Dan Dealova sedikit terkejut saat melihat Johan tidur di ranjangnya dengan memeluk baju tidurnya.
Dealova menghampiri Johan tanpa menimbulkan suara, tampak wajah Johan yang terlihat lelah dengan lingkaran hitam di kedua kelopak matanya.
Dealova mengamati Johan dari dekat, sungguh baru sadar tubuh Johan terlihat lebih kurus di banding dua minggu yang lalu.
"Johan apa yang kamu rasakan sampai kamu memeluk baju tidurku seperti begini?" tanya Dealova dalam hati sambil duduk pelan di pinggir ranjang mengambil pelan baju tidurnya dari genggaman Johan.
Saat menarik pelan baju tidurnya, tiba-tiba Johan berteriak keras.
"Jangan di ambil Jay!!" teriak Johan menggenggam erat baju tidur Dealova masih dengan mata yang terpejam.
"Hm..hm..Johan, ayo bangun." panggil Dealova dengan gemas.
Johan yang mendengar sayup-sayup suara Dealova, perlahan membuka matanya..saat tahu yang di hadapannya benar-benar Dealova dengan secepat kilat menyembunyikan baju tidur Dealova di belakang pinggangnya.
"Apa itu Jo?" tanya Dealova pura-pura tidak tahu.
"Bukan apa-apa." jawab Johan dengan gugup dan wajah yang memerah.
"Coba aku lihat?" tanya Dealova lagi sambil mendorong tubuh Johan ke samping, dan mengambil baju tidurnya dari tangan Johan yang bersembunyi di belakang pinggangnya.
Wajah Johan memerah kemudian berpaling menyembunyikan rasa malunya pada Dealova yang mengetahui kegilaannya.
"Ini baju tidurku Jo, kenapa kamu peluk seperti itu? ayoo ngaku! kamu pasti merindukan aku ya?" tanya Dealova beruntun membuat Johan menutup wajahnya dengan bantal.
"Sudah jangan tanya lagi Love, aku mau tidur!" sahut Johan menutup wajahnya rapat-rapat dengan bantal.
"Terus saja bersembunyi, aku balik lagi nih ke rumah besar." ancam Dealova hendak balik ke rumah Bara.
"Jangan!!!" baik..aku memang merindukanmu." ucap Johan menarik pergelangan tangan Dealova.
Dealova tersenyum, kemudian mengangkat dagu Johan.
"Kalau bicara itu lihat orangnya biar jelas." ucap Dealova dengan menahan gemas, entah akhir-akhir ini sikap Johan yang manis membuat hatinya selalu ingin peluk Johan terus.
"Ya aku merindukanmu, puas..puas kamu Love!!" ucap Johan kemudian memeluk Dealova dengan sangat erat.
"Ya Love, kamu benar..aku sangat merindukanmu, sepi rumah ini tanpa kamu Love." ucap Johan dengan parau di ceruk leher Dealova.
Hati Dealova terenyuh dengan sikap Johan yang pasti tersiksa akan perasaan hatinya yang merindukan dirinya.
"Aku juga sangat merindukanmu Jo, rindu kebersamaan kita sehari-hari." balas Dealova sambil mengusap punggung Johan yang masih menenggelamkan kepalanya dalam dekapannya.
Setelah beberapa menit berpelukan, Dealova melepas pelukannya kemudian dengan tiba-tiba mencubit kedua pipi Johan.
"Jo, bisa tidak kalau aku pas di sana, kamu jangan meneleponku, aku di sana kerja tidak enak sama Bara, nanti kalau dia curiga bagaimana?" ucap Dealova yang tidak bermaksud apa-apa namun cukup membuat sakit hati Johan.
"Maksudmu? kamu merasa terganggu dengan teleponku begitu?" tanya Johan dengan salah satu alisnya terangkat.
"Stop!! jangan bicara sebelum aku selesai bicara ya, dengar sayangku Frans Johan yang tampan, kalau aku pas posisi di sana biar aku yang menelponmu ya? biar aku tidak dapat masalah di sana, kamu mau kita tidak dapat uang dari mak Lampir itu?" jelas Dealova dengan penuh kesabaran menghadapi Johan yang lagi sensitif.
"Siapa Mak Lampir?" tanya Johan penasaran, rasa kesalnya mulai hilang setelah mendengar penjelasan Dealova.
"Ya siapa lagi kalau bukan Georgina." ucap Dealova yang tidak menceritakan pada Johan kalau Georgina sempat menamparnya.
"Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari aku Love?" tanya Johan penuh selidik, Johan sangat mengenal karakter Dealova.
"Tidak ada Jo, sudah lupakan tentang mereka, kita akan melakukan apa dalam waktu lima jam ini? kamu harus ingat Jo, aku tidak boleh terlambat jemput Chelo." ucap Dealova sambil melepas jaketnya yang sedari tadi tidak di lepasnya.
Johan menatap Dealova kemudian terdiam memikirkan sesuatu, hal apa yang akan di lakukannya bersama Dealova lima jam kemudian.
"Jo, jawab!! apa yang kamu inginkan?" tanya Dealova dengan gemas melihat Johan yang sering linglung sekarang.
Johan masih terdiam, kemudian menatap dalam wajah Dealova dengan serius.
"Apa kamu akan menendangku love? kalau aku hanya ingin tidur bersamamu dalam lima jam ke depan ini? hanya ingin memelukmu saja tidak lebih." ucap Johan dengan serius.
Mata Dealova terpana menatap wajah Johan yang baru kali ini begitu sangat serius dan terlihat tampan.
"Serius kamu? hanya tidur bersama tanpa ngapa-ngapain?" tanya Dealova mencari keseriusan di mata Johan.
"Serius Love, tapi kalau kamu minta lebih juga tidak apa-apa." jawab Johan dengan senyum terkulum.
"Dasar omes, sekali omes tetap omes." sahut Dealova meninju perut Johan dengan keras.
"Augghhh." Johan mengaduh menahan sakit, wajahnya pucat, tinjuan Dealova tepat mengenai ulu hatinya yang sudah dua hari ini jarang makan sejak Dealova berada di rumah Bara.
Dealova mengangkat wajah Johan yang masih meringkuk memegang perutnya.
"Kamu kenapa Jo?" tanya Dealova sambil memperhatikan tangan Johan yang masih memegang perutnya yang terasa perih.
Saat Johan masih terdiam menahan sakitnya, Dealova mendengar bunyi suara dari perut Johan. Suara lapar dari perut Johan terdengar jelas di telinga Dealova.
"Johan, jawab jujur!! berapa hari kamu tidak makan?" tanya Dealova dengan kesal karena Dealova sangat tahu Johan punya riwayat mag akut yang tidak bisa di anggap remeh.
"Johan jawab!!!" ucap Dealova dengan suara penuh tekanan.
"Aku masih ada makan love, walau sedikit." ucap Johan sedikit berbohong agar Dealova tidak cemas akan dirinya.
Tanpa membalas ucapan Johan, Dealova menarik pundak Johan dan di peluknya dengan erat.
"Ingat Jo, kamu bisa melakukan apapun, aku tidak akan marah ataupun melarang kamu, tapi aku hanya minta dua saja permintaanku jangan lagi minum, dan kamu harus makan tiap hari dengan teratur, penyakit mag kamu sudah akut Jo, aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu, hanya kamu yang aku punya dan aku tidak ingin kehilangan kamu?" ucap Dealova dengan matanya yang berkaca-kaca.
Hati Johan terasa terbang bagaikan kupu-kupu yang keluar mengitari bunga-bunga dengan segala keindahannya.
"Kamu mau berjanji padaku kan Jo?" tanya Dealova menatap dalam wajah Johan.
"Ya..ya..Love, jangan bersedih begitu, perutku langsung mulas lihat wajah kamu yang sedih." Jawab Johan dengan jantungnya yang berdegup kencang.
Dealova tersenyum, kemudian mengecup kening Johan sekilas dan mencubit ujung hidung Johan yang mancung.
"Mandilah dulu Jo, aku akan masak nasi dan dadar telor untukmu." ucap Dealova seraya turun dari ranjang dan berjalan ke arah dapur.
Johan yang masih di atas ranjang masih terdiam dengan bibir tersenyum, mengingat ucapan manis dan perhatian Dealova tentang sakitnya.
Sambil melihat ke arah pintu kamar, Johan mengambil baju tidur Dealova dan menciuminya dengan segenap perasaan.
"Aku mencintaimu Love, aku mencintaimu." ucap Johan tertawa bahagia sambil berguling memeluk baju tidur Dealova.
"Johan!"'