Chapter 8 - UNGKAPAN CINTA JOHAN

Masih di dalam kamar Dealova menjaga Johan yang belum sadar dari pingsannya. Karena Johan belum sadar juga, Dealova masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Selesai mandi Dealova berganti pakaian, dan kembali duduk di samping Johan yang masih belum sadar juga.

Melihat wajah dan bibir Johan yang memerah, Dealova meraba kening Johan, rasa menyengat dealova rasakan pada kulit telapak tangannya.

"Kamu demam Jo?" gumam Dealova beranjak dari duduknya untuk mengambil sebaskom air dan handuk kecil untuk menyeka Johan.

Dengan penuh perhatian Dealova menyeka kening Johan dengan berulang-ulang.

"Love!! jangan pergi..aku mohon!!" tiba-tiba Johan meracau memanggil nama Dealova.

Dealova terdiam sejenak, kemudian menepuk pelan pipi Johan.

"Jo... kamu mengigau?" tanya Dealova sambil menatap dalam wajah Johan.

"Jangan pergi Love, aku mohon jangan tinggalkan aku, aku bersalah padamu..aku yang telah membuatmu jadi hancur, maafkan aku, aku mencintaimu Love, sangat mencintaimu." Johan masih meracau dan mengungkapkan perasaannya tanpa sadar karena efek dari demamnya yang tinggi.

"Aku sungguh-sungguh minta maaf Love, maafkan aku, aku mencintaimu love." kembali Johan meracau dengan mata terpejam, wajahnya dan bibirnya semakin memerah.

Hati Dealova sedikit tergugah dan terenyuh mendengar ucapan perasaan Johan, selama ini walau Johan mengklaimnya sebagai kekasihnya Johan tidak pernah mengatakan tentang perasaannya, selain perhatian yang penuh dalam bulan-bulan terakhir, bahkan perkerjaan Dealova banyak di alihkan ke anak-anak yang baru.

Entah karena apa, walau Johan yang pertama kali menjualnya pada laki-laki hidung belang namun di hati Dealova Johan yang telah memberinya hidup untuk bisa bertahan dengan kerasnya hidup dunia malam.

Johan selalu melindunginya dari kekerasan laki-laki yang bertindak kasar padanya.

"Love." panggil Johan membuyarkan lamuman Dealova.

"Kamu sudah sadar Jo?" tanya Dealova sambil meraba kembali kening Johan yang masih hangat.

"Kepalaku pusing Love." ucap Johan dengan memegang kepalanya.

"Minumlah Juice ini, sudah aku buatkan untukmu." ucap Dealova memberikan segelas juice pada Johan tanpa bertanya tentang apa yang telah di dengarnya soal perasaan Johan.

Setelah minum juice nya Johan mencoba untuk duduk dan bersandar.

"Kepalaku kenapa sakit sekali Love?" tanya Johan sambil mengusap benjolan pada kepalanya.

"Aku yang memukulmu dengan botol sampai kamu pingsan!! apa!! kamu marah?" tanya Dealova dengan wajah marah.

"Siapa yang suruh mabuk-mabukkan sampai cari mati?" ucap Dealova dengan matanya yang berkaca-kaca, karena hanya Johan yang dia punya, dan hanya Johan yang selalu di sisinya di saat dia terpuruk.

"Kamu menangis Love?" tanya Johan mengusap airmata Dealova yang menetes di pipi.

"Buat apa aku menangisi orang yang tidak sayang nyawanya, coba saja kalau kamu berani ulangi lagi mabuk seperti tadi, akan aku beri racun sekalian." ucap Dealova dengan gemas.

Johan tersenyum bahagia, menarik punggung Dealova dalam pelukannya.

"Aku merindukanmu Love." bisik Johan di telinga Dealova sambil mengusap punggung Dealova dengan lembut.

"Belum satu hari sudah rindu, bagaimana kalau satu tahun?" ucap Dealova dengan sebuah senyuman.

"Satu tahun ya Love? mungkin aku bisa mati Love." ucap Johan serius di susul tangan lembut Dealova menutup mulutnya.

"Kamu bicara apa Jo!" ucap Dealova dengan tidak senang.

"Maaf Love, tapi itu benar kalau memang seperti itu kejadiannya." ucap Johan tanpa tersenyum.

"Jangan ngomong soal kematian Jo, kamu akan selalu panjang umur dan selalu ada untukku kan Jo?" ucap Dealova menatap lembut wajah Johan.

"Tentu saja Love, sekarang ceritakan padaku hal apa yang penting sampai kamu meninggalkan aku tanpa penjelasan?" tanya Johan penuh selidik.

"Tuan Bara menyuruh aku ke rumahnya lagi, Chelo mencariku." ucap Dealova sekalian mau tanya soal yang akan tinggal di rumah Bara.

"Lalu bagaimana?" tanya Johan lagi ingin tahu semuanya.

"Tuan Bara memberi aku pekerjaan sebagai baby sitter Chelo, dengan syarat aku harus tinggal di rumahnya." ucap Dealova belum selesai sudah di sela Johan.

"Kamu tidak bisa tinggal di sana!! kamu harus di sini!! kamu milikku Love." teriak Johan tanpa sadar.

"Johan, tenang! ada apa denganmu? bukannya kamu ingin aku cepat menyelesaikan pekerjaanku dengan bermain skandal dengan Tuan Bara? ini kesempatan emas Jo? aku bisa langsung menggoda Tuan Bara di sana." jelas Dealova dengan pelan.

"Aku tidak perduli, kita mundur saja...aku akan bilang pada Gina, kalau kita tidak bisa meneruskannya." ucap Johan dengan kesal.

"Aku tidak bisa mundur lagi Jo, kamu tahu aku kan? kalau sudah menerima pekerjaan ini, aku akan menyelesaikannya." ucap Dealova menatap wajah Johan dengan serius.

Johan terdiam kemudian bergerak bangun hendak turun dari ranjang, namun Dealova menahannya.

"Kamu mau ke mana Jo? kamu masih sakit." ucap Deloava menahan dada Johan.

"Dengarkan aku dulu Jo, aku akan berbagi waktu dalam satu Minggu, tiga hari di sini dan empat hari di sana." ucap Dealova dan melihat reaksi Johan agak sedikit tenang.

"Hari apa saja untukku Love?" tanya Johan dengan suara pelan.

"Selasa, Kamis , sabtu, bagaimana Jo? kamu suka kan kalau hari Sabtu kita bisa bersama?" tanya Dealova dengan tersenyum.

"Tetap aku tidak senang, kalau harus berpisah denganmu Love." ucap Johan dengan wajah yang muram.

"Aku akan selalu menghubungi Jo, agar kangenmu terobati." ucap Dealova dengan senyum menggoda.

Johan mengalihkan wajahnya yang sudah memerah seperti tomat.

"Ayolah Jo, ada apa denganmu? sejak kapan kamu jadi pemalu hah?" ucap Dealova memajukan wajahnya dan mengecup bibir Johan dengan lembut.

"Tidak ada kata malu kalau denganmu Love, kamu miliku, dan aku milikmu." jawab Johan dengan suara serak membalas kecupan bibir Dealova.

"Hmm, apa kamu menginginkannya sekarang Jo?" tanya Dealova ingin membahagiakan hati Johan yang telah benar-benar mencintainya.

"Aku selalu menginginkanmu Love, tiap saat tiap waktu dalam hidupku." jawab Johan dengan suara hampir tak terdengar.

Dealova menatap iris mata Johan, dengan tatapan yang sangat dalam.

Mendapat tatapan penuh Dealova, membuat jantung Johan berdetak sangat kencang.

Perlahan Johan menarik punggung Dealova dan mendekap erat tubuh Dealova di atas tubuhnya.

Wajah Dealova begitu sangat dekat dengan wajah Johan, hembusan nafas Johan menerpa wajahnya begitu hangat.

Dengan tatapan penuh cinta, Johan menyentuh bibir lembab Dealova dengan jarinya.

"Bibirmu candu bagiku Love, aku ingin terus menikmatinya sampai akhir hidupku, hanya bibirmu." ucap Johan mulai melumat bibir Dealova dan langsung mendapat balasan lebih intens dari bibir Dealova.

Dengan keahliannya bibir Dealova bermain dengan lincah di dalam mulut Johan.

"Love..." panggil Johan dengan matanya yang sudah setengah terpejam, saat bibir candu Dealova sudah memanjakan batang miliknya yang sudah berdiri dan mengeras.

Tanpa memberikan kesempatan Johan untuk melawan, Dealova sudah membuat Johan terkapar saat pelepasan puncaknya dengan sperma yang sudah tercecer di mana-mana.

"Aku tidak pernah bosan dengan bibirmu candumu Love." bisik Johan di telinga Dealova yang sedang membersihkan bibirnya.