"Mengapa anda ingin sekali saya menjadi permaisuri Raja Louis, kalau anda tahu Raja Louis tidak menginginkannya sama sekali. Bahkan... Raja sudah memiliki dua permaisuri sebelumnya. Mereka sepertinya lebih pantas berdampingan dengan Raja Louis, ketimbang denganku yang hanya seorang anak petani."
Akhirnya Helena sudah melepaskan semua pertanyaannya, selama ini dia belum mendapatkan kejelasan. Semua pertemuan Helena dengan Ratu Revania dirumah sakit, adalah sebuah kebetulan yang sangat aneh.
Revania tertawa mendengar perkataan Helena barusan, setelah beberapa saat tertawa puas. Barulah ia menghirup kembali shisha miliknya, dan kepulan asap seketika kembali muncul.
"Dilara dan Emira, kakak adik yang sangat bodoh. Rakyat Aarez bahkan berpikir akulah yang memilih mereka berdua. Hh! Ratu Marie sangat pandai sekali mengarang cerita." Revania mengucapkan seraya mendengus kesal.
"Mereka sudah berada disini sudah hampir dua tahun tahun, kalau bukan karena ibu dari Raja Louis, yang memilih mereka. Tidak mungkin kakak adik itu bisa berada disini." Mimik wajah Revania sudah berubah, seperti ada kebencian ketika ia mengingat mengenai ratu sebelumnya.
"Kau tahu, bahkan saat pernikahan mereka yang dilakukan jeda hanya satu bulan. Louis? Dia sama sekali tidak mencium mereka, sampai dengan sekarang Loius tidak ingin menyentuh mereka berdua." Lanjut Revania dan terkekeh puas.
"Ratu Marie Louis, maksud anda? Beliau baru saja meninggal beberapa bulan lalu." Ucap Helena menimpali. "Apa yang kau tahu mengenai Ratu Marie, Helena?" Tanya Revania dengan ketertarikan tinggi.
"Ratu Marie Louis, merupakan Ratu ketujuh yang memimpin Negara Aarez. Setelah kita lepas dari Negara Antarez beberapa tahun yang lalu, Ratu Marie banyak melakukan perubahan pada sektor ekonomi. Berasama dengan Raja Stephen Louis, Ratu Marie memimpin negara Aarez dengan sangat baik. Bahkan namanya masuk dalam lima puluh besar, wanita yang berpengaruh di dunia." Ucap Helena memberikan penjelasannya.
"Kau menyebutkan kelebihannya saja, lalu apa kekurangannya?" Revania masih memancing Helena, agar permaisuri itu terus mengeluarkan kemampuan tersembunyinya.
"Mmm... " Helena tampak ragu. "Katakan saja, Helena. Hanya ada aku yang mendengarnya, toh.. kenyataannya dia juga sudah meningal." Revania berusaha meyakinkan.
"Sayangnya terlalu banyak kesenjangan yang ada pada negara Aarez, memang secara ekonomi negara kita berkembang pesat. Hanya saja, pembagian hasil ladang, dan pajak negara terlalu besar untuk kalangan ekonomi bawah. Seperti para petani, dan buruh kasar." Ucap Helena, tapi dia sendiri takut dengan penjelasannya sendiri
"Pintar sekali. Kau benar sekali Helena, dan saat ini suamiku. Raja Louis, dia berusaha keras untuk memperbaikinya. Karena dia tahu, jika kita terus melakukan hal ini. Maka akan ada pertentangan, dan akan lebih banyak lagi rakyatnya yang terlantar." Revania meletakkan Shishanya.
"Aku sangat bahagia menikah dengan Louis, kami saling mencintai. Waktu itu aku masih berusia 22 tahun, dan Louis 25 tahun. Sampai akhirnya, aku tidak bisa memberikan keturunan untuk Louis. Dan itu pun aku mengetahui, setelah ditahun ketiga pernikahan kami." Revania mulai bercerita, dan Helena masih menyimak dengan serius.
"Setahun yang lalu, sebelum kematian mertuaku yang sangat aku sayangi." Revania mengucapkan dengan kalimat ironi-nya. "Ratu Marie, menunjuk keluarga Chayton yang memiliki dua anak wanita. Dilara dan Elmira, agar menjadi permaisuri Louis." Tangan Revania mengepal erat, ada rasa kesal yang sedang ia tahan. Helena semakin menunjukkan ketakutan, siapa tahu Revania juga kesal terhadap dirinya.
"Keluarga Chayton, keluarga terpandang. Karena James Chayton, merupakan penasihat kerajaan dan orang kepercayaan dari mertuaku sendiri. Sayang sekali otak kedua putrinya, tidak sehebat ayahnya." Sindir Revania.
"Lalu, kenapa anda masih mencarikan permaisuri untuk Raja Louis, kalau anda memang masih mencintainya? Dan menapa anda ingin saya... Mmm... Agar bisa tidur bersama dengan sang Raja?" Tanya Helena dengan hati-hati, dia tidak ingin melukai perasaan Revania.
"Hhh..." Revania menghela napasnya dengan perlahan. "Negara ini memiliki peraturan yang harus ditaati." Sesaat Revania terhenti dari ucapannya, Helena melihat ratu yang sedang menahan sesuatu. Entah mengapa, Helena yakin sempat melihat mata Revania yang berkaca-kaca saat menceritakanya.
"Sebuah peraturan aneh, bahwa sang Raja harus memiliki keturunan. Dan... Jika Ratu tidak bisa memberikan keturunan, maka Raja harus memilih salah satu permaisurinya, agar memiliki penerus dari Raja." Lanjut Revania.
"Tapi... Jika hal itu tidak bisa dilakukan, maka sang Raja harus turun tahta. Tahta kerajaan dapat diberikan kepada adik, ataupun satu garis keturunan lainnya. Permasalahannya adalah, saat ini raja Louis merupakan anak tunggal.." Revania menatap Helena, menunggunya memberi kesimpulan ataupun pendapat.
"Aku tahu mengenai peraturan itu, Bahwa Raja Louis harus memiliki keturunan. Sayangnya Raja Loius juga sudah kehilangan kakaknya, ketika berada didaerah konflik. Hhh... Maafkan aku Ratu Revania, ini pasti berat untuk anda. Tapi... mengenai anak, aku yakin kalau anda pasti bisa.."
"Helena..." Potong Revania cepat.
"Aku sedang dalam keadaan sakit, dan waktuku tidak banyak. Louis tahu kalau hidupku mungkin hanya hitungan hari, minggu, bulan? Dia... bahkan rela turun tahta! Daripada harus memiliki anak dari dua permaisuri bodohnya itu! Tapi... semua perjuangannya nanti akan sia-sia." Revania menampilkan mimik yang teramat serius.
"Seperti yang kau bilang, rakyat miskin di negara ini cukup banyak dan terlantar. Aku tidak bisa seegois itu, membiarkan mereka menderita. Sedangkan aku hidup bahagia di masa-masa terkahirku dengan Raja." Revania meraih tangan Helena dan menggenggamnya dengan kuat.
"Ratu Revania?" Helena tampak bingung.
"Aku ralat ucapanku, aku benar-benar sudah sangat sekarat Helena. Riasan ini membantuku agar terlihat lebih baik." Salah satu tangan Revania, menarik sendiri rambutnya. Helena memperhatikan dengan bingung, apa yang sedang dilakukan oleh sang Ratu?
"Ra...ratu...A..anda." Helena sangat terperanjat, ketika mengetahui kalau Revania ternyata mengenakan rambut palsu. Saat ini tidak ada sehelai rambut yang berada dikepalanya, dan hati Helena terenyuh melihat kondisi Revania yang memprihatinkan.
"Kau tahu yang terburuknya Helena, karena sudah tidak ada lagi keturunan dari Aarez. Maka... tahta bisa jatuh ketangan penasihat raja. Apa sekarang kau paham maksudku?" Ucap Revania, dan dia kembali menata rambut palsunya.
"Hah?" Helena mendekap mulutnya sendiri. "Memiliki atau tidak memiliki anak dari anak keluarga Chayton... Tetap saja tahta dan kemenangan berada dipihak mereka." Helena membuat kesimpulannya.
"Kau benar sekali Helena, itulah sebabnya aku sendiri yang harus mencarikan permaisuri untuk suamiku sendiri. Menyelamatkan posisinya sebagai seorang raja, walaupun aku harus merelakan hatiku." Ucap Revania, dan satu tetes air mata sudah berhasil lolos melewati pipinya.
"Dan kau Helena, kau orang yang tepat untuk menggantikanku. Maaf sekali aku harus menggunakan nenekmu, agar kau bisa menurut dengan perintahku. Tapi tenang saja, sesuai janjiku, jika kau berhasil mendapatkan hati sang raja. Aku akan menanggung semua biaya pengobatan nenekmu Helena." Ucap Revania kembali.
Helena hanya terdiam sesaat, dia sudah mendapatkan semua jawaban dari pertanyaannya selama ini. Tapi mengapa? Rasanya sangat berat sekali, Raja Louis sangat begitu mencintai Ratu Revania. Bukankah sangat jahat, jika Helena dengan terang-terangan harus mendapatkan hati raja tersebut?