Chereads / Kisah Helena / Chapter 13 - Louis: Aku Ingin Kau Memakannya, Permaisuri

Chapter 13 - Louis: Aku Ingin Kau Memakannya, Permaisuri

Jantung Helena seperti berdebar kencang, ia bahkan tidak berani untuk menegakkan wajahnya. Dia sangat yakin jika Raja Louis sedang menatap tajam kearahnya, dan mungkin saja suasana hatinya saat itu sedang tidak baik.

"Oh… semoga malam mini adalah nasib baik untukku!" Keluh Helena membatin.

Lagkah kaki Raja Louis terdengar berat, tapi semakin dekat mendekat kearah Helana. Sedangkan Helena masih menundukkan pandangannya, tadinya ia menyangka kalau Louis akan berhenti tepat dihadapannya. Akan tetapi sang raja melewatinya begitu saja, dan tidak berkata apapun.

Glek…

"Apa aku sudah melakukan kesalahan?" tanya Helena yang masih membatin.

"Lagi-lagi wanita yang dikirim kekamarku! apa tidak bisa, jika malam berkabung ini tidak perlu ada dalam adat istiadat yang sudah sangat kuno, di jaman modern seperti ini!?" tanya Louis yang sudah duduk pada kursi besar kesayangannya.

Kedua tangan Louis menempel pada lengan kursi, dengan satu tangannya memegangi dagunya yang ia usap perlahan. "Apa kau akan terus membungkuk seperti itu? Atau memang kau memiliki kelainan pada tulangmu?" tanya Louis dengan suara beratnya yang khas.

"Hah… apa?" Helena yang bingung segera saja menegakkan wajahnya, dan perlahan ia memberanikan diri untuk menatap pada sepasang mata Raja Louis.

Tentu saja tatapan Louis masih saja menatap kearah Helena, ia memperhatikan permaisurinya dari ujung kepala hingga ujung kakinya. "Jadi… bagaimana menurutmu Helena? Itu namamu bukan?" tanyanya kembali.

"Ee… ya... Raja Louis? Nama aku Helena, dan apa maksud anda… pendapatku tentang ritual berkabung?" tanya Helena yang kikuk. Entah mengapa dia merasa sangat kecil dihadapan Raja Louis.

"Ya, bagaimana pendapatmu. Apa kita harus menghilangkan ritual ini?" ujar Louis memperjelas pertanyaannya.

Dalam hatinya Helena merasa bingung, kenapa seroang Raja Aarez mempertanyakan hal ini padanya? Apalagi Helena hanyalah seorang gadis muda, yang bertitelkan permaisuri. "Apa Raja sedang melakukan tes kepadaku?" batin Helena yang masih ragu.

"Apa kau tidak bisa menjawabnya, Helena. Saat Revania masih hidup, dia sangat mengagumi kepintaranmu. Atau sebenarnya kau tidak sepintar yang dikatakan oleh Revania?" Sindir Louis. Dan ia sedikit mendongakkan wajahnya, agar bisa menunjukkan keangkuhannya sebagai seorang Raja Aarez.

Untuk beberapa detik saja, Helena merasa tersinggung dengan perkataan Louis barusan. Dalam hatinya ia merasa kesal dengan sikap raja yang terlalu egois, wajar saja jika Negara Aarez banyak mengalami masalah belakangan ini.

"Baiklah Raja Louis, aku akan memberikan pendapat ku."

"Aku tahu usiaku bahkan belum menginjak dua puluh tahun, tapi selama ini aku hidup dengan bekerja keras dan tidak manja. Jadi... aku pun masih belajar bagaimana menjelaskan pemahaman mengenai malam berkabung, pada pandangan pribadiku." Helena akhirnya buka suara, dan Louis masih memperhatikan dalam sikap diamnya.

"Bagiku malam berkabung itu tidak perlu anda lakukan, karena kehilangan seseorang yang berarti bukan berarti anda harus terpuruk cukup lama. Aku tahu jika Ratu Revania pantas mendapatkan penghormatan terakhir untuk mengenang jasa-jasanya selama ia hidup." Helena terhenti sesaat untuk bisa menarik napasnya perlahan.

"Tapi... aku yakin anda juga tahu. Jika Ratu Revania banyak berjuang untuk rakyatnya selama ini. Malam berkabung tidak akan tepat, jika hanya ada aku dan anda saja yang mendoakan didalam kamar ini. Akan lebih baik jika semua rakyat Aarez ikut mendoakannya." Lanjut Helena menjelaskan.

"Bukankah aku sudah memberikan perintah seperti itu." Ucap Louis sedikit mengeryitkan keningnya.

"Ya, memang. Tapi… apa anda tahu bahwa hanya segelintir orang yang berdoa. Karena tidak mungkin mereka berkabung tanpa bekerja, atau hanya sekadar diam dirumah. Sedangkan anda memerintahkan agar sepanjang hari doa untuk Ratu Revania tidak pernah putus." Helena menunjukkan wajah tegasnya tanpa ia sadari.

Dan akhirnya, ia bisa menatap lama pada sepasang mata Raja Louis tanpa berkedip sama sekali. Tidak lama sang Raja beranjak dari duduknya, dan ia mulai melangkahkan kakinya agar mendekat pada Helena.

"Helena… kau bodoh sekali. Sekarang lihat… pasti dia akan memenggal kepalamu. Kau ini terlalu banyak bicara!" Ucap Helena menggerutu dalam hatinya.

Pandangan Helena kembali teralihkan, dan dia tidak berani untuk melihat kearah Louis yang sudah sangat dekat dengan wajahnya. "Aku lapar dan haus, aku ingin kau menyiapkannya." Perintah Louis.

Helena seketika menegakkan kembali wajahnya dengan tatapan heran, tapi wajah Raja Louis yang harusnya memukau dirinya justru terlihat menyeramkan saat itu.

"Baik… aku akan menyiapkannya, Yang Mulia." Helena segera saja menurut dan mengangguk cepat.

Disaat Helena sedang menyiapkan makanan dan minuman untuk sang Raja, yang sebenarnya sudah disiapkan oleh para pelayan kerajaan. Teryata Louis diam-diam memperhatikan Helena dari belakang.

"Benar apa kata Revania, jika Helena seorang gadis muda yang cerdas. Tapi wanita ini masih sangat muda, bahkan usianya terpaut sepuluh tahun dariku. Oh… Revania, sepintas wanita ini mirip denganmu. Tapi tetap saja dia tidak bisa menggantikanmu." Batin Louis.

Helena sudah membalikkan tubuhnya, dan dia membawa nampan panjang yang berisikan minuman hangat dan sup untuk sang Raja. Dengan langkah hati-hati, ia sudah meletakkan semua makanan dan minuman Raja Louis, pada meja bundar kecil yang ada didekatnya.

"Raja Louis, anda sudah bisa menikmati santap malam ini. Apa ada hal lain yang anda butuhkan?" tanya Helena dengan hati-hati.

"Ya, ada yang aku perlukan. Aku mau kau memakannya, Permaisuri Helena." Perintah Louis dengan tegas.

Helena kembali dibuat bingung, dengan semua perintah Louis. Kali ini dia mengerjapkan matanya untuk berkali-kali, dan masih mencerna semua perkataan Louis.

"Apa? Aku harus memakannya, tapi… bukankah tadi anda sendiri yang mengatakan…"

"Helena!" potong Louis dengan tegas, dan kembali memberikan sorot mata yang tajam.

"Apa kau berani membantah perintahku, atau kau takut… apa ada sesuatu pada makanan dan minuman yang kau siapkan untukku?" tanya Louis dengan menaruh kecurigaan yang besar pada sikap Helena yang seperti menolak.

"Oh…" Helena mendengus kesal, dan ia menunjukkan wajah tegasnya.

"Aku tidak takut sama sekali, dan aku tidak meletakkan apapun dalam makanan dan minuman anda, Raja Louis." Helena dengan sigap mengambil sendok sup, dan ia sudah berniat untuk menghabiskan semua makan malam sang raja.

Untung saja Helena membuat keputusan yang tepat, karena ia tidak melakukan apapun yang diperintahkan oleh Rima. Obat atau bubuk putih, yang Helena sendiri tidak tahu apa itu. Sudah ia simpan baik, pada suatu tempat rahasia.

Louis mulai memperhatikan Helena, ia memakannya dengan amat lahap dan bersemangat. Tapi tatapan yang penuh kecurigaan itu tidak lepas, dan masih berharap terjadi sesuatu setelah Helena menghabiskan semangkuk sup hangat.

Helena baru saja meletakkan sendok supnya, lalu ia mengambil gelas dan meminum air hangat yang merupakan teh mawar yang terasa manis lidahnya.

"Aku sudah menghabiskan semuanya, apalagi Yang Mulia Raja? Ada lagi yang ingin kau perintahkan padaku?" tanya Helena sedikit kesal, dan rasanya ia sangat kenyang malam itu.