Setelah Chelo di periksa Dokter Bagus, Dealova menggendongnya dan di bawanya keluar, namun langkah Dealova terhenti ketika melihat tiga orang polisi mendatanginya.
"Dengan Nona Kanita, mohon ikut bersama kami ke kantor polisi atas tuduhan pada anda karena telah menculik Chelo putra dari keluarga Bara Febriansyah." ucap salah satu polisi yang masih muda seraya mengambil Chelo dari gendongan Dealova.
"Tuduhan apa iki pak? saya tidak ada menculik Chelo, saya baby sitternya dan sekarang Chelo sedang sakit, saya membawanya ke Dokter Bagus karena demamnya sangat tinggi." ucap Dealova dengan tenang walaupun hatinya menjerit ketakutan.
"Bantahan dan penjelasan Nona Kanita bisa di katakan di kantor polisi, mari ikut kita." ucap polisi muda itu.
"Tolong pak, beri saya waktu untuk memberi obat dulu pada Chelo." ucap Dealova dengan perasaan yang sangat sakit pada Bara yang telah tega memanggil polisi untuk menangkapnya, padahal sudah jelas dia telah berniat baik membantu Chelo yang sedang sakit dan tidak ada yang mengurusnya.
"Nona Kanita tenang saja, Chelo secepatnya akan kami bawa pulang biar secepatnya di obati oleh orangtuanya." ucap polisi itu lagi.
"Baiklah Pak, tolong bisa cepat mengantarkan Chelo ya pak." ucap Dealova mencoba untuk tenang.
"Permisi Pak, saya hanya menjelaskan saja, sebenarnya bukan Kanita yang membawa Chelo tapi saya, jadi yang harus di salahkan dalam hal ini saya, karena saya yang memaksa Kanita ikut, lihat itu motor saya yang membawa Kanita ke sini, kalau bapak tidak percaya bisa tanya para pasien yang di sini." ucap Johan mencoba melindungi Dealova.
"Johan, apa yang kamu lakukan?" ucap Dealova yang tidak menyangka kalau Johan ikut melibatkan diri dengan masalahnya.
"Kanita kamu jangan membelaku, biar aku yang bertanggung jawab karena ini memang tujuanku untuk membawa Chelo kemudian menculiknya maafkan aku, aku telah manfaatkan kamu." ucap Johan dengan jelas.
"Johan!!" ucap Dealova dengan suara tertahan tak bisa bilang apa-apa lagi saat polisi selain membawanya juga membawa Johan yang tidak bersalah atas masalah dirinya dengan Bara.
***
Di rumah Bara, Georgina tersenyum sambil menyilangkan kedua kakinya di atas meja.
"Hahahahhah, akhirnya aku bisa menyingkirkan kamu dengan mudah Dealova, siapa suruh kamu menarik perhatian Bara dan Alfino, dan kamu Johan jadi laki-laki kenapa kamu sangat bodoh sampai membela mati-matian Dealova." monolog Georgina sambil meneguk vodka yang baru di belinya.
"Nyonya Besar." panggil Bik Narti yang datang tergopoh-gopoh menghampiri Georgina.
"Ada apa?" tanya Georgina dengan wajah dingin.
"Tuan Muda tidak mau minum obatnya, bagaimana Nyonya." ucap Bik Narti dengan panik dan cemas.
"Kamu bangunkan saja Bara." Jawab Georgina dengan senyuman sinis di bibirnya.
"Tuan Bara dari kemarin sampai siang ini belum keluar dari kamarnya Nyonya." ucap Bik Narti semakin panik.
"Ya sudah Bik, di pukul saja kalau tidak mau minum obatnya." ucap Georgina sambil mengingat kembali dengan apa yang di lakukannya pada Bara.
Hati Georgina sangat sakit hati saat melihat Bara sedang mabuk kamarnya sambil memanggil nama Dealova, apalagi saat tahu dari Alvino kalau Bara telah mencabut tuntutannya membuat Georgina semakin benci dengan Dealova.
Dengan kemarahan dan rasa cemburunya yang sangat besar, Georgina memberi obat tidur dosis tinggi pada minuman Bara saat Bara masih dalam keadaan mabuk. Dan akhirnya Bara sampai sekarang belum bangun dari tidur panjangnya.
"Nyonya besar, bagaimana ini Nyonya?" tanya Bik Narti yang terlalu lama menunggu jawaban Georgina.
"Ada apa lagi sih Bik, kalau Bara belum bangun ya sudah di paksa saja kenapa pasti mau Chelo nya, bila perlu di pukul biar mau." ucap Georgina sambil bangun dari duduknya dan pergi meninggalkan Bik Narti yang berdiri dengan mengelus dada.
Dengan perasaan cemas, Bik Narti kembali ke kamar Chelo untuk mencoba memberikan obatnya.
"Tante Nita,...Tante Nita." Chelo meracau memanggil nama Dealova.
Melihat Chelo memanggil nama Dealova secara terus menerus, Bik Narti mencoba menghubungi Dealova lewat ponselnya. Bik Narti tidak tahu kalau Dealova ada Kantor polisi, karena saat polisi datang dengan Chelo Bik Narti di suruh Georgina ke pasar.
***
Di kantor polisi di saat Dealova dan Johan di interogasi ponsel Dealova berbunyi.
"Nona Nita, ada telepon untukmu." ucap Kapten Dipta yang telah menyita ponselnya.
Dengan perasaan sedih Dealova menerima panggilan Bik Narti.
"Hallo, ya Bik Narti ada apa? bagaimana keadaan Chelo? apa dia sudah meminum obatnya?" tanya Dealova dengan cemas, dan kecemasannya itu terlihat jelas di mata Kapten Dipta.
"Chelo tidak mau minum obatnya Non Nita." ucap Bik Narti dengan tangisan kecil takut Chelo kenapa-kenapa.
"Tuanmu di mana? apa dia tidak tahu kalau Chelo sakit?" tanya Dealova dengan perasaan benci pada Bara.
"Tuan Besar belum keluar dari kamarnya Non, dan Nyonya besar juga barusan pergi." ucap Bik Narti dengan terbata-bata.
"Hm, Bik Narti tolong aku mau bicara sama Chelo, biar Chelo mendengar suaraku." ucap Dealova dengan perasaan sedih.
"Chelo ini Tante sayang, Chelo." panggil Dealova dengan suara tangis tertahan.
"Tante.." suara Chelo terdengar lemah.
"Chelo, dengarkan Tante ya sayang.. Chelo minum obatnya ya sayang, biar Chelo bisa bermain lagi dengan Tante." ucap Dealova dengan airmata yang sudah menetes di pipinya.
"Ya Tante." jawab Chelo dengan suara sedikit ceria.
"Anak pintar, cepat sembuh ya Chelo, nanti Tante telepon lagi ya sayang, daaa Chelo." ucap Dealova dengan perasaan lega karena Chelo sudah mau minum obatnya.
"Trimakasih pak." ucap Dealova pada Kapten Dipta sambil menyerahkan ponselnya setelah mengakhiri panggilan Bik Narti.
"Jadi alasan apa sampai kalian berdua melakukan hal ini?" tanya Kapten Dipta menatap wajah Dealova dan Johan secara bergantian.
"Begini pak..." ucap Dealova berniat menjelaskan yang sebenarnya, namun Johan menggenggamnya sangat erat sambil menatap Dealova dengan tatapan tajam tak ingin di bantah.
"Saya sudah menjelaskan dari awal, Kanita adalah baby sitter keluarga Tuan Bara, dan saya yang mengancamnya untuk membawa Chelo pergi, karena anak itu sakit Nita membawanya ke dokter Bagus, ini murni kesalahan saya, dan saya yang punya rencana ini bukan Nita, saya yang memanfaatkan kebaikan Kanita, Bapak bisa melihat sendiri bagaimana kedekatan Chelo dengan Kanita, bahkan pelayan kepercayaan keluarga Bara saja sampai menelepon Nita untuk minum obatnya Chelo." jelas Johan panjang lebar.
"Baiklah karena kita masih belum bisa menghubungi keluarga Bara, untuk saudari Kanita sementara akan kami bebaskan tapi dengan syarat tidak boleh keluar kota, dan harus siap dalam dua puluh empat jam jika kami memanggil, sedangkan untuk saudara Johan karena sudah mengakui tindak kejahatan anda maka anda akan kami penjarakan sampai pihak keluarga Bara mencabut tuntutan atau berkas ini akan sampai di persidangan." jelas Kapten Dipta.
"Maaf Pak bukan seperti itu..." sela Dealova namun tangan Johan mencengkram erat lengan Dealova.
Dealova ingin menangis ingin berteriak namun tak mampu dengan tatapan Johan yang menghentikan urat syarafnya untuk bicara.
"Sersan Bima, tolong saudara Johan sementara di bawah ke sel yang kasusnya masih belum selesai." ucap Kapten Dipta.
"Johannn!" panggil Dealova dengan suara tercekat, matanya berkaca-kaca melihat Johan yang tersenyum padanya dengan tatapan penuh cinta.