"Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu, tapi untuk hari Minggu saya hanya bisa dua kali saja karena saya harus berbagi waktu dengan pacar saya." Jawab Dealova yang tiba-tiba terkejut dengan mobil yang berhenti mendadak.
"Ahhhhhh!!! ada apa Tuan Bara? saya masih ingin hidup tidak mau mati Tuan Bara!!" ucap Dealova dengan wajah sedikit pucat.
"Dengar Nona Nita Dealova!! saya sudah berbaik hati memberikan paruh hari agar kamu bisa pulang untuk menjaga nenek kamu, dan sekarang kamu ingin minta paruh hari lagi untuk pacar kamu?" ucap Bara dengan tatapan dan suara yang sangat kesal.
"Saya juga butuh waktu bersenang-senang Tuan Bara yang terhormat, jadi Tuan Bara setuju atau tidak? kalau tidak setuju... turunkan saya di sini." ucap Dealova dengan tatapan lebih kesal.
"Kamu wanita yang sangat menyebalkan." ucap Bara sambil menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Tuannnn Baraaaaa aaahhhh!!!" jerit Dealova sambil berpegangan pada pinggiran dasboard mobil.
Bara tertawa senang dalam hati.
"Siapa suruh membantah perintahku terus!!" ucap Bara dalam hati sambil melirik Dealova dengan wajah pucatnya.
Setelah selesai mengerjai Dealova dan melihat wajah Dealova yang pucat, Bara mengurangi kecepatan mobilnya dan menjalankannya dengan pelan.
"Bagaimana? jadi minta turun ?" tanya Bara dengan wajah cueknya.
Dealova melihat wajah Bara sepintas tanpa membalas ucapan Bara, kemudian kembali menatap jalan menenangkan jantungnya yang hampir terlepas.
"Jadi Nona Nita! apa di hari Minggu kamu masih ingin berbagi dengan pacar kamu?" tanya Bara tanpa melihat ke arah Dealova.
"Terserah Tuan besar saja." jawab Dealova dengan ketus dengan tatapan ingin membunuh.
"Bagus, aku anggap kamu sudah setuju dengan semua keputusanku." ucap Bara dengan sebuah senyum penuh kemenangan.
Dealova diam tanpa menghiraukan apa yang di ucapkan Bara, hanya satu keinginan Dealova cepat turun dan menghilang dari pandangan Bara.
Sampai di rumah, Dealova bergegas keluar dari mobil Bara, namun langkahnya terhenti saat Bara memanggilnya.
"Nona Nita." panggil Bara dari dalam mobilnya.
Dealova membalikkan badannya dan menatap Bara dengan kesal.
"Apa." sahut Dealova dengan datar.
"Jangan terlambat saat jemput Chelo." ucap Bara dengan menahan senyum, kemudian menjalankan mobilnya keluar halaman rumah.
Kedua tangan Dealova terkepal menahan kekesalan yang amat sangat.
Dengan menghentakkan kakinya, Dealova masuk ke dalam rumah untuk segera menemui Bik Narti untuk membantunya menyiapkan makanan siang untuk Bara dan Chelo.
"Bik Narti." panggil Dealova saat sudah di dapur yang cukup besar.
"Ya Non." jawab Bik Narti yang sedang memasak kare ayam kesukaan Bara.
"Masak apa itu Bik?" tanya Dealova berdiri di samping Bik Narti.
"Kare ayam Non, kesukaan Tuan Besar." jawab Bik Narti.
"Ohh, terus kalau Tuan Muda sukanya apa Bik?" tanya Dealova lagi penasaran dengan makanan kesukaan Chelo.
"Kalo Tuan muda tidak suka ayam, sukanya ikan Non." jawab Bik Narti lagi.
"Jadi selain Tuan Bara, tidak ada lagi yang makan makanan kare ayam ini ya Bik?" tanya Dealova sambil berpikir keras bagaimana cara membalas Bara yang sudah mengerjainya.
"Tidak ada Non, tiap hari di sini selalu buang makanan, karena jarang sekali habis." jelas Bik Narti.
"Aku bantu apa ya Bik Narti?" tanya Dealova yang tidak tahu harus membantu apa.
"Buat susu untuk Tuan Muda saja Non." ucap Bik Narti sambil menyerahkan susu kaleng pada Dealova.
Dengan mudah Dealova sudah membuat dua gelas susu putih dan di letakkannya di atas meja makan.
"Non Nita, kok buat susunya dua?" tanya Bik Narti dengan tiba-tiba.
"Ya Bik, buat Tuan Besar dan Tuan Muda." jawab Dealova dengan santai.
"Satu saja Non, kan Tuan Besar tidak suka susu." ucap Bik Narti sambil membuka kulkas mengambil santan cair untuk sentuhan terakhir masakan kare ayamnya.
"Aneh! memang kenapa tidak suka susu Bik, susu kan bagus untuk kesehatan." ucap Dealova dengan rasa penasaran.
"Tuan besar sangat alergi dengan susu Non, jadi apapun makanan yang akan di makan Tuan Besar, tidak ada boleh mengandung susu." ucap Bik Narti kemudian hendak kembali ke dapur, namun ada telepon rumah yang berbunyi di ruang tengah.
"Emm, Non...bisa minta tolong, santan ini bisa di masukkan ke kare ayam Tuan Besar setelah itu bisa di siapkan di meja, saya akan terima telepon dulu." ucap Bik Narti sambil menyerahkan sebungkus santan pada Dealova.
Setelah Bik Narti pergi, tiba-tiba Dealova punya ide yang cukup cemerlang untuk membalas mengerjai Bara. Santan yang seharusnya untuk kare ayam, di gantinya dengan susu.
Bibir Dealova membentuk sebuah senyuman, sudah terlintas dalam bayangannya Bara akan mengalami bentol-bentol dan gatal di sekujur tubuhnya.
Setelah rencanakannya selesai, Dealova meletakkan kare ayam Bara di atas meja, sambil tersenyum Dealova pergi ke kamarnya untuk mandi dan segera menjemput Chelo.
***
Di sekolah, Dealova duduk di kursi panjang menunggu Chelo yang belum keluar juga. Rasa bosan sedikit menghinggapi pikiran Dealova, sampai terdengar suara ponselnya berbunyi.
Dealova sedikit merasa bersalah saat tahu yang meneleponnya adalah Johan, Dealova ingat dengan janjinya pada Johan untuk sering telepon di saat dia tinggal di rumah Bara. Dan hari ini, dia sama sekali belum ada waktu untuk menelepon Johan.
"Hallo,..Love." panggil Johan di sana saat Dealova menerima panggilan Johan.
"Ya Jo, aku minta maaf padamu Jo..aku belum ada waktu untuk meneleponmu tadi." ucap Dealova dengan rasa menyesal, entah kenapa mendengar suara Johan hati Dealova merasa rindu dengan Johan.
Dealova mendengar suara helaan nafas Johan yang terasa berat.
"Tidak apa-apa Love, aku telepon hanya sebentar saja..aku ingin mendengar suaramu, aku merindukanmu Love." ucap Johan dengan suara penuh kerinduan.
Belum lagi Dealova menjawab ucapan Johan, terdengar suara Chelo memanggilnya.
"Jo, aku tutup dulu ya, nanti aku telepon lagi." ucap Dealova seraya menutup panggilannya tanpa mendengar lagi suara Johan yang memanggil namanya.
"Tante Nita." panggil Chelo lagi, saat sudah berada di dekat Dealova.
"Apa Chelo?" sahut Dealova dengan tersenyum.
"Aku mau pulang cepat, perutku sudah lapar." ucap Chelo dengan tatapan manja.
"Baiklah sayang, ayo kita pulang." ucap Dealova dengan bibir tersenyum, karena sebentar lagi dia akan melihat bagaimana wajah Bara jika selesai makan kare ayamnya.
***
Tiba di rumah, Chelo keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian terlebih dahulu.
Bersama Dealova, Chelo pergi ke ruang meja makan yang ternyata sudah ada Bara yang duduk diam di kursinya.
"Papi, apa papi juga akan makan siang?" tanya Chelo sedikit heran karena yang dia tahu Papinya jarang sekali makan di rumah.
"Ya Son, mulai sekarang kita akan makan siang bersama di rumah." ucap Bara sambil mengambil sedikit nasi dan kuah kare ayam kesukaannya.