Chereads / How Meet You? / Chapter 15 - bab 15 - Coffe

Chapter 15 - bab 15 - Coffe

"Valery?.." panggil Karan

"Valery?" panggil Karan lagi. dia melambaikan ke dua tangannya diwajah Valery yang sedang melamunkan sesuatu.

"Valery? apa kamu mendengarku?"

"Ah Ya, ada apa Karan" jawab Valery, dia akhir-akhir ini jadi lebih sering melamun memikirkan sesuatu.

"kamu baik-baik saja?" tanya Karan yang sedikit khawatir melihat kondisi wanita yang sudah lama tidak dia temui, dia terlihat lebih kurus dan juga banyak kebingung yang terlihat diwajahnya. dan tidak lupa satu cincin yang melingkar di jari manisnya

'apakah dia sudah memiliki kekasih atau tunangan' tanya Karan pada dirinya sendiri, matanya tetap terus tertuju pada cincin yang ada di jari manis Valery. cincin itu bukan seperti cincin biasa, itu terlihat seperti cincin pertunangan atau cincin pernikahan.

"Hm" satu anggukan dari Valery sebagai jawaban.

"baiklah, Valery kamu ingin memesan apa?" Karan bertanya pada Valery yang terus melamun.

kini mereka berdua sedang berdiri didepan kasir untuk memesan sesuatu.

"aku ingin.. Aku ingin.. Cappuccino saja dan kue" ucap Valery tidak terlalu pandai bahasa inggris jadi dia hanya menunjuk kue yang berwarna merah itu.

"Valery kamu bisa duduk dulu, aku yang akan membawakan pesanmu " ucap Karan yang mendorong tubuh Valery untuk pergi meninggalkan tempat kasir.

" hm " Valert berjalan mencari tempat duduk untuk mereka berdua, dia pun memutuskan untuk memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela.

"one Cappuccino plus cake red velet and one americano " ucap Karan,

"what it your name?" penjaga kasir bertanya namanya.

"Karan"

"Thank you for order Mr. Karan"

"your welcome"

Setelah menerima pesannya Karan membelikan sejumlah uang dan mengambil pesannya dia berjalan mencari keadaan Valery,

setelah menemukan keberadaan Valery, dia menghampiri Valery yang sedang menatap keluar Jendela, dia terlihat sangat murung dan juga sedih.

"pesanan datang!!! Ini punyamu Valery" Karan memberikan pesanannya Valery.

"woy cepat sekali, terima kasih " Valery Berusaha tersenyum palsu, dia dengan cepat meminumannya.

Karan hanya menatapnya tanpa ingin menjawab, seperti dia mulai jatuh cinta kepada gadis yang berada dihadapanya, saat melihat dia Valery jantungnya berdebar sangat kencang tidak seperti biasanya.

"apa kamu ingin mencoba minumanku Valery" Tanya Karan, dia mengulurkan tangannya untuk memberikan Valery minumannya

"minuman apa itu? Aku seperti baru melihatnya" dengan ragu Valery mengambil minuman itu yang terlihat berwarna agak kehitaman.

"americano" ucap Karan dengan tersenyum pada Valery.

"baiklah, aku akan mencobanya"

"Tidak enak! pahit!! "

"Caffe americano Itu sama sepertimu mencoba terlihat baik saat orang lain melihatmu tapi kenyataannya kamu menyimpan sejuta kepahitan didalam hatimu, mencoba terlihat baik-baik saja tapi dalam dirimu ada badai yang kapan saja bisa menghancurkan semuanya, Valery apa kamu bahagia?"

Ucapan Karan bagaikan benda tajam yang siap kapanpun untuk menusuk di dadanya, Valery tidak mengerti kenapa Karan bisa membaca pikurannya hanya dengan melihatnya murung.

"apa ucapanku benar? dan apa kamu sudah bertunangan Valery?" tanya Karan lagi.

ada sedikit kekecewaan dalam lubuk hatinya yang paling dalam saat dia melihat cincin itu yang melingkar di jari manis Valery, ada rasa tidak suka dalam dirinya yang membuatnya tidak tahan untuk bertanya pada Valery.

"Ah Apa?? Ya... aku... sudah bertunangan" Valery terkejut, dia lupa bahwa dia sudah di lamar oleh Sean, tanpa sadar juga dia masih melupakan fakta bawa dia akan menjadi nyonya Jeon.

'Valery! ingat kau akan menikah! kenapa kau masih melupakan cincin yang ada ditanganmu, kau bahkan pergi bersama pria lain saat tunangangmu sedang sibuk dengan pekerjaannya, bodoh!' ucap Valery dalam hatinya. dia terus mengukuk dirinya yang terlalu ceroboh.

'aku harus bagaimana? apakah Karan akan meninggalkanku?'

Karan bisa menebak Valery sedang bingung, saat karan sedang melihat Valery dari jauh, dia melihat Valery yang menatap keluar jendela cafe sambil terus memegang cincin yang melingkar di jari manisnya, dan terlihat sangat jelas di wajahnya, bahwa dia tidak terlihat senang ataupun bahagia dengan adanya cincin di jari manisnya.

"Valery jika kamu ingin bercerita sesuatu aku akan siap untuk mendengarkannya" ucao Karan mengulurkan tangannya untuk menyentuh tangan Valery yang kini menatao Karan dengan sedikit terkejut karna tindakan yang Karan lakukan.

Tapi dengan cepat Valery menolaknya, dia menarik tanganya dan sedikit mengeser tangannya untuk menjauh dari tangan Karan.

"Tidak, terima kasih seperti aku harus pergi, ada urusan yang harus aku selesaikan" Valery tidak punya pilihan selain pergi dari tempat itu, Tidak seharusnya Valery seperti ini! dia melupakan Sean begitu saja saat dia bertemu dengan Karan dan malah pergi bersama lelaki lain tanpa sepengetahuan Sean.

"tidak!! Valery" dengan cepan Karan menarik tangan Valery untuk mencegahnya melangkah pergi meninggalkannya.

"Karan aku mohon lepaskan aku, aku tidak ingin tunanganku melihatku bersama pria lain" Valery mencoba melepaskan tangannya dan dia juga terpaksa mengunakan kata 'tunangan' untuk membuat Karan berhenti menahannya pergi.

"Valery! aku menyukaimu" Ucap Karan, dengan keyakinan yang dia miliki dia mengucapkan perasaannya pada Valery disaat perasaan Valery masih belum mengerti kemana hatinya akan berlabu.

"Karan! lepaskan" sebisa mungkin Valery untuk tidak melihat wajah Karan yang mungkin akan menunjukan wajah kesedihannya.

"Valery, apakah kamu percaya?" tanya Karan yang kini sudah berdiri dibelakang Valery.

"Karan!"

"bisakah aku minta nomor telponmu Valery?" ucap Karan, dia sudah terlanjur menyukai Valery.

********

Valery tidak langsung kembali ke hotel tapi dia memutuskan untuk pergi ketaman bermain dan memilih untuk duduk dibangku taman. dia semakin tidak mengerti dengan apa yang Tuhan sedang rencanakan untuknya, kenapa dia mengirimkan seorang lelaki yang mampu membuatnya melupakan semua kesedihan dan juga masalahnya, saat Valery sudah memiliki ikatan dengan pria yang bahkan dia sendiri tidak tahu apakah dia mencintainya atau tidak.

"apa yang harus aku lakukan Sona, ibu, dan ayah. aku sangat kesepian dan tidak tahu harus berbuat apa?" Valery menatap keatas langit yang sepertinya cuacanya sangat mendukung dirinya, langit tanpa gelap sama persih dengan suasana hati Valery

"sebentar lagi aku akan menikah tapi perasaanku terhadapnya aku pun tidak tahu, aku juga belum mengerti tentang dia, dia sangat tertutup padaku, saat seperti ini aku malah bertemu dengan pria lain"

Hari ini Valery bertemu dengan pria itu lagi, ketika Valery bersamanya dia merasa nyaman, sejanak dia akan melupakan semua beban hidupnya dan bersamanya Valery bisa menjadi dirinya sendiri.

Setelah merenungkan semua masalah Valery memutuskan untuk kembali ke hotel sebelum Sean kembali. dia harus mencoba terlihat baik-baik saja didepan Sean, dia tidak bisa menunjukan semua ekpresi ini di depannya.

semenjak tinggal bersama dengan Sean kehidupan Valery berubah, dia bukan lagi Valery yang bahagia dan ceria, dia bukan lagi Valery yang sangat tegar dalam menghadapi cobaannya.