" Ta! Tolong ambilin saos dong!" ucap Manda. Tata mengambilkan saos yang ada didekatnya.
" Asyik banget, sih, lo? Ampe kita-kita dicuekin!" kata Saras cemberut.
" Eh? Sorry! Lagi nanggung!" jawab Tata.
" Lagi baca apa'an, sih?" tanya Manda.
" Lagi baca buku tentang fashion!" jawab Tata.
" Oooo!" sahut Manda.
" Mau denger gossip nggak?" ucap Saras. Manda langsung menatap Saras.
" Gossip aapa?" tanya Manda.
" Kalian kenal Bastian'kan?" tanya Saras.
" Kenapa dia?" tanya Manda sambil memakan pizzanya.
" Gue denger-denger, dia naksir berat sama lo, Ta!" ucap Saras. Tata yang mendengar perkataan Saras sontak tersedak karena dia saat itu sedang meminum minumannya.
" Astaga, Ta! Pelan aja minumnya!" ucap Manda.
" Dia gitu gara-gara kaget, Man!" kata Saras.
" Kalo ngegossip kira-kira, dong, Ras!" ucap Tata.
" Ini serius, Ta! Gue denger, dia bela-belain kuliah ke Negara S buat ngejar lo!" kata Saras serius.
" Serius lo?" tanya Manda menatap Saras dengan tajam.
" Emang dia tahu gue mau kuliah disana?" tanya Tata.
" Tahu!" jawab Saras.
" Emmmm! Ini, ni! Lo 'kan yang bilang sama dia!" tuduh Manda.
" Abis dia ganteng abis! Gue nggak sengaja bilang ke dia!" jawab Saras dengan tertunduk.
" Udah, ah! Biar aja! Gue kesana nggak ada niat buat pacaran! Tapi Ku...li...ah! Ok!" jawab Tata dengan tegas.
" Sayang, Ta, kalo dianggurin! Kalo aja lo lihat bibirnya itu? Astaganaga! tipis banget dan sangat merah! Kalo dilumat, emmmmm, pasti nikmat!" Saras menutup matanya sambil membayangkan dia melumat bibir Bastian.
" Gimana, Ta?" tanya Saras sambil membuka matanya. Tiba-tiba sebuah balon nyasar dikepalanya.
" Dasar otak mesum, lo!" kata Manda sebel. Tata yang melihat hanya senyum-senyum lalu tertawa melihat raut wajah Saras.
" Hahahahahahaha!"
" Sakit, Man!" kata Saras.
" Biar aja! Pikirin tu, Mas Ferdi lo yang di sono!" ucap Manda.
" Ya, Man! Lo ingetin lagi gue sama tu cowok kaku!" jawab Saras. Ferdi adalah tunangan Saras, mereka dijodohkan saat masih kecil. Ferdi saat ini sedang bekerja di perkebunan milik orang tuanya dan rencananya Ferdi akan melamar Saras saat Saras selesai SMA.
" Kalian harus hadir ya kalo gue jadi nikah!" ucap Saras pelan.
" Idih! Mau nikah kok sedih! Harusnya tu lo bersyukur, karena ada Mas Ferdi yang ganteng mau sama capung kayak lo!" sindir Manda. Saras memang dijuluki capung oleh sahabat-sahabatnya, karena tubuhnya sangat kurus, padahal makannya sangat banyak tapi Saras memiliki wajah yang cantik.
" Dasar badak!" balas Saras pada Manda. Sedangkan Manda memiliki tubuh tinggi dan besar, makanya disebut badak, tapi dia juga cantik seperti Saras.
" Dasar capung! Gue injek juga, lo!" kata Manda. Tata hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat dua sahabatnya itu. Sedangkan Tata yang paling cantik diantara mereka,hidungnya mancung, matanya sedikit sipit, kulitnya putih, bibirnya sedikit tebal mengarah ke seksi, tingginya 165 cm dengan berat badan 60 kg, payudara dan pantat Tata yang terlihat padat, cowok mana yang tidak tergila-gila dengan bentuk tubuh Tata. Tapi karena Tata tidak suka memakai pakaian seksi, jadi teman-temannya tidak ada yang tahu jika tubuh Tata sebenarnya sangat bagus. Saat itu Kenzo dan Atta tidak ikut karena mereka hanya ingin pergi sesama cewek-cewek aja. Tanpa mereka sadari ada yang memotret kebersamaan mereka, terutama Tata. Mereka membeli beberapa pakaian setelah selesai makan pizza, lalu mampir ke Timezone untuk bermain-main sebentar. Setelah puas, mereka masuk ke dalam photobox dan berfoto dengan macam-macam gaya sambil sesekali tertawa lepas dan menangis. Akhirnya mereka pulang saat hari telah malam, mereka sangat senang sekali hari itu.
Keesokan harinya mereka berempat datang ke rumah Tata untuk menagntarnya ke bandara.
" Please, kalian nggak usah antar gue sampe bandara! Biar mami sama papi gue aja yang nganter!" ucap Tata.
" Tapi kenapa, Ta?" Tanya Manda.
" Gue nggak akan sanggup pergi kalo kalian ada disana!" jawab Tata.
" Ok! Kami akan pergi! Kamu hati-hati, ya!" kata Atta.
" Iya, Ta! Kamu hati-hati!" kata Saras. Kemudian mereka saling berpelukan dan menangis. Tata yang tidak tahan lagi langsung masuk ke dalam mobil dan meninggalkan sahabatnya di rumahnya. Mereka melambaikan tangannya kepada Tata, tapi Tata hanya diam saja tapi airmatnya menetes dipipinya. Mereka akhirnya sampai dibandara, mami dan papi Tata memeluk erat tubuh Tata.
" kamu baik-baik, ya, cah ayu!" pesan papinya.
" iya, pi!" jawab Tata.
" jangan lupa makan dan telpon!" ucap maminya.
" iya, mi!" jawab Tata.
" Tata pergi! mami sama papi baik-baik, ya!" ucap Tata dengan mata sembab, lalu dia meninggalkan mereka dan masuk ke tempat pemeriksaan tiket. Saat masuk ke dalam bandara, Tata dihadapkan dengan tempat pemindai sinar X, dia meletakkan koper dan tasnya ke alat pemindai tersebut sedangkan dia masuk ke pintu metal detector setelah memasukkan ponselnya ke dalam keranjang. Tata kemudian menuju counter check in, kebetulan saat itu tidak begitu panjang antriannya. Tata meletakkan bagasinya ke tempat penimbangan dan dia diberi nomor bagasi untuk disimpan, lalu dia menyerahkan tiket, paspor, visa dan ktp untuk ditukar dengan boarding pass. Setelah itu Tata antri ke meja imigrasi untuk mendapatkan stempel imigrasi keluar Indonesia. Naik ke lantai 2 untuk menuju gate 5 tempatnya menunggu keberangkatan sesuai dengan yang tertera di boarding pass miliknya, Tata harus melalui pemeriksaan keamanan lagi yang kali ini lebih ketat dari sebelumnya. Lolos dari pemeriksaan tersebut, Tata duduk di ruang tunggu, sambil menunggu jadwal boarding, dia membaca-baca literatur tentang fashion yang dibelinya beberapa hari yang lalu. Beberapa jam kemudian Tata berdiri saat pesawat yang akan dinaikinya diumumkan akan berngkat. Dia menuju ke tempat antrian penumpang, setelah diperiksa Tata masuk ke dalam sebuah koridor yang langsung terhubung dengan pintu pesawat.
" Selamat Datang!" sambut beberapa pramugari yang berdiri dipintu pesawat. Tidak berapa lama kemudian Tata yang telah duduk dengan nyaman dikursinya langsung membaca lagi bukunya. Kebetulan Tata duduk di kursi Kelas satu. Penerbangan yang akan memakan waktu cukup lama itu tidak akan disia-siakan Tata. Dia telah membeli beberapa buku untuk dibacanya. Saat pesawat berada di udara, Tata diberi kartu imigrasi negara Aussie yang terdiri dari kedatangan dan keberangkatan, lalu Tata mengisi kartu kedatangan dan memasukkannya di tasnya. Tata tertidur beberapa jam karena kantuk yang menyerangnya.
Setelah mengalami perjalanan panjang dan melelahkan, Tata akhirnya sampai di tempat tujuannya di Negara S, lalu dia langsung menuju apartement yang telah dibelikan oleh papinya di dekat kampusnya yang terletak di Kota SS. Tata langsung masuk ke dalam dan naik ke lantai 9, dimana letak apartementnya berada. Apartement yang cukup luas jika dipakai sendiri oleh Tata, padahal dia sudah bilang papinya agar membelikan yang sederhana saja. Tata mulai menata pakaian dan buku-bukunya, karena besok pagi dia harus pergi ke kampus untuk mendaftar ulang.
Suasana di kampus SSS sangat ramai, karena memang hari ini adalah pendaftaran ulang mahasiswa baru dari Negara lain. Tata yang memakai blouse putih dipadu dengan long skirt abu-abu dan pump shoes putih polos terlihat sangat cantik. Dia masuk ke dalam kampus dan menuju ruan pendaftaran. Ternyata masih belum buka, tapi yang antri sudah sepanjang kereta aja.
" Hi! Where you from?" tiba-tiba ada seorang gadis di depan Tata menyapa Tata saat lagi mengantri.
" Hi! I am from A!" jawab Tata.
" Mee, too! Lo tinggal dimana?" tanya gadis itu.
" Di Kota AA!" jawab Tata.
" Sama dong!" ucap gadis itu.
" Gue Kanaya! Panggil aja Naya!" ucap Naya sambil mengulurkan tangannya.
" Gue Renata! Lo bisa panggil gue Tata!" ucap Tata menyambut uluran tangan Naya.