Chereads / Game Ď Logic / Chapter 13 - Chapter 1: x + 2y = 『 Requisial 』 Part 5

Chapter 13 - Chapter 1: x + 2y = 『 Requisial 』 Part 5

-- Part 5 --

Yap, kereta ini tamat. Setidaknya aku sendiri akan pergi dari sini—atau seharusnya begitu, tapi---

- Nah, mari kita mulai pertunjukannya.

Apa....?

Itu bukanlah pedagang budak atau pengawal lain, tapi memang....

Ada seseorang di bawah sana, di bawahku, di dalam kurungan budak itu, mengatakan ini.

Buluku merinding. Telinga kucingku merespon suara itu. Seperti, menggelitik pendengaranku.

Tapi, bagaimana...?

Apa dia serius mengatakan itu? Situasi ini... bukanlah permainan anak kecil. Jika terus di sini, semuanya pasti, ya, pasti....

Hanya kematianlah yang akan menunggunya di tempat ini.

Meski begitu... kenapa aku....?

Merasakan sesuatu seperti ini? Tekanan ini seperti...

Kapan... dan di mana....?

Terakhir kali aku merasa seperti ini—ini begitu....

"Maaf tapi... kau akan mati di sini. Dan juga..." "Terimakasih sudah membawa kami jauh-jauh ke tempat ini. Itu karena sejak awal..."

" "Kami sudah menentukan endingnya." "

Bulu kucingku berdiri sekali lagi. Telinga chesnut-ku bergerak seolah merespon suara itu.

Aku memberanikan diriku untuk mengintip ke bawah, seolah ada sesuatu di bawah sana. Tapi yang kulihat hanyalah muka pedagang budak yang berubah menjadi pucat. Tapi, mata itu... apa yang sebenarnya orang itu lihat dari sana? Aku ingin tahu, tentu saja aku juga ingin mengetahuinya; apa yang orang itu perhatikan sampai tatapan matanya terkejut akan hal itu?

"Sia, pa.... sebenarnya...."

Suara pedagang budak terputus dan tidak lancar, itu jelas sekali karena mulutnya sendiri bergetar sejak beberapa saat yang lalu. Hingga ia menggigit bibirnya, dan kata-kata itu dilanjutkan.

"Siapa sebenarnya kalian, hah? APA KALIAN TIDAK SADAR SITUASI SEKARANG SUDAH SEBURUK APA!?----.... Tidak, tunggu...."

Pedagang budak mengambil beberapa langkah ke belakang, tapi, kakinya tiba-tiba berhenti, dan jatuh. Itu tidak seperti dia tersandung batu atau kaleng yang secara tidak sengaja diletakkan di tanah, itu karena kakinya sendiri kehilangan kekuatan untuk berdiri.

Dia terus menggumamkan sesuatu seperti "Tidak mungkin, kan...." "Tidak mungkin kalian bisa...."

*Heheheh~ hahah~

Salah seorang dari mereka tertawa. Aku yakin itu suara laki-laki sekitar 20 tahunan. Tapi aku tidak bisa melihat mukanya, seperti apa sosoknya aku tidak tahu. Karena 'dia' berada tepat di bawahku, di dalam kurungan budak itu.

Tapi jika dia ada di sana, bukankah itu berarti kalau dia sebenarnya seorang budak? Lalu kenapa malah, tertawa? Apa mereka mengerti apa itu bahaya? Ah, mungkin.... mereka hanya sudah gila karena harus menerima takdirnya di tempat ini, benar.

--- Apa yang harus kita lawan adalah Loan Shark.

Dari daftar monster yang kutahu mereka ada di peringkat C. Mustahil 2 orang yang tertangkap oleh pedagang budak mengalahkan sesuatu seperti itu, itu jelas tidak mungkin, apalagi dalam jumlah sebanyak ini.

--- Di kurung dalam jeruji besi dengan sebuah borgol, bahkan jika Loan Shark tidak bisa menembus jeruji itu karena terbuat dari besi kandang budaknya masih bisa dihancurkan dari atas.

Mereka pikir mungkin semuanya akan baik-baik selama mereka ada dalam kandang budak. Benar, mereka hanya terlalu bodoh untuk menyadarinya—tidak mengerti apa pun dan tetap melakukannya. Tepat sekali, mereka hanya tidak mengerti siapa yang mereka lawan.

"Tentu saja aku mengerti. Malah, kami lebih mengerti dari siapa pun." "Kami.... yang paling mengerti."

"Lalu... kamu akan mati." "Maaf.... sudah membunuhmu."

Itu bukanlah kata-kata yang harus kalian katakan pada seseorang yang akan mati. Dan...

Loan Shark akan mengubah targetnya setelah si kusir dimakan habis—tapi karena dia cukup berlemak untuk ukuran manusia jadi itu akan memberi mereka sedikit waktu.

"Pertama, ada 4 tujuan mulia dalam operasi ini."

Dia mengatakannya dengan mudah—laki-laki itu, seperti ini hanya permainan baginya.

"Ah, benar juga, mari menyebutnya «operasi pembebasan budak»!"

Melihat dari bagaimana itu dikatakan, dia mungkin menikmati ini.

Apa mereka benar-benar akan mati? Itu sedikit mengubah cara berpikirku.

"Baiklah, 4 tujuan mulia «operasi pembebasan budak» ini adalah—pertama." "Sampai di ibukota."

"Dua." "Mengambil informasi dari percakapan kusir dan penjual budak."

"Ketiga." "Mengambil uang yang mereka tinggalkan. Orang mati tidak membutuhkan uang jadi itu berharga untuk mengambilnya."

"Dan empat, tentu saja membebaskan para budak. Itu seluruh 4 tujuan mulia operasi ini."

Tidak, kalian salah mengartikan 3 di antaranya sebagai 'tujuan mulia'. Meski begitu, berpikir bagaimanapun itu mustahil.

Dan mereka masih mengatakan hal-hal yang tidak jelas. Mereka pasti sudah gila.

"Kalian tahu? Curah hujan sedang tinggi belakangan ini. Itu yang menyebabkan Loan Shark ada di tempat ini sekarang." "Loan Shark sering muncul di tempat yang lembap dan ternaung air seperti hutan atau semak belukar. Dan setelah turun hujan atau persediaan air cukup, Loan Shark akan keluar dari tempat persembunyiannya."

"Tapi itu tidak mungkin.... AKU SUDAH....!"

"Mengambil jalan lain? Atau.... seharusnya 'sudah' mengambil jalan lain?"

Apa-apaan tekanan itu? Cara bicara itu—aku tidak melihat apa pun yang sedang terjadi di dalam, tapi ada perasaan aneh entah bagaimana seperti ada seseorang yang tersenyum, seperti predator yang melihat mangsanya. Aku sama sekali tidak mengerti.

"Jawabannya adalah----«hypnosis induction»."

Hipnosis... induksien? Aku sudah hidup cukup lama dan baru kali ini mendengar itu.

"Itu benar, tidak mengetahuinya adalah kasus yang wajar. Karena tidak satu pun di dunia ini pernah membuktikan teori semacam ini."

Tidak pernah? Tapi kalau begitu, bagaimana bisa dia mengetahuinya? Apa cuma dia satu-satunya yang tahu tentang itu?

"Hypnosis adalah seni komunikasi verbal atau pun nonverbal dengan membawa gelombang pikiran klien menuju trance(gelombang Alpha/Theta)—itu gelombang otak saat awal memasuki pikiran bawah sadar dan juga gelombang bawah sadar yang sangat dalam. Nah, setelah memasuki delta(tidur nyenyak) otak akan mudah dipengaruhi; yang perlu kulakukan adalah mempengaruhi pikiran itu—menanamkan sugesti tentang rute ini. Yah, tentu saja untuk melakukannya tidaklah mudah. Kau harus memperhatikan rapport dan deepening dan juga melakukan spontanous amnesia pada klien."

........... Raport, dipening, dan... itu istilah baru yang belum pernah aku dengar.

"Jangan bercanda! Jadi semua—semua ini adalah salahmu! Bedebah tidak tahu diri sepertimu!"

"Aku ingin menjelaskan semuanya tapi, waktumu tidak tersisa banyak, ya?"

Mata pedagang budak terkejut pada kata-kata barusan. Perlahan, satu, dua detik, dia mengalihkan pandangannya ke belakang, pada kumpulan Loan Shark di belakangnya.

Teriakan histeris terdengar setelah itu. Seruan seseorang yang meminta pertolongan untuk hidupnya. Ungkapan dari perasaan tidak ingin mati tidak peduli apa pun. Semua perasaan seperti itu; benci, marah, dan meminta—memohon, ada dalam suaranya.

Meski begitu dia mati meninggalkan semua perasaan sebelumnya. Hanya siksaan dan keinginan untuk segera lenyap, mati perlahan-lahan sambil membawa perasaan seperti itu.

----- *Drak!

"Maaf tapi, bisa kau ceritakan padaku lagi tentang «operasi pembebasan budak»mu?"

Lubang besar terbentuk di atap kandang budak. Itu adalah atap kayu yang seharusnya dapat untuk sementara melindungi dari Loan Shark, dan sekarang, itu hancur karena salahku.

--- Aku melihat seorang pemuda berambut putih dan perermpuan berambut emas yang duduk di bagian paling dalam kandang. Setelah memperhatikan mereka lebih baik, iris emas menghiasi sklera mata milik laki-laki berambut putih.

Dan dia---menampakkan senyuman. Bahkan setelah aku menghancurkan atap yang seharusnya menolongnya dalam situasi ini, orang itu masih tersenyum—tersenyum dengan liar.

Apa dia tahu kalau aku ada di sana selama ini? Tidak, itu tidak mungkin. Aku meredam suaraku dengan skill jadi mustahil untuk mendengarnya—kecuali jika mereka punya detection skill yang lebih kuat dari hiding skill-ku.

"Oh, akhirnya muncul juga." "Sudah kuduga.... dia seorang werebeast."

.... Muncul, werebeast-----Mendengar itu aku tidak punya pilihan selain untuk tersenyum pahit.

"Jadi benar, kalian punya detection skill yang bagus."

"Tolong jangan menyebutnya begitu. Kami tidak punya apa pun yang terdengar luar biasa seperti itu, kau tahu?" "Yah, leader benar. Itu cuma sesuatu yang mirip dengan SSCDS. Dengan memfokuskan pendengaranku pada beberapa titik—semua gerakan yang kamu buat, berat badan bahkan postur tubuhmu menjadi jelas."

Tanpa skill—dia bilang. Itu tidak mungkin. Semua yang mereka katakan tidak mencapai pengertianku. Semuanya begitu ambigu.

Aku menjulurkan busurku, menaruh anak panah di atasnya dan mengarahkan itu pada mereka. Ke-13 budak lain tidak menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri karena mereka sadar ada Loan Shark berkeliaran di luar sana, mereka hanya meringkuk untuk melindungi diri mereka.

"Sekarang jawab pertanyaanku; kenapa kalian menjebak pedagang budak?"

"Sudah kubilang, 'kan?" Membiarkan tekanan aneh keluar, orang berambut putih memiliki senyuman liar di pipinya.

Ini seperti...

Tidak, tidak mungkin. Tidak mungkin aku merasa takut. Itu tidak mungkin.

Kugelengkan kepalaku dua kali untuk mengusir pemikiran itu dari otakku, tapi meskipun aku telah berhenti memikirkannya mataku tetap tidak berhenti memandang dengan cemas. Ini aneh, tapi—aku harus bersikap seperti biasa.

"Kalau begitu, pertanyaan kedua; bagaimana cara kalian memasuki kereta ini?"

Dia tertawa. Laki-laki itu tertawa padaku sembari menunjukan borgol kayu di tangannya.

"Tentu saja kami tertangkap. Kalau tidak begitu mana ada orang yang mau jadi budak." "Meski cuma sehari, sih."

Satu hari... artinya mereka ditangkap di kota Vierris atau Rudenfil.

"Selanjutnya, kenapa kalian memilih kereta pedagang budak?"

"Tidak dengar, yah? Aku sudah bilang kalau kami ditangkap; kenapa juga harus repot-repot memilihnya?"

".... Itu benar, tapi."

Aku merasa seperti ada sesuatu yang lain. Apa benar mereka hanya 'ditangkap'—atau....

"Kecuali..." Gadis itu membuka mulutnya. Aku mengangkat busur dan anak panahku padanya, menajamkan intensitas penglihatanku dan mengerutkan dahiku, tapi, dia tidak menunjukan sedikitpun rasa takut.

"Yah, kecuali..."

Kali ini giliran laki-laki berambut putih mengatakan itu. Spontan kubalikkan busur dan fokusku padanya. Dan, kesadaranku tersentak sesaat setelah itu, melihat—

—Tatapan mata dan caranya tersenyum yang—tidak biasa, dan... entah kenapa, itu—bagiku menakutkan...

.... Tidak, aku lebih kuat. Kenapa aku harus merasa takut hanya karena manusia belaka? Itu tidak masuk akal.

"Kecuali kalau...." Sementara pria berambut putih meneruskan kata-katanya, tatapan matanya seperti menusuk jantungku dan membuatku berdebar-debar. ".... Kami secara sengaja membuat diri kami tertangkap."

Tunggu, a, ap—!!

"I-itu—!" Benar, mereka sengaja membuat diri mereka tertangkap, karena itulah 4 tujuan sebelumnya ada. Tidak mungkin ada tujuan sejelas itu jika mereka hanya 'tertangkap' penjual budak! Mereka bahkan sudah merencanakan semua ini; kesalahan kusir dalam mengambil rute juga disebabkan oleh mereka. Kematian para pengawal, kereta yang tidak mengalami kerusakan dan naga darat yang masih hidup, semuanya adalah bagian kecil dari rencana mereka!

"Jawab aku! Kenapa kalian merencanakan ini!?" Tidak, mereka sudah menjawabnya beberapa saat lalu. Kalau begitu. "Kenapa kalian memilih kereta penjual budak!?"

"Aku juga sudah menjawab itu."

"Apa?"

Sejak kapan dia menjawab?

"Tidak, leader. Kamu hanya mengatakan kalau curah hujan sedang tinggi belakangan ini."

[Kalian tahu? Curah hujan sedang tinggi belakangan ini. Itu yang menyebabkan Loan Shark ada di tempat ini sekarang.]

Kata 'kalian' itu menyadarkanku kalau sejak saat itu juga mereka sudah menyadari keberadaanku. Mata chesnut-ku membesar dengan sendirinya sesaat ketika kusadari fakta itu. Meski begitu, dia tidak menjawab apa pun tentang pertanyaanku barusan.

-- Tidak, tunggu....

Perempuan itu berkata kalau pria berambut putih hanya mengatakan tentang curah hujan sedang tinggi belakangan ini. Itu berarti jawabannya ada dalam kata-kata itu, tapi---apa? Bagaimana caraku menemukannya?

"Jawab pertanyaanku, atau! Aku tidak punya pilihan dan, kalian memilih untuk—"

"Sayang sekali, aku sedang tidak mau menjawabnya~"

"Kalau begitu!"

Orang ini membuatku jengkel dan---aku kehabisan opsi jadi... tak ada pilihan selain memakai kekerasan untuk memaksa menuruti kemauanku.

Aku mendekat dengan momentum intens, dan—

"Menarik~"

*Drak!

Kakiku yang seharusnya memijak kayu merasakan pijakanku hancur dan seluruh tubuhku terjatuh—tidak, terdorong ke depan lebih tepatnya. Terdorong tepat ke arahnya.

Bunyi tabrakan melayang di udara. Tapi itu tidak seperti aku menabrak sesuatu yang keras karena orang itu menangkapku. Atau seharusnya begitu—atau setidaknya itulah yang kupikirkan, tapi, yang terjadi sebenarnya jauh di luar perkiraanku.

"Nah, bisa kamu menyingkir dari situ?"

---Aku sekarang menindihinya.

Itu dengan jelas terlihat saat aku membuka kelopak mataku.

Sesuatu yang seperti panas serasa memasuki kepalaku. Aku berdiri secara reflek dan mengambil beberapa langkah cepat ke belakang. Itu saking cepatnya sampai aku tidak memperhatikan lubang yang baru saja terbentuk di lantai dan membuatku terjatuh sekali lagi.

"HIGYA—!" Dengan sebuah erangan aneh, aku merasakan dunia ini berputar beberapa kali. Itu pasti karena kepalaku baru saja terbentur.

"Lebih perhatikan lagi langkahmu, bocah." Laki-laki rambut putih melihatku.

Aku melihatnya balik dan sesuatu yang panas sekali lagi memasuki kepalaku.

"Lihat itu, leader; mukanya jadi merah." "Yes, i see it."

"Itu adalah respon alami yang diatur oleh saraf simpatik; saat hormon adrenalin dilepaskan maka detak jantung dan pernapasan juga akan meningkat. Pembuluh darah melebar meningkatkan sirkulasi darah pada tubuh. Lalu wajah yang dipenuhi oleh pembuluh darah kecil itu membuat kumpulan darah yang melewatinya akan lebih mudah terlihat. Itulah yang disebut rasa malu, leader."

"Oh, dia pasti merasa sangat malu sampai mukanya semerah kulit apel, hahaha~"

"D-di-di-di-di-diam, bego! Tutup mulut kalian! Juga jangan memanggilku 'bocah'!"

"Dasar tsundere, kau pikir kenapa anak-anak dipanggil 'bocah'? Itu karena mereka masih dalam masa pertumbuhan, paham!? Itulah kenapa anak-anak adalah yang terbaik! Yeah~"

"He, eeeeh---"

Apa yang orang ini katakan!?

"Tapi aku sudah dewasa! Jadi hentikan memanggilku anak-anak!"

" "Apa—?" "

Keduanya tersentak untuk sesaat, saat kemudian senyuman iblis nampak di wajah mereka sementara berbisik satu sama lain.

"~~~~" "~~~~" "~~~~" "~~~~"

"Heh? Apa!?"

Mereka bersujud di bawahku. Tidak, daripada disebut bersujud, itu lebih seperti..... apa mereka memujaku?

"Bishoujo, nekomimi, legal loli." Kata-kata terbentuk di bawah mulut sang gadis.

"Tidak peduli di tempat apa pun, dunia mana pun, satu-satunya yang akan dipuja oleh «Humanless»—satu-satunya yang akan kami agung-agungkan dan anggap paling adil itu adalah—keimutan! Ya, itulah yang membawa kami sampai sejauh ini! Tak ada lagi selain keimutan! Keimutan adalah yang terbaik!"

"He-eeeeh---!! Be-berhenti mengatakan sesuatu yang memalukan, kalian bego!"

Aku mengangkat dua tanganku ke atas untuk menyiapkan hantaman terbaikku. Aku cukup yakin kalau busurku seharusnya ada di sana—tapi, aku tiba-tiba sadar kalau yang kulakukan hanyalah meraba udara dan angin yang baru saja lewat—busurku, yang seharusnya ada di sana tidak ada di sana.

Aku menggerakkan tanganku ke kanan dan kiri—tidak, lebih tepatnya aku ingin menggerakkannya, tapi tanganku seketika berhenti setelah 0,1 detik.

Ketika aku melihat ke atas, di sana terlihat—sebuah borgol kayu mengikat pergelangan tanganku menjadi satu.

"A-apa-apaan inii?!!"

"Oh, itu? Aku menyukaimu, jadi itu hadiah dariku."

"Nah, leader, kamu mengatakan 'aku menyukaimu' dengan mudah hanya karena anak ini punya 3-atribut-dasar-keimutan-dunia-fantasi, huh... itu bisa membuatnya salah paham, tahu?"

Si laki-laki berdiri dan mengupil sambil mengatakan sesuatu seperti menyukaiku atau semacamnya. Sedangkan perempuan di sebelahnya hanya berkomentar sesudah berdiri di sisinya

Aku merasa seperti pikiranku dipermainkan oleh dua orang ini dan itu sungguh membuatku jengkel.

Apa mereka benar-benar cuma penduduk biasa? Pertanyaan seperti itu muncul di otakku.

─Si laki-laki baru saja mengatakan sesuatu seperti «Humanles» atau semacamnya jadi... apa maksudnya itu? Perlukah aku bertanya?

Tidak, itu akan membuatku lebih muak lagi.

Lebih baik menyerah saja, yah, pergi dari sini. Meninggalkan mereka—itu yang ingin kulakukan sejak awal. Seharusnya aku tidak mendengarkan kalimat bodoh seperti pertunjukan dimulai atau semacamnya.

Kalau saja aku mengabaikannya maka aku tidak perlu mendengarkan kalimat bodoh lainnya.

Baiklah, selamat tinggal. Itu karena kalian mempermainkanku, salah kalian sendiri jika satu-satunya harapan kalian pergi dan kalian harus mati di tempat ini. Aku berbalik.

"Kereta ini sengaja dibuat untuk menyelundupkan garam—oh, jadi kau mau pergi? Aku tidak perlu repot-repot menjelaskan juga kalau begitu."

"Tak ada gunanya menolong mereka—baru saja aku ingin melarikan diri dengan pemikiran itu."

Aku berbalik sekali lagi.

"Aku tahu kalian akan berpikir tentang seberapa busuknya diriku karena memikirkan hal seperti ini. Tapi, aku tetap akan berkata sebaliknya sekarang; KALIANLAH YANG BUSUK KARENA TIDAK MENJELASKAN APA PUN DARI AWAL!"

"Hei, tahan dirimu... menetes, air liurmu menetes di lantai." "Itu menjijikkan."

"Lupakan. Itu tidak penting. Yang lebih penting katakan padaku! Semuanya!"

Tanpa sadar aku menaruh tanganku di pundak mereka. Aku tidak tahu seperti apa ekspresi yang kubuat tapi mungkin itu adalah sesuatu seperti rasa penasaran dan keambisiusan. Itu akan benar-benar aneh dan sangat parah—aku yakin begitu.

"Ada ruang di bawah lantai ini."

Aku menyingkirkan ekspresiku barusan dan melihat ke arah lubang yang sudah dua kali menjebakku.

"Ya, aku melihatnya. Aku terjebak dua kali karena lubang ini; pasti karena aku sedang sial, huh."

"Bukan bukan, kau salah. Jika ada alasan kenapa kau merasa tidak beruntung itu pasti karena kau bertemu dengan kami." "Un, itu jebakan yang mudah bagi «Humanless»."

"Hn, cukup mudah sampai aku ingin tertawa karenanya." "Muka cewek kucing itu lumayan lucu juga."

*Hehem~

Mereka tertawa kecil saat menikmati dunia di mana hanya ada dua orang itu di dalamnya.

"Maksudmu?"

"Leader melakukannya dengan sengaja." "Tentu saja, Ruri yang memberitahuku semua data yang dibutuhkan termasuk kapan dan di mana kau akan jatuh."

".... Begitu.... Jadi soal kereta ini yang menyelundupkan garam?"

"Ah, itu ada tepat di bawahmu, ada ruang kosong di bawah lantai."

Aku menundukkan kepalaku dan melihat fakta bahwa memang ada ruang kosong di bawah lantai.

"Tapi bagaimana kalian tahu kalau ada banyak garam di sana? Penjual budak pasti menyembunyikan ini jadi.... Tidak tidak, sebelum itu bahkan jika rencana kalian berhasil semuanya akan jadi tak berguna jika kalian mati di tempat ini!"

"Hm? Ah, itu jelas karena..." "Kami tidak mungkin mati, kau tahu?"

"Kemungkinan kami kalah dalam Game yang kami mulai sendiri itu—nol mutlak. Karena—" "Itu adalah mustahil."

"Tunggu, Game?—Selama ini kalian menganggap semua ini sebuah Game? Empat orang mati karena permainan kalian, dan kalian hanya menganggapnya sebagai Game?"

"Yes." "Jika tidak begitu 13 orang akan menderita sebagai gantinya."

Itu mengingatkanku kalau ada 13 orang selain aku dan mereka di tempat ini. Semuanya masih hidup dan bernapas selayaknya makhluk hidup normal pada umumnya, tapi, itu tidak seperti orang-orang menganggap mereka sebagai makhluk hidup. Mereka adalah produk yang diperjualbelikan, kumpulan alat serbaguna yang disebut budak.

Jujur saja mereka tidak memiliki nilai di mataku.

Aku yakin mereka sendiri sadar kalau tak ada seorang pun yang cukup peduli pada keselamatan mereka, itulah kenapa mereka terus ketakutan selama ini. Hanya menggigil ketakukan dan saling berpelukan seperti itu, memang apa gunanya?

"Maksudmu para budak, kan, apa aku salah?"

"Yah..." "Tidak salah."

Aku mengatakannya sambil melihat sekeliling. Ada pedagang budak, kusir, dan dua pengawal di luar; itu cukup untuk menemani Loan Shark sebentar lagi. Waktu kami tidak tersisa banyak.

"Artinya kalian ingin membawa semua ke-13 budak ini 'kan? Tapi, itu mustahil, kecuali ada seseorang di sekitar sini yang punya sihir yang cukup kuat untuk melakukannya."

Itu karena sihir adalah serangan satu-satunya yang efektif melawan Loan Shark.

"Aku tidak memilikinya." Jawab langsung si perempuan. "Bagaimana denganmu?" Tanya laki-laki berambut putih.

---Jadi intinya adalah, mereka tidak punya sihir seperti yang kusebutkan.

"Dasar bego!" Aku membentak mereka. Menghela napas dan melanjutkan "Aku malah tidak bisa memakai sihir apa pun."

"Oh, jadi bagaimana caramu melarikan diri dari sini? Maksudku, 3 menit yang lalu."

"Heh?"

........ Aku tersentak, mataku membesar. Laki-laki berambut putih mengatakan itu dengan senyuman licik menggantung di wajahnya—ditemani aura dan tatapan mata yang menakutkan muncul di balik pertanyaan yang ia ajukan.

Aku mencoba melarikan diri 3 menit yang lalu.

Mustahil mereka tidak menyadari fakta bahwa aku punya kemampuan yang cukup untuk melarikan diri, tapi, karena ketidakmampuanku memakai sihir, semua hal di sekitarku menjadi penuh dengan misteri.

Aku harus menjawabnya, tapi aku tidak bisa mengatakan apa pun. Apa yang bisa kukatakan pada mereka? Tidak ada. Tak ada kebenaran apa pun yang bisa kuberikan pada mereka tentang diriku.

Aku memegangi rambut chesnutku yang mulai berantakan karena tertiup angin.

Di tengah tiupan angin yang juga menggurai rambutku itu, laki-laki dan perempuan di depanku tersenyum hangat. Lalu, bibir merah mereka membentuk setiap kata demi kata.

"Nah, pertanyaan..... kenapa kami melakukan ini?" "Itu karena—ada 4 tujuan mulia."

.... Mereka mengungkitnya sekali lagi.

Bergumam, tanpa sadar aku menjawab ini:

"Sampai di ibu kota. Mengambil informasi. Mengambil uang.... Dan—"

[ Dan empat, tentu saja membebaskan para budak. Itu seluruh 4 tujuan mulia operasi ini. ]

Aku teringat pada apa yang ia telah katakan sebelumnya, yang telah mereka berdua nyatakan tentang 'tujuan' dan 'alasan' semua ini dilakukan.

"Mengambil garam yang diselundupkan, itu tidak termasuk dalam tujuan kalian."

Aku memegangi kepalaku yang mulai sakit.

Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Kepalaku kosong meskipun aku tidak berhenti memikirkannya. Apa yang bisa kupikirkan? Apa yang bisa kutemukan dengan memikirkannya? Kepalaku mulai diisi dengan alasan-alasan konyol yang membuatnya jadi sakit.

"Aku bilang sebelumnya kalau curah hujan sedang tinggi belakangan ini—karena alasan ini juga garam banyak mengalami gagal panen di laut, tentu saja nilai jual akan naik di pasaran sehingga menyelundupkannya jadi berkali-kali lipat lebih bernilai. Lalu kenapa harus kereta penjual budak? Itu karena penjaga gerbang tidak melakukan pengecekan lebih lanjut khusus kereta pedagang budak. Mereka hanya akan melihat budak yang dijual dan memikirkan kalau itu adalah pekerjaan buruk di mana hal itu masih dalam garis legal di negara ini, sehingga penjaga tidak melakukan pengecekan lebih lanjut.... Tapi lupakan tentang itu."

Itu pemikiran yang tidak semua orang mampu mencapainya dan dia dengan mudah berkata bahwa aku harus melupakan semuanya? Itu konyol.

Ia berbalik pada gadis berambut emas di sampingnya, kemudian berjalan pada anak 8 tahun dan seorang kakak perempuan yang memeluk adik laki-lakinya, ibu yang memeluk anak perempuannya, seorang ayah yang melindungi anak perempuannya dari dunia luar, dan kemudian, semua budak di sekelilingnya.

Apa yang dia lakukan adalah melepas semua borgol dan rantai yang mengikat para budak. Sekarang, ke-13 budak mendapatkan kebebasan yang dia inginkan.

Aku masih sulit mempercayai kenyataan bahwa dia dapat dengan mudah melakukan hal ini. Apa itu sihir? Tidak. Aku tidak melihat jejak pemakaian ether di mana pun. Skill? Tapi aku hanya melihat tangannya bergerak dengan normal.

Itu adalah....

Apa? Apa pernah aku melihat kemampuan seperti ini?

Sama seperti "hypnosis induksion" atau "SSCDS"—itu adalah pengetahuan yang ada di luar pemahamanku.

Itulah kenapa, aku ingin memahaminya, mengetahuinya, mengerti akannya dan menjadi lega.

Akan tetapi semua Loan Shark sudah menghabiskan makanan mereka. Ini giliran ke-15 budak termasuk mereka berdua menggantikan apa yang telah habis itu.

Bahkan setelah semua borgol dan rantai baru saja dilepaskan, mereka masih harus menemui takdirnya dalam perjalanan ini—? Tentu saja semua orang akan khawatir dan gelisah.

--- Namun, bahkan saat hampir semua orang sedang menangis ketakutan, dua orang itu tertawa.

"Semuanya! Hancurkan lantai dan sebarkan garamnya ke hutan!"

Semua orang menegakkan kepala mereka pada suara itu.

"Loan Shark takut dengan garam! Jika kalian menyebarkan garam, mereka akan mati!"

Kali ini giliran gadis berambut emas yang berbicara.

Loan Shark akan mati karena garam, benarkah? Aku mulai meragukan pendengaranku, pikiranku dan tentu saja mataku yang melihat sendiri kejadian itu.

—Lantai dihancurkan, 13 budak dengan antusias melempar garam keluar.

"Rasakan ini!" "Terima ini!" "Matilah!" "Tak akan kubiarkan kalian menyakiti kakak!"

Sorakan seperti itu dapat terdengar di udara.

Ini adalah hasil dari perbuatan dua orang.

Hanya dua orang itu.

Aku adalah satu-satunya yang diam sambil melihat pemandangan ini dalam ketakjuban.

"Loan Shark pada dasarnya sama dengan lintah—begitu kan ya, Ruri?"

"Loan Shark punya banyak air dalam tubuhnya dan tubuh itu juga ditutupi dengan membran berpori. Garam akan larut di lendir yang mereka pakai untuk berjalan, kemudian terbentuk sebuah larutan garam. Konsentrasi larutan garam di luar tubuh Loan Shark akan jadi lebih tinggi dibanding yang ada dalam tubuh. Dan saat campuran homogen antar dua atom atau lebih dalam fase padat itu bertemu dengan membran berpori, osmosis terjadi."

Dua orang yang menjadi dasar semua ini mengambil alih kursi kemudi sambil membicarakan istilah-istilah yang tidak kutahu dan tidak akan kumengerti meskipun aku mengetahuinya.

"Leader, kamu punya pengalaman mengemudikan kereta naga?"

"Tidak. Tapi aku pernah membaca guide tentang bagaimana mengemudikan kereta kuda."

Jujur, otakku sudah sangat lelah hari ini. Aku tidak ingin berpikir tentang apa pun lagi.

Mengemudikan kereta naga jauh lebih sulit dibandingkan kereta kuda. Tapi jika mereka bilang bisa melakukannya mungkin aku juga akan mempercayai hal itu sebagai kebenaran. Tapi daripada itu—

"Hei, bagaimana denganku?"

"Kenapa?"

Laki-laki berambut putih bertanya seperti tidak ada yang salah. Tapi jelas sekali kalau dalam hal ini mata orang itulah yang salah.

"Muu~" Aku menggembungkan pipiku dengan kesal, melihat mereka berdua dengan mata yang dibumbuhi sedikit rasa marah.

"Kalian belum melepaskan ini untukku."

Aku menunjukan tanganku yang terikat. Meski begitu, mereka tidak melihatnya sama sekali karena itu adalah hal yang telah mereka tahu, mungkin.

"Oh, itu? Kau bisa melepasnya sendiri tanpa bantuanku jadi, berhentilah merengek seperti bocah." "Leader... tapi itu imut."

"Berhenti menyebutku bocah atau imut! Dan mana mungkin aku bisa melepas ini, kalian bego ya?"

".... Nah kupikir tidak akan ada masalah jika itu untukmu? Iya kan Ruri?" "Yah, dia bisa melakukannya sendiri."

"Kau dengar itu.... naga api?"

"Heh?"

---- Baru saja... apa yang dia katakan? Apa aku baru saja mendengar seseorang mengatakan tentang 'naga api'?

Atau mungkin itu cuma kebetulan mereka tahu tentang naga api?

Tidak, ini bukan kebetulan belaka.

----- Kobaran api lahir di pergelangan tanganku. Itu membakar borgol kayu sekaligus meningkatkan suhu udara di sekitar. Api kemerahan semakin membesar dan berkumpul di tangan kananku.

"Nah... Karena kalian sudah tahu identitas asliku, aku punya satu permintaan untuk kalian."

Meskipun—ditulis 'permintaan' tapi dibaca juga sebagai 'ancaman' karena aku menunjukan tanganku yang dibalut oleh api kemerahan... meski begitu mereka hanya tertawa.

"Heheh~ kebetulan, kami juga punya permintaan kecil untukmu. Ah, juga kau tidak perlu menjelaskan lagi soal permintaanmu." "Karena kami juga sudah tahu tentang itu."

"Hooh~" Aku tersenyum pahit. Tidak hanya tahu identitasku yang hanya satu orang selain aku di dunia ini mengetahuinya, tapi juga tentang apa yang akan aku minta, itu mengesankan.

Aku masih geram dan menjulurkan tanganku, tapi mereka seperti tidak peduli dengan itu jadi aku menurunkannya dan menggertakkan gigiku.

"Jadi, apa yang kalian minta?"

Mereka sedikit membalikkan wajah dan, mata biru dan emas melirik ke arahku.

"Aku Shion." "Ruri."

"Siapa namamu?"

"Echo."

Mereka tersenyum.

" "Baiklah, Echo... Pertama, mari panggil kami dengan 'master'!" "