Guntur memeluk tubuh naked Shabi menenggelamkan wajah cantik pacarnya itu di dadanya seolah tanda bahwa cewek itu selalu dihatinya , sejak kembali bersekolah sekaligus bekerja sampai larut malam cowok itu tak pernah meminta jatah karena terlalu capek dengan aktivitas sehari-harinya.
Setelah pulang kerja pasti langsung tidur.
Tapi semalam Guntur merasa butuh untuk penyengaran diri, buat Guntur bercinta dengan Shabi adalah vitamin manjur agar tetap bugar disela kepadatan aktivitas.
Shabi membuka kedua matanya, terkejut mendapati Guntur tengah memandangnya lekat. "Tumben bangun duluan dari gue?"
"Ya nih, Tanda kali ya." Cowok itu mempererat pelukannya, mencium kening Shabi.
"Tanda apaan? Jangan bikin takut ah." Mimik Shabi terlihat khawatir.
Melihat ekspresi ceweknya ini Guntur tersenyum, tak menyangka Shabi begitu takut kehilangannya.
Dalam hati bersyukur karena menjadi bucin pada cewek yang tepat.
Mencium kening Shabi.
"Tanda gue lebih segeran berkat semalam, sejak gue balik sekolah terus kerja kita udah nggak pernah main kan bikin lemesss hehehe."
Shabi beranjak dari ranjang, tapi Guntur langsung menariknya.
Menindih tubuh putih mulus cewek itu, memasang muka mesum.
"Main 10 menit, oke?" Suara Guntur jelas terdengar tengah horn*.
"Ogah, ntar kita bakal kesiangan pergi ke sekolahnya nih udah jam 6 pagi belum lagi gue harus siapin sarapan, mandi plus siap-siap."tolak Shabi cepat lalu melotot.
Guntur menggaruk kepala, pantang menyerah kembali melakukan negosiasi siapa tahu aja sukses seperti biasa. "5 menit deh, please."
Melihat raut muka memelas cowok itu jujur Shabi lagi dan lagi tak tega jika menolaknya.
"Yaudah ,tapi jangan lebih dari 5 menit ya?"
Guntur mencium bibir Shabi. "Sip."
-
-
-
Seperti hari-hari biasanya Shabi pasti ke perpustakaan setelah makan saat jam istirahat, menurut cewek ini tempat yang cocok untuk belajar selain dikelas ya di perpustakaan.
"Gue boleh gabung bareng lo?" Tanya seseorang dari arah samping.
Shabi menoleh kesamping, ternyata Brian.
"Masih banyak bangku kosong, ngapain lo duduk disini bareng gue?ntar kalo ada yang lihat yang ada kita bakal jadi gosip."
Brian duduk tepat disebelah Shabi meski belum mendapatkan izin.
Cowok yang secara penampilan gak kalah keren, ganteng plus tajir dari Guntur tersebut memberikan selembar brosur.
Shabi mengambil brosur itu, membacanya.
"Model Boy&Girl milenia 2020, juaranya mendapatkan uang sebesar 50 juta plus kontrak kerja menjadi ambasador selama 1 tahun."
"Ikutan yuk, Siapa tahu aja kita beruntung." Brian mengedipkan sebelah matanya, tersenyum.
"Kenapa lo ngajakin gue?lo bisa ajak cewek lain kan apalagi hubungan kita deket juga nggak." Kali ini Shabi memasang mimik curiga campur bingung.
Mendengarkan perkataan Shabi yang terdengar sarkastik sikap Brian malah cuek.
Dia menjelaskan persoalan sebenarnya.
"Gue lebih klop berpasangan sama cewek yang nggak ada rasa tertarik sama gue, lagian disekolah ini kecuali lo semua cewek suka sama gue dan kalo gue nyari cewek beda sekolah ribet lagi atur jadwal latihan."
Apa yang dikatakan oleh Brian masuk akal, cewek ini berfikir untuk menerima tawaran Brian siapa tahu mereka beruntung.
Kalo mereka berdua jadi juara bisa dapet duit gede plus kontrak kerja selama setahun.
Siapa tahu aja ini jalan menuju kesuksesan dia?
Shabi berdehem. "Oke, gue mau ikut."
Cowok ganteng itu mengambil brosur dari tangan Shabi, tersenyum puas."Good , let's work together to be the winner."
-
-
-
Hebe mengelap kemeja Guntur memakai tissu yang terkena cipratan kopi gara-gara saat sedang minum kopi wanita itu tiba-tiba dari arah belakang mengangetkanya.
Dengan perhatian mencoba menghilangkan noda hitam pada kemeja kerja putih cowok tersebut, jarak keduanya sangat dekat.
Tinggi Hebe 175 cm plus ditunjang high heels membuatnya menjadi terlihat lebih tinggi dibandingkan Guntur saat mereka berdiri.
"Kamu ganti kemeja aja deh." Kata Hebe lembut.
Wanita berumur 31 tahun itu melalui sambungan telepon meminta salah seorang karyawan membeli kemeja baru untuk Guntur.
Lalu kembali menghampiri Guntur, membuka dasi lalu bersiap membuka kancing atas.
Tapi meminta izin dulu.
"Nggak apa-apa kan kalo aku bantuin lepas kemeja?"
Guntur tersenyum kikuk, bersikap salting karena jarak keduanya begitu dekat bahkan keduanya bisa saling mendengarkan hembusan nafas masing-masing. "Aku bisa sendiri kok."
Hebe tersenyum. "Tapi gara-gara aku kemeja kamu jadi kotor meskipun nggak sengaja, Please."
Melihat ekspresi sang bos yang memelas bikin Guntur luluh, tak tega menolaknya.
Akhirnya mempebolehkan wanita itu melepaskan kancing kemejanya.
Hebe satu demi satu melepaskan kancing kemeja.
Melipat kemeja tersebut lalu meletakkannya diatas meja kerjanya.
Duduk dipinggiran meja kerjanya, menaruh kedua tangannya disamping bokongnya.
"Minggu depan jam 2 siang , Aku bakal jadi salah seorang juri modeling remaja lho."
"Kok bisa kamu jadi juri?"
"Aku kan mantan model, Tapi meskipun begitu tetap aja beberapa kali diminta sebagai juri sama bekas agensiku."
Jujur Guntur terkejut mengetahui bahwa dulu Hebe adalah seorang model, pantas saja meski seorang direktur tapi gaya berbusana wanita cantik itu selalu terlihat fashionable layaknya seorang model.
Kecantikan Hebe bahkan membuat wanita itu semakin bernilai unggul.
Tapi yang anehnya mengapa dia masih belum menikah?
Bukan hal sulit untuk seorang Hebe mendapatkan pria sempurnakan.
"Sejak kapan kamu stop jadi model?"
"2 tahun lalu, aku ngerasa jenuh sama dunia modeling yang udah aku gelutin sejak usia 15 tahun dan memutuskan melanjutkan bisnis keluarga sebagai anak tertua."
"Aku boleh nanya sesuatu yang personality nggak?"
"Boleh, Tanya apa?" kembali menghampiri Guntur, menarik tangan Guntur untuk duduk diatas kursi kerjanya.
Hebe sendiri duduk disisi meja, disamping Guntur.
Menatap cowok ganteng itu dengan tatapan bikin Guntur gugup tapi tetap berusaha bersikap tenang.
Wajah cantik disertai tatapan menggoda terlihat begitu sensual dimata Guntur.
"Kenapa kamu belum nikah?padahal aku yakin bukan persoalan sulit buat kamu dapat pendamping hidup."
Awalnya Hebe terlihat terkejut tapi kembali bersikap normal, santai dan tenang.
"Karena aku nggak mau, Pernikahan bukan prioritas utama dan mungkin aku nggak bakal menikah selamanya kecuali...."
Wanita cantik yang pernah menjadi Miss Singapore saat berusia 21 tahun, menarik dagu Guntur agar mendekat padanya.
Mendekatkan bibir merahnya pada bibir Guntur, jarak mereka sekitar 5 cm sekarang.
"Kalo aku menemukan seseorang yang berhasil bikin aku berubah pikiran." Hebe tersenyum manis.
Tiba-tiba pintu ruang kerjanya ada yang mengetok, Hebe berjalan menuju pintu lalu membukanya.
Ternyata karyawan yang ditugaskan membeli kemeja.
"Nih kemeja kamu udah datang, Aku pakaiin ya?"
Guntur beranjak dari kursi lalu berjalan kearah sang bos, mengambil papper bagnya.
"Aku pakai sendiri aja ya, Soalnya aku udah biasa pake kemeja sendiri nggak nyaman dipakaiin orang lain. Aku harap kamu nggak marah atau tersinggung." Bohong Guntur, tersenyum merayu.
Memasang mimik meyakinkan.
Mengambil papper bag dari tangan Hebe.
Dari awal kerja Guntur selalu meminta Shabi untuk memakaikannya kemeja, dasi dan jas.
Guntur hanya mau Shabi yang melakukan hal tersebut.
Hebe terlihat percaya, mengangukkan kepala.
Mendadak mencium bibir Guntur selama beberapa detik.
Tentu saja hal itu bikin cowok itu syok seketika, Hebe berpura-pura menyesal serta memasang muka ikut terkejut.
Bertingkah sok salting untuk lebih meyakinkan Guntur.
"Maaf ya, aku beneran nggak bermaksud buat lancang cium kamu nggak tahu kenapa tiba-tiba aku ngelakuin hal itu."
Dan akhirnya Guntur percaya meski masih bersikap syok, mencoba untuk memahami situasi Hebe.
"Okey, Aku ngerti."
Beberapa saat situasi terasa canggung, setelah memakai kemeja, dasi dan jas Guntur berpamitan keluar.
Setelah kepergian Guntur, Hebe bersandar pada pintu lalu menyentuh bibirnya sambil memejamkan mata lalu kembali membayangkan saat dia mencium bibir Guntur.
Tersenyum penuh kemenangan karena telah berhasil menyentuh bibir cowok tersebut.
Mungkin dia hanya perlu satu langkah lagi untuk bisa menyentuh tubuh Guntur.
Tbc