-- Part 3 --
– Kerajaan Rinea –
Dalam dunia ini yang diawasi oleh Creator «XeeX», itu adalah salah satu dari 7 negara terindah dan paling populer di seluruh dunia, dan merupakan negara terbesar ke-3 di benua Shuvasphere.
Ibukota Kerajaan Rinea – Sebuah kota di atas awan, «Asterion».
Kota indah di mana kamu bisa melihat pemandangan dunia ini dari atas awan. Dibuat dari sihir seorang pertapa tanpa nama dalam suatu legenda kuno terdahulu, kota ini melayang jauh di atas kota-kota lain di Kerajaan Rinea, di mana itu juga terus bergerak seiring dengan berjalannya waktu.
"Sudah kuduga, Asterion.... bukan, Kerajaan Rinea itu sendiri memang busuk." Shion menggigit kukunya ketika satu kalimat keluar dari bibirnya sementara matanya menjelaskan rasa tidak sukanya terhadap negara ini.
"Leader.... ini sama seperti saat itu." Ruri yang sekarang ada di samping Shion memegang pundak Shion dengan tangan putih dan halus untuk membuatnya lebih tenang.
Suatu pertanyaan secara samar-samar muncul di benak mereka - kenapa Rinea termasuk dalam 7 negara terindah dan paling populer?
---Itu karena pemandangan luar biasa saat memasuki ibukota di atas awan.
.... Mungkin itu ada benarnya, tapi, bukan jawaban seperti itu yang mereka maksud.
Jawaban sebenarnya adalah—sebagaimana yang keluarga kerajaan perbuat di ibukota; diskriminasi, standar ganda dan 「perbudakan」 terhadap werebeast.
----Di kota ini ras werebeast memegang jumlah populasi terbesar dibanding ras lain yang ada. Hingga 50% penghuni Kota Asterion adalah werebeast, angka itu cukup besar sampai orang lain mungkin akan berpikir bahwa Rinea adalah negara yang dikuasai oleh werebeast. Tapi...
70% persen werebeast di ibu kota.... atau mungkin sampai 80% sudah bukan lagi seorang 「warga negara(penduduk)」 . Atau lebih tepatnya dikatakan mereka berakhir menjadi budak.
Ini menjawab pertanyaan 'kenapa Rinea sangat diakui oleh negara lain' dan 'kenapa Asterion menjadi kota yang disukai oleh banyak orang'.
"Saat itu... apa maksudmu dengan 'saat itu'?" Akira menyilangkan tangannya, sejak pembicaraan dimulai, atmosfer di kamar Ruri dan Shion berubah menjadi intens.
Hanya Emi-V yang masih duduk sambil memeluk lututnya di atas lantai. "Aku menyukai werebeast, itulah kenapa aku tidak mau semuanya terus berjalan seperti ini. Sesuatu harus berubah. Jika dengan kalian berdua sesuatu itu bisa berubah, maka kita harus merubahnya. Aku rela melakukan apa pun."
Itu adalah apa yang hati tulus Emi-V rasakan selama ini.
-- Sesuatu memang harus berubah.
Shion memikirkan itu dalam-dalam.
-- Dan jika tak ada yang cukup peduli untuk merubahnya, maka aku sendiri yang perlu merubah itu.
..... Shion tidak memiliki ketetapan hati seperti Emi-V, tapi... meski begitu, dia mampu memberikan hasil sebaik yang lain, bahkan lebih.
"Tidak peduli di dunia mana pun hal yang tidak kusuka akan tetap jadi hal yang tidak akan kusukai."
Shion melepaskan kuku dari gigitannya, menatap Ruri yang kemudian mengangguk padanya, lalu melanjutkan kalimatnya setelah beberapa detik.
"Aku dan Ruri pernah merampok kereta pedagang budak.... yah, sebut saja itu sudah 50 hari yang lalu."
"Apa—?"
Emi-V yang kaget bertanya dengan spontan.
"Ada alasan untuk itu. Bedanya dengan yang kalian berdua lakukan adalah kami cuma memakai 「pembebasan budak」 sebagai alasan. Tujuan utama dalam perampokan itu adalah sampai ke ibukota."
Akira mengangguk. "Aku mengerti. Setidaknya di Kerajaan Rinea ada satu kasino yang terletak di ibukota. Jadi karena itu kalian diikuti, huh."
"Diikuti? Apa maksudmu senpai?"
Emi-V menggebrak lantai dengan tangannya. Dia terlihat begitu kaget sampai-sampai dirinya sendiri tidak menyadari fakta bahwa matanya sedang menuntut sebuah jawaban dari Akira.
Hasilnya, Akira menghela napas.
"Mereka berjudi, Emi-V."
Dia menjelaskan, namun Emi-V bukanlah gadis yang cukup pandai untuk dapat melihat apa yang dimaksud oleh Akira.
"Jadi kenapa? Apa kalian kalah dan meninggalkan hutang?"
Akira menggeleng. "Bukan, justru kebalikannya. Karena terus memenangkan taruhan, mereka 'dihukum'."
"Dihukum?" Emi-V masih tidak mengerti. 「Dihukum」 bukanlah kata yang tepat digunakan dalam situasi saat ini.
Shion menyatukan tangannya dan menundukkan kepalanya seolah ada sesuatu di bawahnya, tapi yang terpantulkan dalam mata emasnya hanyalah kenyataan kosong tak berarti.
"7 milyar player online dalam sebuah Game sandbox raksasa yang disebut 'Kehidupan'. Kenyataannya... kemungkinan tak terbatas itu justru adalah bentuk penipuan sesungguhnya. Kita melihat judul 'Game Kehidupan' itu dan ingin menjadi bagian di dalamnya, tapi kita dengan cepat menyadari bahwa....
- Kita telah tertipu.
Kemungkinan tak terbatas itu mungkin tidak salah, tapi dalam Game ini kamu tidak bisa melakukan apa pun yang kamu mau. Terlalu banyak belenggu yang merusak kebebasan suatu Game.
Namun, kita tetap bekerja keras.
Mempercayai judul hebat itu, kita jatuh dan bangun lagi dalam kegagalan, meski begitu kita tetap percaya pada potensi tak terbatas dalam permainan ini.
Jadi kita berusaha meningkatkan level kita, farming EXP dan menghasilkan uang sambil menikmati semua alur permainan.
Dan entah bagaimana skill pasif seperti "bakat" atau "kualitas" masuk ke dalam character customization kita. Karena itu kita mengeluh dengan berkata 'itu tidak adil sama sekali mengingat beberapa orang memiliki dan tidak memilikinya'. Tapi kita tidak menyerah, meningkatkan point EXP kita, berusaha dengan semua yang kita punya—itulah yang disebut 「Game Kehidupan」 .
... Menurutmu ini cerita yang memotivasi dan menyentuh hati?
- Tapi itu tidak berarti sama sekali.
Tidak peduli seberapa tinggi score-mu, mustahil untuk bisa mengalahkan Game ini.
Meski level, point EXP dan uangmu berapa di puncak, kamu masih akan menderita—dalam hal ini kamu 'dikucilkan'.
Kenapa?
- Karena kamu 'terlalu berusaha'.
Bahkan jika itu dicap sebagai 「usaha」, orang lain masih akan menganggap itu tidak adil.
Ketika kamu sendiri 'bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa orang lain lakukan', mereka pasti akan menganggap itu tidak adil.
Karena itu, kamu 'dihukum'.
Menerima hukuman dari 7 milyar pemain, berbagai belenggu mengekang dirimu.
Dengan begitu, sebuah pemikiran melintas di benakmu – apakah kebebasan memang ada di Game ini?
Tidak peduli apa pilihan yang kamu buat, kamu masih akan menerima kritik dari player lain.
Bahkan jika kamu menerima kritik itu dan tetap meneruskan Game, takdir yang sama akan menimpamu sekali lagi.
..... Game busuk seperti itulah yang kita mainkan."
Itu cukup menjelaskan kenapa mereka berdua 'dihukum'.
Dari punggung Shion yang ditutupi dengan kaos «Humanless» merah, seseorang melingkarkan lengannya di pundak Shion.
Ada 3 orang selain dirinya yang ada di kamar ini, tetapi, dia yakin hanya Rurilah yang akan memeluknya seperti ini.
----Sebuah masa lalu kejam yang hanya diketahui oleh mereka yang 「dihukum」 .
Gadis itu melakukannya sebagian juga untuk menenangkan dirinya sendiri.
Emi-V masih tidak memahami apa pun dari penjelasan Shion. Itu karena hanya dialah satu-satunya di tempat ini yang tidak merasakan apa itu 「Hukuman dari 7 milyar pemain」 .
"Aku juga berjudi sama seperti kalian, itulah kenapa aku kurang lebih memahaminya..... Dan soal kereta pedagang budak.... pasti itu, yah?"
Mengabaikan Emi-V yang masih tidak memahami apa pun, Akira bertanya dengan pertanyaan yang penuh ambigunitas, namun itu adalah pertanyaan yang cukup jelas mengingat itu memang ditujukan untuk Ruri dan Shion.
Ruri menganggukkan kepalanya sementara Shion menjawab setelah itu.
"... Budak yang ditangkap semuanya adalah werebeast. Tidak hanya itu, kami juga dengar dari percakapan pedagang budak kalau semua budak itu akan dijual ke ibukota."
Shion memegang tangan kanan Ruri yang memeluknya. Setelah mereka saling melihat untuk beberapa saat, Shion membuat satu kali anggukan.
Ruri melepaskan pelukannya dengan tangan kanannya masih dalam genggaman tangan Shion.
Kemudian, Shion berdiri. Ruri juga berdiri.
"Akira.... bukan, Akihara Karasu."
Shion memanggil sebuah nama.
.... Dia adalah teman lama Shion sekaligus seseorang yang membentuk «Humanless» sendirian.
Leader terdahulu, Akihara Karasu, menegakkan kepalanya.
"Itu sudah lama sekali. Kau masih ingat kenapa kita membentuk «Humanless» 'kan?"
"....." Tak ada jawaban.
Tak seorang pun menjawab pertanyaan Shion tetapi dia tahu kalau Akira lebih dari mampu untuk menjawabnya. Di bawah rambut hitam yang berantakan, sosok itu tersenyum.
"Kau benar." Akira melangkah satu kali ke depan. Bersamaan dengan Shion dan Ruri yang juga mengambil satu langkah bersama.
Tangan putih yang familiar terpantulkan dalam iris hitam Akira. Dalam sudut matanya, Shion mengulurkan sebuah tinju yang sejajar dengan dada mereka. Ruri yang berdiri di samping Shion tersenyum seperti seseorang di sebelahnya.
"Nah, Akira, mari mulai sebuah Game." "Dan tentukan bagaimana kita melihat ending-nya."
Akira melihat dan mendengar kata-kata yang sudah sangat familiar di kehidupannya sebelumnya, saat dia masih menjadi seorang Gamer.
Pipinya tidak bisa berhenti menarik garis lengkung ketertarikan. Dia tersenyum—dengan liar, sama seperti Ruri, sama seperti Shion, sama seperti dua tahun yang lalu.
Akira mengulurkan tangan kanannya, menganggapai kepalan tangan Shion. Semangat baru mulai mengalir dalam diri Akira.
"Nah, kalian benar. «Humanless», yah... mari kita perbaiki dunia ini!"