Selamat Membaca
-----------------------------
Shabi mengikuti jejak langkah Guntur dan pak Samsul dari belakang, Pak Samsul adalah pemilik rusun yang akan mereka tinggali.
Dikarenakan Rusun masih bangunan baru alhasil bangunan ini masih terlihat bagus.
harganyapun masih terjangkau yaitu 1 juta /bulan dan penghuninya juga belum begitu banyak tapi setidaknya suasana di dalam serta sekitar rusun cukup ramai.
Letak rusun ini juga strategis karena berada dipinggir jalan.
Di jalan yang sering dilalui kendaraan 24 jam/hari.
Bahkan tedapat banyak pedagang kaki lima disekitar rusun.
Dan rusun ini terpenting juga "Bebas" tapi dijamin aman dan nyaman bagi semua penghuni.
Pak Samsul berhenti di depan pintu bernomor 21.
Memutar kunci lalu pintu terbuka.
Ukuran unit cukup luas terdiri dari tiga bagian dan terpenting ada balkon di bagian belakang jadi bisa melihat pemandangan sekitar dengan view menabjubkan.
"Ingat bayar setiap tanggal 1, nggak boleh telat."Kata pak Samsul tegas disertai muka galak.
Guntur mengangguk, mengeluarkan 15 lembar 100 ribu.
Memberikannya pada pak Samsul.
1 juta untuk bayar tagihan bulan ini, 500 ribu sebagai deposit.
"Nih pak saya bayar deposit beserta bayaran buat bulan ini."
Senyuman mengembang pada bibir bandot tua itu.
Dengan senang hati pria tua bangka yang paling suka "main" sama cewek cabe-cabean tanpa sepengetahhuan istrinya tersebut.
"Buset tong, lo langsung bayar. Bagus deh jadi bulan depan lo nggak usah bayar lagi. Coba semua penghuni disini kayak lo berdua seneng gue. Yaudah pamit dulu nih." kata pak Samsul girang.
"Iya ,Pak."
Pak Samsul langsung pergi.
Guntur berkeliling melihat keseluruhan unit rusun mereka tinggalin ini.
Shabi tampak senang berdiri diatas balkon melihat anak-anak kecil di lapangan bola yang terletak dibawah tengah bermain bola lalu teman mereka bersorak memberikan semangat.
Gerak-gerik lucu juga mengemaskan mereka menjadi pemandangan mengasikan tersendiri untuk cewek ini.
Sesekali tawa tercipta dari mulutnya saat ada adegan lucu saat bertandingan.
Misalnya saja ada bocah kurus tengah sibuk mengoper bola ke teman satu teamnya sambil sibuk membetulkan celananya yang sering kali melorot.
Alhasil bocah itu terlihat jadi bahan ketawaan anak-anak kecil yang lain.
Ada yang gayanya selangit tapi selalu saja gagal mempertahankan bola agar tak berpindah ke team lawan.
Guntur memeluk Shabi dari belakang.
"Makan yuk habis itu kita belanja perabotan."
Shabi masih asik melihat anak-anak kecil bermain bola.
Tak merespon ajakan Guntur.
Karena sudah mengerti karakter pacar tersayangnya ini Guntur akhirnya menarik jemari Shabi agar mengikutinya.
-
-
-
Rainan tak mengerti mengapa istri tercinta sekaligus sekretaris pribadinya itu tega membiarkan anak kandung mereka pergi tanpa membawa apapun.
Dia jadi pusing Sendiri karena ulah istrinya, tak lama muncul istrinya yang masih terlihat cantik dan seksi tapi anggun diusianya menginjak 40 tahun, Dua tahun lebih muda dari Rainan.
Natali menyapa sang suami dengan sikap seolah tak terjadi apapun.
"Aku nggak suka kamu biarin anak kita pergi gitu aja, gara-gara hal sepele."
Nada suara Rainan terdengar cukup tinggi disertai mimik marah, untung ruang kerjanya menggunakan alat kedap suara.
Tapi Natali terlihat santai-santai saja.
Meletakan tas mahalnya berharga milyaran diatas meja kerja sang suami.
Duduk dipinggiran meja.
"Kamu nggak perlu marah, aku cuma hargai pilihannya. Sesekali anak kita harus tahu pahit getirnya hidup biar dia sadar betapa beruntungnya dia selama ini."
"Dia masih 17 tahun, Wajarlah kalo susah diatur." sambung Rainan mulai mereda emosinya.
Natali tersenyum getir. "Anak-anak diluar sana 17 tahun udah banyak yang menikah, jual diri, bekerja dll.
Aku sayang Guntur tapi aku rasa kali ini kita harus TEGAS biarin aja dia ngerasain hidup sebenarnya biar tambah dewasa dan bersyukur."
Mendengar penjelasan istrinya Rainan akhirnya mengerti mengapa istrinya membiarkan Guntur pergi.
Pria itu kembali bekerja begitupun istrinya.
-
-
-
Shabi dan Guntur mulai menata perabotan mereka satu persatu, Berharap bisa cepat kelar.
Untung mereka dibantu kuli toko menata rusun mereka jadi tak terlalu berat.
5 jam kemudian semua sudah sempurna,Guntur memberikan tips 5 juta pada 3 kuli tersebut.
Shabi dan Gubtur terlihat puas melihat tataan rusun mereka bertema simple tapi nyaman, mereka berdua memang menyukai hal gak ribet.
"Sisa uang kita kita ada berapa lagi?" Tanya Shabi setelah mendaratkan bokongnya pada sofa.
Guntur mengecheck M-Banking pada iphonenya.
"80 juta ."
Saldo awal dalam Atm tadinya 120 juta karena dibelikan perabotan juga kebutuhan pribadi Guntur seperti baju, celana, daleman, sepatu dll yang sangat menguras isi Atm.
Shabi sempet protes gara-gara Guntur terlalu boros tapi Guntur memberikan alesan bahwa dirinya terbiasa memakai barang asli bukan kw.
Harga kaos, celana,kemeja,sepatu dll menurut Guntur itu semua sudah sangat murah versi Guntur biasanya dia membeli pakaian dengan harga jutaan sampai puluhan juta rupiah
Ya Guntur mengeluarkan uang minimal 700 max 1 jutaan untuk keperluan pribadi.
Udah gitu dia memborong banyak barang alhasil sukses menguras isi Atm sampai puluhan juta.
Karena malu terus cekcok dimuka umum maka dengan terpaksa Shabi membiarkan kelakuan boros Guntur.
"Kita harus dapet kerjaan secepatnya biar bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Oh iya mobil kak Viola balikin aja nggak aman ditaruh di tempat ini lagian kita lebih perlu motor dibandingkan mobil."
"Nyantai aja kita masih punyan duit 80 juta lebih kalo butuh duit tinggal call kak viola. Lo nggak usah khawatir soal kebutuhan hidup kita. Iya besok gue bakal balikin mobil sekalian beli motor."
Ternyata Guntur masih saja males hidup mandiri dan masih mengantungkan hidup pada keluarga bikin Shabi kecewa sekaligus sebel.
"Gue mau ikut." kata Shabi dengan mimik datar.
Guntur mengangguk lalu mengelus rambut panjang dan lembut pacarnya ini.
"Boleh."
Guntur menelpon Viola setelah panggilannya dijawab oleh kaka iparnya tersebut cowok itu langsung memberitahukan bahwa dia akan datang besok bersama Shabi.
*Hallo kak, besok siang gue sama Shabi main ke rumah ya?
*Viola lagi mandi....yaudah, Besok siang kita makan bareng sekalian gue mau kenalan sama pacar lo.
Dan ternyata yang menjawab panggilannya adalah Genta.
Terkejut pasti tapi Guntur masih santai.
*Okey, Gue pesen bikinin iga bakar ya kak.
Genta tertawa lalu memijat dahi sungguh tak mengerti tingkah konyol adiknya yang masih sempat minta dibuatin makanan kesukaannya.
Telponpun terputus...
Tak lama muncul Viola berbalut handuk dan menutup pintu kamar mandi.
Melihat suaminya sedang memengang iphone milik-nya Viola langsung menghampiri.
"Siapa yang nelpon?"
Genta meletakan kembali Hp sang istri diatas nakas.
"Guntur."
Viola terkejut...
"Dia ngomong apa?"
Genta mendekati Vilola ,Menarik tubuh istrinya mencium aroma harum sabun yang melekat pada tubuh perempuan cantik dan memilik Body Goal ini agar mendekat.
Mengecup bibir Viola, tersenyum.
"Besok mau main ke rumah sama pacarnya jadi sekalian aku suruh makan siang bareng kita."
"Oh gitu.
Sssreeettt....
Genta berhasil melepas handuk istrinya yang menempel pada tubuh putih mulus istrinya.
"Sayang, aku baru selesai mandi masa mandi lagi?"
Nada lembut Viola makin membuat Genta makin bergairah, berbisik.
"Siapa suruh mandi sebelum aku izinin."
Viola akhirnya pasrah harus kembali melayani suaminya tercinta ini.
Padah 30 menit lalu mereka baru saja menyelesaikan dua ronde dalam kurung waktu satu jam lebih.
-
-
-
Malam ini adalah malam pertama mereka dirusun.
Guntur dan Shabi belum mengantuk memutuskan untuk mengobrol sekaligus mencari udara segar diatas balkon.
"Gue mau minta sesuatu, Gue harap lo bakal kabulin." kata Shabi terlihat serius.
"Selama gue mampu, Apapun kemauan lo pasti bakal gue turutin toh selama ini gitu kan."
Shabi berdehem.
"Lo balikin Atm kak viola terus kita pinjem duit 20 juta buat kebutuhan sehari-sehari sekalian jaga2 sebelum kita dapat kerjaan. Nanti kita ganti.
Gue mau kita berdua benar-benar mandiri dan ngejalanin hidup tanpa bantuan keluarga lo."
Mendengar hal ini reaksi Guntur terkejut untuk beberapa saat cowok itu terlihat tak terima dengan usulan pacarnya ini tapi kemudian Guntur malah tersenyum bangga dan memeluk Shabi.
"Ternyata gue nggak salah pilih pendamping."
Tbc