-- Part 3 --
" "Haaah!!" "
Kerajaan Rinea – sebuah taman di antara distrik perjudian dan distrik pembelanjaan bagian timur Kota Asterion.
Mari kita sedikit beralih tempat, seperti, di bawah lusinan bunga Aloftia.
Dua manusia menunjukan mukanya dari pedalaman bunga. Masing-masing menempelkan pakaiannya ke tanah di mana itu mengubah debu dan tanah menjadi bagian dari baju mereka.
"Aku sudah pada batasku, Ruri. Mereka pasti memakai pupuk kandang tanpa tau cara membuang bau busuknya."
Mata emas, rambut putih dan muka yang menunjukan rasa lelah setelah melalui medan perjuangan yang berat, berbaring dengan setengah badan menjulur ke jalanan—Shion.
"Benar sekali, leader. Aku ingin mengutuk betapa bodohnya orang-orang di jaman medieval karena alasan ini."
Mata Celestial, rambut emas dan terutama jubah kucing yang kotor karena berbaring di atas tanah—Konokoneko Ruri.
Akhirnya, berhenti menampakkan ekspresi seolah sedang tersiksa oleh bau busuk, mereka berdiri.
Meski begitu, mereka terlalu mencintai tangannya sampai-sampai tidak membersihkan kotoran yang masih menempel di baju mereka.
"Hahah~ mereka terlalu khawatir pada sesuatu yang tidak perlu." "Maksudmu tentang apa, leader?"
"Pihak kasino terlalu berhati-hati karena stalker yang mereka kirim mendapat 50 kali kegagalan. Hasilnya adalah informasi yang tidak mencukupi, data yang terlalu minim—mustahil untuk orang-orang seperti itu mengirim pembunuh berpengalaman malam ini."
Ruri mengangguk.
"Hn, aku paham. Sebenarnya aku sudah memikirkan ini dari awal—Akira dan Emi-V memang kuat, tapi akan jadi masalah jika musuh lebih kuat dari mereka, lalu menyebabkan kekalahan, bahkan, bisa juga sampai pada tahap kematian.... Jadi maksud leader adalah—kasino cuma mengirim pembunuh tingkat bawah karena mereka masih mewaspadai kita, begitu kan ya, leader?"
"Yah.... begitulah."
Tapi daripada itu—
"Game-nya berlanjut, Ruri. Saat ini memasuki fase kedua."
"Fase kedua?" "Tepat, ini belum berakhir."
"Tidak, leader. Kita sudah menyingkirkan satu-satunya boss yang ada. Dalam hal ini Knight(Akira) bergerak melawan Horse(assassin), waktunya 'Checkmate', benar?"
"Kau benar, kita memang membawa kemenangan malam ini. Tapi..." "Tapi, hanya malam ini, kah?"
"Yah...."
Shion memasukkan tangannya ke dalam saku dan menatap kejauhan pada langit malam.
"Kerajaan Rinea...." Kata itu dilemparkan begitu saja.
-- Apa kami benar-benar mampu memenangkan Game ini?
Shion berpikir dalam-dalam. Lalu memanggil nama partnernya.
"Nah, Ruri...." "Hn? Apa leader?"
"Lawan kita adalah satu kerajaan besar." "Aku tahu."
"Jadi apa kita benar-benar bisa--"
Shion menghentikan kalimatnya karena Ruri baru saja memeluk tangan kanan Shion dengan kedua tangannya.
Saat Shion menyadari hal itu, dia melihat, bahwa—ada senyuman tulus Ruri yang mengisi penglihatannya. Terpantul dalam mata celestial gadis itu adalah ekspresi pemuda yang mempunyai rambut berwarna putih dan sepasang mata berwarna emas.
"Pertanyaan bodoh." Ruri mengeluarkan lidahnya seperti sedang mengejek Shion atas sesuatu yang bodoh. Tapi Shion tidak merasa keberatan akan hal ini.
Justru dia membenarkannya. "Tepat sekali. Pertanyaan yang begitu bodoh."
-- Dalam dunia di mana segala hal ditentukan oleh aturan dan kondisi kemenangan, tidak peduli dalam permainan mana pun «Humanless» tidak akan kalah. Di jaman mana pun, dunia apa pun—tidak akan ada yang berubah.
-- Benar kan, Ruri?
"Akira harusnya sudah selesai?" "Mungkin. Mau menemuinya?"
"Mereka harusnya ada di jalan antara taman ini dan distrik pembelanjaan."
"Kalau begitu ayo ke sana, leader."
Dengan tangannya masih memeluk tangan kanan Shion, Ruri menarik Shion untuk segera pergi. Tapi Shion tiba-tiba menyadari sesuatu.
"Ruri!" Dan menarik gadis itu—menaruh Konokoneko Ruri dalam perlindungannya. Akan tetapi...
Akibat dari tindakan itu adalah, dengan cepat----
"Arch!"
Anak panah yang ditembakkan dari 'tempat tidak diketahui' melukai pundak Shion.
Rasa panas yang menjangkit tubuh akibat tembakan dikirim ke sel otaknya. Shion merasakan cairan yang keluar dari pundak itu berbau seperti besi.
"Leader!"
Ruri membuang mantel yang Shion kenakan, menyobek rok biru miliknya kemudian mengambil bagian yang tidak dikotori oleh tanah.
"Ruri--... lari....!"
Susunan kata yang keluar dari Shion terdengar begitu lemah, namun, itu masih dalam batasan yang dapat Konokoneko Ruri dengarkan dengan baik.
Masalahnya adalah—Ruri tidak akan lari.
"Mana bisa aku lari! Selanjutnya adalah..." Ruri menyobek baju hitam milik Shion—melihat bagian yang sudah mulai berubah menjadi merah, kemudian menutupnya dengan kain biru yang dia ambil dari roknya.
Shion mengernyitkan mukanya.
-- Siapa.... seharusnya tidak seperti ini!
" 'Checkmate', benar? Itu yang kalian katakan."
Dari balik bayangan—seseorang, dengan telinga yang memanjang tidak seperti manusia—elf.