"Maafkan aku Jo, maafkan aku..aku tidak bermaksud marah padamu, aku kesal pada mereka Jo." ucap Dealova menangkup wajah Johan yang terlihat sedih.
"Ya aku memaafkanmu Love, tapi kamu benar Love, akulah akar dari semua masalah yang ada padamu, aku janji akan menyelesaikannya, sekarang ceritakan semuanya padaku Love." ucap Johan memeluk erat punggung Dealova.
Tanpa ada cerita satupun yang tertinggal Dealova menceritakannya semuanya pada Johan, bahkan sampai pada cerita terakhir di mana Alvino yang ingin bersamanya dalam satu hari yang membuatnya naik pitam.
"Maafkan aku Love, karena aku akhirnya kamu terlibat dengan orang-orang itu, sekarang kamu tenang ya." ucap Johan memeluk Dealova dengan penuh perasaan.
"Tidak Jo, kamu tidak sama sekali tidak bersalah maafkan kata-kataku tadi ya?" Ucap Dealova mengecup bibir Johan, membuat hati Johan semakin dalam mencintai Dealova.
"Aku akan menemui Tuan Bara sekarang." ucap Johan dengan tenang.
"Jangan Jo, kalau kamu ke sana Si Bengis itu akan tahu kalau aku di sana hanya bersandiwara dan itu akan menambah kesalahanku padanya." ucap Dealova yang tidak ingin Johan menceritakan semuanya.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Johan yang sebenarnya ingin ke rumah Bara dan menyudahi semuanya.
"Kita tunggu besok pagi, apa yang akan di lakukan Bara." ucap Dealova yang sangat pusing dengan jalan hidupnya yang selalu bernasib sial.
"Ya sudah, sekarang kamu istirahat ya? aku akan keluar sebentar mencari makan buat kamu." ucap Johan penuh perhatian.
"Trimakasih ya Jo, kamu baik sekali." ucap Dealova menatap dalam wajah Johan yang semakin tampan di matanya.
"Kamu jangan menatapku seperti itu Love, aku bisa jatuh cinta padamu nanti." ucap Johan sedikit gugup seraya berdiri dari tempatnya.
"Bukannya kamu sudah jatuh cintaku padaku Jo?" gumam Dealova dengan pelan.
"Apa yang kamu bilang Love?" tanya Johan yang sedikit mendengar gumaman Dealova.
"Tidak apa-apa Jo, cepat balik ya... perutku keburu lapar." ucap Dealova dengan tersenyum.
Johan menatap Dealova sekilas sambil menggaruk tengkuknya, penasaran dengan apa yang di ucapankan Dealova.
Di luar rumah, di atas motornya Johan mengambil nafas panjang, memikirkan masalahnya Dealova dengan Bara.
"Apa yang harus aku lakukan untuk menolongmu Love, aku tidak akan membiarkan kamu menghadapi semua ini sendirian, ada aku yang akan selalu menjagamu walaupun nyawaku sebagai taruhannya." gumam Johan dengan hati pedih menjalankan motornya untuk membeli makanan buat Dealova.
***
Pagi hari Johan bangun lebih awal, semalaman tidurnya tidak bisa nyenyak pikirannya hanya tertuju pada masalah Dealova, padahal tubuhnya sangat lelah setelah bekerja di night club nya yang sangat ramai dengan pengunjung.
Kadang dalam hati Johan ingin berhenti dari pekerjaannya menjadi seorang muncikari dan ingin meneruskan usahanya khusus untuk cafe saja, tapi sangat sulit untuk melepas anak buahnya yang tidak mau berhenti atau berpisah darinya.
"Mungkin sudah waktunya aku berhenti dari ini semua." gumam Johan sambil menyibak selimutnya ke luar dari kamar menuju ke dapur untuk mengambil minuman.
"Pagi Jo." sapa Dealova yang sudah berada di dapurnya menyiapkan sarapan buat Johan.
"Pagi juga Love." sahut Johan tersenyum sambil membuka kulkas untuk mengambil minuman bersoda.
"Eiitt no, mulai sekarang kamu harus mengurangi minuman bersoda, tuh sudah aku siapkan susu hangat untukmu." ucap Dealova seraya mengambil minuman bersoda dari tangan Johan dan memasukkannya kembali ke dalam kulkas.
Hati Johan semakin tersentuh dan nelangsa dengan perhatian Dealova.
"Love?" panggil Johan dengan suara bergetar.
"Ya Jo?" sahut Dealova menatap kedua bola mata Johan yang kecoklatan.
"Aku..aku ingin mengatakan sesuatu, akuuu." Johan tidak meneruskan percakapannya karena ponselnya Dealova berbunyi.
"Sebentar Jo, sepertinya Chelo yang menelponku." ucap Dealova saat melihat nama Bik Narti di ponselnya.
Keberanian Johan kembali lagi surut saat tahu betapa perdulinya Dealova pada Chelo.
"Hallo, Ya Bik Narti." ucap Dealova setelah menerima panggilan Bik Narti.
"Non Nita, Chelo sakit Non demam, badannya panas sekali...manggil terus nama Non Nita." ucap Bik Narti terdengar suaranya sangat panik.
"Tuan Bara ke mana Bik?" tanya Dealova perasaan semakin tidak senang, ada anaknya sakit malah tidak tahu.
"Tuan Bara dari kemarin sore tidak keluar kamar Non." jawab Bik Narti sedikit gemetar.
"Baiklah Bik, aku akan segera ke sana..tolong siapkan segala sesuatunya Bik dan tunggu aku di pintu samping rumah." ucap Dealova yang sudah panik dengan keadaan Chelo.
"Ada apa Love, apa ada sesuatu yang terjadi pada anak itu?" tanya Johan ikut cemas melihat wajah Dealova yang pucat.
"Aku akan ke rumah Si Bengis untuk mengantar Chelo ke Dokter, dia sakit demam sedang papanya yang gila itu malah dari kemarin tidak keluar kamar tidak perduli pada anaknya." jawab Dealova dengan kesal.
"Aku antar ya Love?" ucap Johan tidak ingin terjadi apa-apa pada Dealova.
"Trimakasih ya sayang." ucap Dealova kemudian mengecup bibir Johan sekilas.
Hati Johan kembali berbunga-bunga dengan panggilan Dealova sayang serta ciuman yang terasa lain di bibirnya saat Dealova mengecupnya.
"Sama-sama Love." ucap Johan sedikit gugup dan malu.
"Kita berangkat sekarang Jo, sebelum Chelo kenapa-kenapa." ucap Dealova mengambil jaketnya.
Dengan sigap Johan keluar kamar dan mengambil motornya yang ada di garasi.
"Ayo Jo jalan." ucap Dealova setelah berada di atas motor dengan memeluk erat pinggang Johan.
Hati Johan berdebar-debar indah, moment tiap detik bersama Dealova mulai terekam indah di pikiran Johan.
Sampai di pintu samping rumah Bara, Bik Narti dan Chelo sudah menunggunya.
"Chelo sayang, kita ke dokter ya." ucap Dealova setelah turun dari motor dan memeluk Chelo.
Chelo mengangguk dengan lemah.
"Baiklah Bik, aku akan membawa Chelo ke Dokter, biasanya Chelo kalau sakit ke Dokter siapa Bik?" tanya Dealova di atas motor sambil menggendong Chelo yang sudah lemas.
"Dokter Bagus biasanya Non, rumahnya tidak jauh dari sini, di jalan Tidar no 22." ucap Bik Narti.
"Oke Bik Narti, bilang ke Tuan Bara kalau Chelo aku bawa ke Dokter Bagus." ucap Dealova kemudian menepuk pundak Johan untuk segera berangkat.
Sampai di tempat praktek Dokter Bagus, Dealova membawa masuk ke ruangan praktek dan mengambil nomor antrian, sedangkan Johan menunggu di luar.
Saat Dokter Bagus mengenali Chelo segera menghampiri Dealova.
"Nona Nita? ada apa dengan Chelo?" tanya Dokter Bagus seraya mengambil alih Chelo dan membawanya masuk ke ruangannya.
"Demam tinggi Dokter." jawab Dealova mengikuti Dokter Bagus ikut masuk ke dalam ruangannya.
"Baiklah saya periksa dulu ya." ucap Dokter Bagus memeriksa keadaan Chelo.
Di luar ruangan praktek Dokter Bagus, Johan di kejutkan dengan suara sirine mobil polisi yang berhenti tepat di halaman tempat praktek Dokter Bagus. Ada tiga orang polisi keluar dari mobil dan menghampiri asisten Dokter Bagus.
"Permisi, apa benar ini tempat praktek Dokter Bagus?" tanya salah satu polisi.
"Ya Benar Pak? bisa saya bantu?" jawab Asisten Dokter Bagus.
"Sesuai surat perintah dari Atasan kami, dan berdasarkan laporan dari orang tua Chelo, kami di perintahkan menangkap saudari Kanita, karena telah menculik Chelo dengan secara paksa." jelas salah satu polisi tersebut.
Johan terhenyak dari tempat duduknya, dadanya terasa sesak seketika mendengar semua penjelasan salah satu polisi tersebut.