"Ketua Arinai apa maksudnya tadi? jadi dia adalah adik anda." Wakil 2Szero Surenai Maruno ikut bingung, "ya dia itu adikku, dia pasti ditugaskan oleh ayahku untuk kesini." jawab Arinai kesal. Lalu Arinai kembali ke kelasnya sambil terus memikirkan hal itu, setelah beberapa lama kemudian bel pulang pun berbunyi. "Surenai hari ini aku tidak akan pergi ke markas ada hal yang mau kuurus" setelah Arinai mengatakan itu dia langsung pergi dengan tergesa gesa, "nona bagaimana hari anda? apa semuanya baik?" seorang lelaki berbadan atletis dengan jas hitam yang rapih dan kacamata hitam menyambut Arinai sambil membukakan pintu mobil Limosin, "kita pergi ke tempat ayahku sekarang" jawab Arinai dengan tegas "maaf nona apa ada sesuatu terjadi?" lelaki itu bingung, Arinai menatapnya sebentar "jangan bertanya" ia memasang tatapan tajam, "baik maafkan saya" jawabnya menurut. Mereka pun sampai di tempat ayah Arinai bekerja, kantor besar yang sangat megah dengan banyak eksekutif berbakat itulah yang terlihat dari luar tapi kantor itu juga sebagai tempat perkumpulan manusia kejam yang rela melakukan apapun demi apa yang ingin mereka capai. Arinai segera pergi ke tempat itu dan ia disambut beberapa rekan ayahnya, "wah wah tumben sekali anda kesini nona hahaha" sambut salah satunya tapi Arinai tak menghiraukan mereka semua dan langsung pergi ke ruangan ayahnya bekerja. Dia masuk begitu saja tanpa permisi, di dalam ternyata ayahnya sedang kedatangan tamu ayahnya sedikit kesal dengan kelakuan putrinya itu, "ya ampun Arinai bisakah kau ketuk pintuku dulu sebelum masuk? ku rasa aku sudah mengajarimu cara mengetuk pintu" seorang pria dengan tampang yang masih terlihat muda dengan rambut putih keperakan sedang menandatangani berkas berkas juga sedang berbincang dengan kliennya, "maaf, tapi aku ingin membicarakan hal penting" jawab Arinai "astaga tunggulah sebentar lagi, apa kau tak lihat aku masih ada urusan" jawab laki laki itu lagi "aku datang kesini bukan untuk melihatmu menandatangani gundukan dokumen" Arinai berbicara agak lancang, seketika laki laki itu berhenti menandatangani dan mulai terlihat sedikit marah "maaf pak sepertinya bincang bincang kita harus diakhiri dulu, nanti aku akan menyuruh bawahan ku untuk memberikan berkasnya sekali lagi maafkan aku" laki laki itu berbicara sopan pada kliennya "ah tak apa pak, saya mengerti keadaannya, saya akan pergi terimakasih" jawab klien itu sambil keluar ruangan. "nah sekarang kau mau bicara hal penting apa, aku tak punya banyak waktu" jawabnya "Tuan Hirakumi Matsutsuki aku kesini untuk bertanya padamu, untuk apa kau menyuruh Kenshi bersekolah di tempat yang sama denganku?" tanya Arinai "kau bercanda? kau datang dengan emosi lalu membuatku mengusir klien ku hanya untuk ini?" jawabnya dengan tajam "lagi pula aku bebas ingin menyuruhnya sekolah dimana kan, pikiranmu itu terlalu negatif tentangku" lanjut laki laki itu, "justru karena kau yang melakukannya aku jadi berpikir negatif" jawab Arinai "beritahu apa yang kau rencanakan" lanjutnya, Hirakumi tertawa terbahak-bahak "sepertinya kau sudah belajar dengan giat, aku suka caramu berbicara dengan ayahmu sendiri hahahaha" jawabnya sambil tertawa, "bagiku tidak ada yang lucu dari itu seharusnya kau tidak tertawa untuk apapun yang terjadi" kata Arinai. "baiklah sudah cukup basa basinya karena kau sangat ingin mengetahuinya aku akan memberitahu, kau tidak sepenuhnya salah intuisi mu memang sangat hebat aku memang mengirim Kenshi untuk tujuan tertentu tapi aku tak bisa mengatakan tujuannya" jawab Hirakumi, "entah kenapa tapi aku jadi bertambah benci padamu jangan marah padaku ya" kata Arinai "aneh sekali ya sudah lama kau tidak kemari dan sekarang kau datang dengan marah tapi tanpa mengeluarkan ekspresi, sejak kapan sih kau jadi sedingin itu" Hirakumi penasaran, "kau mau aku yang ceritakan atau kau ingin mengingat semua dosamu?" Arinai menjawab jengkel, "sekarang kau terlihat mirip seperti aku haha" dia masih bercanda "jangan samakan aku dengan mu, mendengarnya saja membuatku mual" Arinai menjawab sinis, "yaah sejak saat itu kita jadi tidak seperti ayah dan anak, yaampun ini sangat canggung" Hirakumi menghela napas nya, "kau membuatku tidak bisa merasakan dan mengerti apa arti dari kata ayah bahkan keluarga, dan kebahagiaan aku mulai meragukan keberadaannya. Aku merasa tujuan hidupku hanya untuk bertahan hidup sampai pada akhir waktuku" Arinai berkata dengan sangat putus asa, "aku tak tahu harus menjawab apa tapi semoga hidupmu tidak sepahit itu, ya walaupun hal pahit itu sudah sering terjadi cobalah untuk bangkit" Hirakumi bingung harus bilang apa, "aku tak menduga kau akan bingung seperti itu dan memberikan ku sedikit dorongan" kata Arinai "aku juga tidak tahu, mungkin karena aku masih punya sedikit hati" jawabnya masih bingung, "harusnya kau bersyukur masih memilikinya, aku bahkan tak bisa lagi merasakannya, aku tahu kau tak akan peduli tapi aku hanya bisa melihat hitam dan putih di dunia ini, maaf aku sudah mengganggu waktumu yang penting aku permisi" Arinai lalu meninggalkan ruangan itu. "apa...aku...menangis ke ke kenapa aku menangis? Arinai maafkan ayah bodoh mu ini, aku tahu tidak semua masalah bisa selesai dengan kata maaf tapi baru kali ini aku tak tahu harus bagaimana" ia berbicara sendiri sambil menangis. "JayD ingatkan aku untuk tidak masuk ke ruangan itu lagi nanti" Arinai berbicara dengan pengawalnya itu, "kita pergi dari sini, aku muak" lanjutnya dengan perasaan campur aduk "baik nona" lalu mereka meninggalkan kantor dengan penuh tanda tanya.