.. Kenapa harus Abeng? Mama seharusnya nggak ngerayu sahabat aku yang lebih cocok jadi anak mama!!"
Shabi merasa sungguh kecewa, marah dan kesal pada mereka.
Berjalan keluar.
Abeng cepat-cepat memakai kaos dan bokser.
Menahan tangan sahabatnya.
"Kita harus ngobrol dulu, biar elo nggak salah paham." Abeng memohon.
"Jijik gue sama elo, Minggir... gue bakal benci lo selamanya kalo lo ngalangi jalan gue." tak mau mendengar penjelasan apapun cewek itu harus menolak.
Akhirnya tak ada pilihan lain selain membiarkan Shabi pergi..
-
-
-
Hancur...
Iya itu perasaan Shabi saat ini...
Sahabat yang begitu disayangi dan dipercayainya dipergokin bercinta dengan ibu kandungnya sendiri.....
IPhone Shabi berbunyi...
Dari Guntur...
Seperti biasa Shabi memilih mengabaikan panggilan Vcall masuk dari pacarnya itu, mood-nya sedang tidak baik.
Guntur merasa kecewa karena Shabi lagi..lagi mengacuhkan dia.
Guntur merasa Shabi begitu penuh rahasia..
Dia memutuskan menunggu Shabi di dalam mobil yang terparkir dihalaman kostan cewek itu.
30 menit kemudian Shabi datang..
Cewek itu masih belum menyadari kehadiran Guntur.
Shabi menangis..
Memencet passwords kostannya..
Guntur sekarang berada tepat dibelakang cewek itu.
Sengaja diam tanpa mau mengatakan sesuatu..
Saking emosinya Shabi 2 x gagal memasukan Passwords.
Cewek itu berteriak saking jengkelnya, memukul pintu.
Menghapus airmatanya.
Ssseettt...
Guntur menarik bahu Shabi..
Cewek itu terkejut...
Cowok itu memeluk Shabi, tak berbicara apapun dan mengelus punggung sang pacar agar menenangkan Shabi, dan berhasil.
Setelah beberapa waktu Shabi merasa lebih baik.
Menatap Guntur sendu, "Malam ini elo nginep di sini ya."
Guntur tersenyum dan mencium kening Shabi. "Iya, dengan senang hati."
Mereka berdua masuk dalam kostan dan tidur bersama hanya tidur tidak lebih.
Tbc
Ps : Selesai ngetik langsung uploaded..
Benar-benar Author karet..
Mau gimana lagi baru dapet ide..