Chereads / Guntur & Shabi / Chapter 26 - Pertanyaan.

Chapter 26 - Pertanyaan.

"Guntur, kamu pernah selingkuh terus ketahuan selama berpacaran?" Tanya Hebe tiba-tiba  terlihat kepo.

Guntur yang lagi asyik menyetir sedikit terkejut mendengar pertanyaan sang bos, Satu bulan lebih bekerja sebagai asisten Hebe membuat hubungan keduanya semakin dekat dan akrab.

Jadi bisa sharing masalah apapun.

Saking akrab dan dekat jika sedang berdua Guntur tak memanggil Hebe dengan "Bos atau Miss" cukup nama sesuai permintaan Hebe sendiri.

Guntur tersenyum malu, "Pernah, gara-gara itu aku sama Shabi pernah sempet putus."

"Pasti kamu minta maaf dan minta balikan terus bilang nggak bakal ngulangin kesalahan lagi kan hehehe." Tebak Hebe penuh percaya diri lalu tertawa.

Guntur tertawa dan mengakui bahwa tebakan Hebe benar.

Mendadak Wanita cantik itu membuka rompi kerjanya sehingga kedua payudara berukuran besar dan montok miliknya terlihat semakin jelas dari balik kemeja merah marun yang dikenakannya melepaskan  tiga kancing atas kemejanya tanpa malu.

Alhasil bra hitam yang membungkus properti pribadinya terekspos jelas.

Guntur yang sempat melihat pemandangan indah tersebut langsung kembali fokus melihat ke depan terlihat mulai salting, batuk.

Hebe tersenyum senang melihat reaksi targetnya ini.

"Nggak apa-apa kan kalo aku buka kancing kemeja? Habis Ac-nya lebih kerasa kalo gini." Sambung Hebe dengan nada santai tanpa tahu malu.

Guntur mengangguk dan pandanganya masih fokus lihat ke depan.

Berusaha bersikap setenang mungkin.

"Shabi beruntung lho punya pacar kayak kamu yang sayang banget sama dia, dapetin seseorang tulus mencintai dan mau terus bersama dalam suka dan duga di zaman sekarang susah banget soalnya apalagi secara penampilan kamu itu ganteng juga menarik."

Hebe mengganti posisi duduk jadi bersandar pada pintu mobil, sehingga bisa melihat Guntur lebih leluasa.

Guntur terlihat semakin dewasa ganteng dalam balutan pakaian kerja formal.

"Aku juga beruntung kok, punya pacar paket komplit kayak dia hehehe,"

"Paket komplit, udah kayak makanan aja hehehe."

Dan mobil pun masuk ke area apartemen mewah, Hebe memakai rompinya kembali.

"Tur, jangan dulu pulang aku ada hadiah buat kamu. Mampir ke apartemen aku dulu."

Sejujurnya Guntur mau langsung pulang seperti biasa tapi tak enak kalo menolak permintaan bos, Guntur pun mengikuti Hebe masuk ke dalam apartemennya untuk kali pertama setelah satu bulan lebih bekerja sebagai asisten.

Lantai unit apartemen wanita cantik dan seksi itu berada di lantai 4  dan unit apartemenya mempunyai elevator khusus alhasil saat pintu elevator terbuka langsung masuk ke unit apartemen Hebe yang luas juga mewah.

Hebe meminta Guntur menunggu diruang tamu, masuk ke dalam kamar.

10 menit berlalu tapi Hebe masih belum keluar kamar, tiba-tiba saja Hebe berteriak dan ada suara seperti terjatuh.

Otomatis Guntur masuk ke dalam kamar wanita itu untuk mengecek, terkejut karena mendapatkan Hebe hanya memakai bra dan g-string tengah tergeletak dilantai.

Sepertinya pingsan.

"Hebe, bangun." Kata Guntur panik.

Guntur menggendong Hebe yang tengah pingsan keatas ranjang, Melihat kondisi Hebe yang  hanya memakai bra juga g-string boong jika Guntur tidak merasakan apa-apa.

Dia cowok normal bahkan hasratnya masih tinggi-tingginya tak heran ML adalah hal paling disukai Guntur.

I-phonen Guntur berbunyi dan itu dari Shabi.

Dia langsung mengangkat.

*Kok jam segini tumben belum balik? kenapa? (tanya Shabi terdengar khawatir)

*Gue lagi lembur, lo tidur duluan jangan tungguin gue

*Mang rencananya mau balik jam berapa?ini udah jam setengah sebelas malam.

*Masih belum tahu , pokoknya lo tidur duluan aja jangan mikir yang nggak-nggak gue lagi kerja bukan keluyuran.

(Tak mau mencari keributan Shabi mengerti kondisi Guntur)

*Yaudah, Gue tidur duluan dehm

*(Guntur tersenyum) Iya, Good night and love you

*I love you,too.

Telpon pun terputus..

Guntur merasa lega karena Shabi tak marah atau protes.

Kondisi sekarang bikin Guntur bingung, menuggu Hebe siuman? atau pergi?

Tak begitu lama Hebe tersadar, memanggil Guntur.

Cowok itu menghampiri sang bos.

Duduk disamping Hebe, memberikan minum.

"Kamu belum pulang?" Tanya Hebe berpura-pura lemas, memijit kedua pelipis matanya.

"Gimana mau balik,kalo kamu masih pingsan."  Guntur berusaha untuk penjaga pandangan tetap ke wajah Hebe.

Penampilan seksi dan menggoda wanita itu bisa bikin Guntur "On"  bagaimanapun dia cowok normal yang gak tahan ngeliat "pemandangan menggoda".

Hebe tersenyum. "Maaf ya bikin kamu khawatir, sebenernya kalo kamu nggak keberatan sebelum pulang tolong lepasin bra aku dulu soalnya aku terlalu lemes buat ngelakuin sendiri."

Seketika Guntur syok, menelan ludah.

Masalahnya melihat kedua payudara Hebe berbalut bra dia merasa pusing apalagi tanpa benda tersebut.

"Guntur, please tolongin aku ya?Asal kamu tahu cewek nggak baik kalo tidur pake bra." Sambung Hebe masih berakting lemas.

Bahkan dia memasang mimik muka begitu meyakinkan bahwa kondisinya memang tidak baik.

Akhirnya dengan sangat terpaksa Guntur mengiyakan, dia membuka bra Hebe sambil memejamkan kedua matanya agar "AMAN"

Meletakan benda itu disamping Hebe.

Segera menutupi tubuh Hebe dengan selimut.

"Aku pulang dulu." Pamit Guntur buru-buru pergi.

Hebe tersenyum puas...

Step pertama membuat Guntur jatuh dalam pelukannya telah berhasil.

Hebe menyingkirkan selimut dari tubuhnya, memakai dress tidur lalu mengambil dild* miliknya dan membayangkan milik Guntur saat memakai alat tersebut.

-

-

-

Abeng memutuskan untuk menemui Vivian, cowok ganteng itu merindukan wanita yang masih dicintainya itu.

Saat sampai di apartemen Vivian, Abeng merasa senang karena Vivian belum mengubah password.

Cowok ganteng itu masuk ke dalam apartemen wanita itu tengah malem tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Vivian sedang tertidur pulas diatas ranjang, cowok itu mencium kening Vivian lalu ikut tidur sambil memeluk ibu dari sahabatnya itu dari belakang.

Dan Vivian pun terbangun, terkejut begitu menyadari ada sebuah tangan melingkar di pinggangnya tapi saat mengetahui pelakunya Abeng dia jadi lega.

"Shit, kamu tuh bikin aku kaget tahu, aku kira siapa!" Bentak Vivian kesal, merapihkan rambut.

Abeng tersenyum. " Maaf udah bikin kamu kaget, Balik tidur yuk."

Penuh kelembutan menarik tangan Vivian agar kembali tidur dalam pelukanny tapi ditolak.

Wanita cantik itu terlihat masih marah dan kecewa gara-gara Abeng main datang ke apartemennya dan seenaknya memeluknya.

"Buruan pulang." Usir Vivian.

Abeng menolak. "Besok aku pasti pulang, tapi malem ini izinin aku nginep ya?"

"Ngapain kamu nginep di apartemen orang seenaknya, kamu kan udah punya kondominium besar juga mewah. Tidur di sana aja lagian kalo Shabi tahu kamu tidur ditempat aku , Dia pasti marah."

Jelas sekali Vivian masih kecewa pada Abaeg karena dulu main memutuskan hubungan mereka begitu saja, meskipun berat melepaskan Abeng tapi Vivian harus melakukannya.

Tak mau menjadi penyebab retaknya persahabatan anaknya dengan cowok tersebut.

"Makanya Shabi jangan sampai tahu, Aku kangen banget sama kamu Vi. Kamu juga kan ?"

Mendengar ungkapan Abeng Vivian merasa senang dalam hati, Sejak putus dengan Abeng Vivian memutuskan untuk menjadi jomblo meski banyak pria yang mengejar dan memintanya untuk menjalin berhubungan.

Tapi semua ditolak.

"Kangen? Nggak tuh." Bohong Vivian dengan mimik meyakinkan.

Sengaja bertingkah sengak agar cowok itu percaya dan pergi.

Vivian sebenernya juga merindukan Abeng dan masih mencintai cowok itu tapi dia sadar hubungan mereka memang tak mungkin.

Siapapun pasti akan menentang juga mencemooh hubungan mereka.

"Aku udah punya pacar baru, Nggak ada waktu buat kengenin kamu." Menyeringai.

Menarik paksa tangan Abeng agar keluar dari apartemennya, berhasil.

"Jangan pernah datang lagi, Bye."  Kata Vivian ketus.

Menutup pintu.

Abeng merasa sakit dan tanpa Abeng tahu Vivian merasakan hal yang sama.

-

-

-

Guntur menceritakan semua yang terjadi semalam pada keempat sahabatnya.

Saat jam istirahat.

"Gue yakin si tante naksir lo, pengen skidipapap sama lo hahaha." Wingki langsung mengambil kesimpulan.

Gordan setuju. "Skidipapap sama tante cantik plus seksi,Gue juga nggak bakal nolak."

Gordan dan Wingki bertepuk tangan lalu tertawa bersama.

Mehdi yang sedari tadi sibuk main fighter game populer online, ikut berpendapat.

"Gue si mending skidipapap sama my baby Helena dibandingkan sama si tante Hebe ataupun sama cewek lainya." Tanpa tahu malu malah mengatakan isi hatinya.

Leax langsung melotot, menghajar perut sahabatnya itu.

Alhasil Mehdi merasa sakit tapi tak marah karena bagaimanapun Leax adalah calon kakak ipar.

Yah Mehdi memang sudah berpacaran dengan Helena, tapi belum mendapatkan lampu hijau dari Leax.

"Awas aja ya kalo sampai lo ngekhianatin Helena , Gue bunuh lo!"

Mehdi mengelus perutnya."Nggak bakal, You know me so well lah , Bro."

Sebenarnya Leax setuju saja Helena berpacaran dengan Mehdi karena dia jauh lebih rela menyerahkan adiknya berpacaran dengan sahabatnya dibandingkan orang lain.

"Lo pacaran sama Helena?Nyet." Guntur syok, bukan kenapa-kenapa selain dengan Guntur Helena lebih dekat dengan Wingki dan Gordan.

Guntur bahkan yakin bahwa Wingki dan Helena bisa berpacaran saking melihat keduanya lebih sering jalan berdua.

Selama ini Helena dan Mehdi suka ribut, jarang akur tapi faktanya malah mereka jadian.

Hidup memang penuh dengan peristiwa tak terduga.

"iya , Baru seminggu." Balas Mehdi ceria, memperlihatkan senyuman kebahagiaan.

Leax kembali membahas persoalan mengenai Hebe. "Lo, wajib hati-hati sama bos lo tuh. Nyet."

Gordan segera menimpali. "Ingat, lo bakal kehilangan Shabi selama-lamanya kalo lo kembali buat ulah,Nyet."

Wingki merangkul bahu Guntur, memang muka sok bijak. "Kalo pun lo akhirnya selingkuh sama si tante seksi usahin Shabi jangan sampai tahu, Oke."

Leax, Gordan dan Mehdi bersama-sama menendang kursi Wingki hingga terjatuh dari bangkunya lalu mereka bertiga tertawa .

Bersamana mengucap kata.

"MAMPUS."

-

-

-

Pulang sekolah Shabi memutuskan untuk main ke kondominium sahabatnya, Abeng.

Kedua matanya terbelalak saat mendapati kamar Abeng berantakan.

"Kok kamar lo jadi kayak kapal pecah gini si?" Tanya Shabi terlihat kawatir.

Duduk didekat sahabatnya tersebut.

Abeng tak menjawab masih bersandar di dinding kamar, kondisinya kacau.

Ada banyak kaleng beer disamping cowok itu.

"Lo tuh kenapa si?jangan bikin gue cemas."

Cowok ganteng itu menoleh ke arah Shabi. " Lo sayang dan peduli nggak sama gue?"

"Udah pasti lo tahu jawabannyakan." Balas Shabi lalu tersenyum.

"Kalo gue minta lo ninggalin Guntur, mau?  Nada bicara Abeng terdengar serius.

Berhasil bikin Shabi syok sesaat. "Kenapa gue harus ninggalin dia?"

"Karena gue nggak suka sama dia, dia udah sering bikin lo kesel dan marah. Guntur itu tipe cowok yang belum mampu ngontrol dirnya dengan baik. Bisa-bisa dia bikin kesalahan yang sama dimasa depan.."

Shabi memeluk Abeng. "Dia udah nggak kayak gitu kok."

"Yakin?"  Abeng tertawa meremehkan perkataan sahabatnya ini.

"Iya...Gue yakin,Beng."

"Tapi gue nggak yakin, Gue mau lo putusin Guntur atau kita nggak usah sahabatan lagi?gue bisa ngelakuin permintaan lo tapi kenapa lo nggak?"

Shabi jadi tersulut emosi. "Kok lo jadi bikin gue tersudut si? sahabat macam apa lo?Dasar egois! Sahabat yang baik bukannya harus saling ngerti dan dukung dalam situasi apapapun."

Jreng

Shabi seketika tersadar , mengerti tujuan Abeng melontarkan pertanyaan dan peryataannya macam tadi.

Cewek cantik ini menyadari keegoisannya selama ini lalu kembali memeluk Abeng.

"Maafin gue ya udah egois, meski apa yang gue minta demi kebaikan lo tapi itu justru malah  bikin lo tersudut dan nggak Happy. Meski gue nggak setuju tapi kalo lo mau balikan sama nyokap gue ya silakan."

Abeng  tersenyum bahagia dan mengelus punggung sahabatnya itu, "Thank, Dah ngertiin kondisi gue."

Dan Shabi pun tersenyum.

Tbc

Ps : Maaf ya ngaret buanget updatenya karena alesan yang pernah aku jelaskan tetap setia baca dan dukung cerita ini dengan Ps, komentar dan sharing.

Maaf bila sering ada typo juga kesalahan EYD bertebaran dalam cerita.