-- Part 4 --
"Okeh, Checkmate, kami menang."
Senjata yang tidak biasa—itu sudah hampir 2 tahun sejak dia mulai dipanggil ke dunia lain bernama Verdernia ini, sebuah dunia di mana pedang dan sihir adalah pemandangan yang biasa.
Awalnya memang sulit, tapi, dia memulai penelitian sampai akhirnya berhasil menciptakan senjata tidak biasanya ini, yang tidak seharusnya ada dalam dunia dengan pedang dan sihir.
Hanya dalam 1 minggu pertama, prototype dari senjata ini akhirnya dibuat. Itu terus dikembangkan sampai pada hampir dua tahun. Hanya dia yang bisa membuatnya, kenyataannya, cuma orang itu yang pernah membuatnya di Verdernia.
--- Ayolah, ini tidak terlalu sulit, hanya terbuat dari material antara Etheral Silver dan Chainfiber—gabungkan keduanya kemudian bentuk seperti yang tertulis pada blueprint. Gabungkan Fire Sand dan Spark Ash sebagai mesiu dan buat selongsongnya dari kombinasi Etheral Silver dan Spark Metal, lalu karena ini sebuah revolver maka jangan lupa tambahkan Dreamwood sebagai pegangan—sesuaikan semuanya dengan blueprint dan senjata tidak biasa ini selesai.
Tentu saja, hanya Akira yang menganggap pembuatan senjata ini adalah sesuatu yang mudah. Bahkan bagi kelompok peneliti paling terkenal sekali pun masih mustahil untuk bisa membuatnya secara mudah.
Itu karena fakta bahwa Akira adalah satu-satunya pemilik «Material Combiner» di Verdernia. Sebuah Unique Skill, atau dalam 「Status Window」 disebut «Scared Ability».
Ini menyebabkan Akira menjadi satu-satunya yang mampu menggabungkan dua material atau lebih menjadi satu.
--- Untuk pertama kalinya, Assassin-chan melihat trigger ditekan.
*Dor!
Peluru perak meninggalkan silinder setelah memanfaatkan gaya pegas yang besar, menghasilkan kecepatan melebihi 150m/detik, yang berarti itu hampir menyamai setengah kali kecepatan suara.
Jarak antara 「senjata tidak biasa」 dengan target: 11 meter.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai target adalah 0.0733 detik.
Sesaat setelah peluru dilepaskan, jantung semua orang berdetak di waktu yang sama.
Assassin-chan menarik Ninjato dari punggungnya. Menggunakan itu, dia menebas diagonal di udara.
*Slink—
Hasil dari tebasan itu adalah—dengan cepat, peluru terpotong menjadi dua.
Proyektil buatan Akira yang digunakan dalam .357 Magnum memang tidak lebih unggul dari Ninjato assassin. Selain itu, Ninjato adalah senjata yang ringan dan berbentuk lurus sehingga membelah peluru tidak akan sesulit memakai katana. Karena alasan inilah, Assassin-chan mampu memotongnya.
Meski begitu Akihara Karasu tidak merasa sedih akan kegagalannya ini. Justru dia sennag karena baginya memperoleh data baru berarti mempercepat proses pengembangan 「senjata tidak biasa」 miliknya. Lalu—
---Trigger ditekan.
Dua proyektil .357 dilepaskan dari barrel.
Menggerakkan Ninjato di tangannya, Assassin-chan mengeksekusi proyektil mengikuti reflek dan instingnya.
-- Apa ini!?
-- Apa-apaan senjata itu!?
Menggunakan Ninjato memang salah satu keahlian assassin. Tapi bagi seseorang seperti Assassin-chan untuk mampu memotong 3 kali proyektil yang bergerak setengah kali kecepatan suara tanpa gagal tidak diragukan lagi adalah sebuah keberuntungan besar.
Dan jika situasi seperti ini terus berlanjut, dia mungkin akan terbunuh di tembakan berikutnya. Menyadari hal ini, Assassin-chan berpikir dalam hatinya:
-- Aku mungkin tidak diuntungkan. Selain karena senjata tidak biasa yang dia gunakan, orang satunya masih belum menunjukan kemampuannya............ pilihan terbaik adalah lari.
Ability: «Hiding», «Muted»
Art: «Shadow Escape», «Shadow Step», «Vanish»
5 skill aktif tepat setelah Assassin-chan membelah 2 proyektil menjadi 4 bagian.
Tubuhnya menyatu dengan bayangan di sekitar jalanan. Suara, bentuk dan perasaaan keberadaan seseorang menghilang dari sosok Assassin-chan.
"Yahah~ kau boleh juga Assassin-chan. Kamu adalah orang pertama yang menebas peluru S&W .357 Magnum menjadi dua."
"I-ini bukan saatnya untuk memuji musuh, tau! Daripada itu senpai, aku lebih baik sekarang---"
"Dengarkan aku, Emi-V.... menyelesaikan pekerjaanmu dengan cepat terkadang bisa membuatmu merasa bosan dan tak seorang pun di dunia ini ingin mati karena kebosanan. Satu-satunya obat untuk itu adalah keingintahuan dan sedikit perasaan tertarik. Intinya adalah—dalam kehidupan yang tidak tentu ini cobalah untuk lebih menghargai kehidupanmu."
"Caramu menggunakan kata 'menghargai' dalam hal ini benar-benar salah tahu, senpai!?"
"Sudahlah, Emi-V, apa gunanya meributkan ini?"
"Tapi kamu dulu yang memulainya!"
Mengabaikan Emi-V yang menggerutu, Akira mengangkat pistolnya.
"Akan kukatakan sesuatu tentang senjata ini, Assassin-chan."
.... Tak seorang pun melihatnya dan tak seorang pun mampu merasakannya bahwa dalam kegelapan, sepasang telinga kelinci tergelitik karena informasi tentang 「senjata tidak biasa」 .
Lalu saat Akira akan melanjutkan, sang kelinci—koreksi, Assassin-chan menajamkan telinganya.
"Senjata ini disebut pistol, jenisnya adalah revolver. Ada 6 slot peluru di mana setiap pelurunya berkaliber .357 inci atau 9,1 mm. Aku menyebutnya S&W .357 Magnum karena dibuat dari model seperti itu di awal pembuatannya."
"Siapa juga yang peduli tentang itu senpai! Kau malah membocorkan semua informasi tentang senjatamu!"
"Kau tahu, Emi-V? Sesekali ada bagusnya juga bicara begini. Seperti, sebuah kesempatan langka untuk membocorkan info tentang senjata yang kau pakai pada pembunuh sungguhan? Bukankah ini membuatmu—'berdebar-debar'?"
"Caramu mengatakan 'berdebar-debar' seperti hal itu luar biasa benar-benar sebuah kesalahan tahu, senpai!?"
Akira menghela napas. "Aku sudah lelah mengatakan ini, Emi-V; kenapa kau meributkan ini?"
"Tapi yang memulainya lebih dulu adalah senpai!"
Mengabaikan Emi-V yang menggerutu sekali lagi, kata-kata berikutnya menggelitik pendengaran Assassin-chan.
"Pasti susah ya, bekerja dengan orang-orang di kasino."
"..."
"Mereka memperlakukan werebeast seperti budak, melihat mereka seperti sampah di pinggir jalan dan menginjak-injak harga diri para werebeast."
..... Seperti kata Akira, Asterion adalah tempat semacam itu.
Raja, ratu, keluarga kerajaan sampai para bangsawan di kota ini memperlakukan werebeast dengan sangat buruk. Sama seperti bangsawan yang mengelola The Cardinal Diamond Casino sekaligus orang yang mengirim Assassin-chan untuk membunuh Shion dan Ruri.
"Tapi justru karena itu."
Akira membentuk kembali susunan katanya. Dan—
"Karena itulah Assassin-chan—"
... Mereka tersentak mendengar apa yang laki-laki itu katakan ketika berbalik.
"Akan kuakhiri penderitaanmu."
Akira memanggil nama Emi-V.
Sekitar 10 meter dari tempat Akira, dua bola cahaya tercipta dari kekosongan udara.
"Eh...?"
Menyinari «objek» kelinci sambil berputar-putar di sekelilingnya, kedua cahaya menkonfirmasi letak Assassin-chan yang bersembunyi.
*Dor!
Peluru terbang setengah kali kecepatan suara. Tersentak, Assassin-chan menebas diagonal pada proyektil dengan Ninjato-nya.
"Phew~" Assassin-chan menghela lega. Tapi—
Nama Emi-V dipanggil sekali lagi.
Permukaan tanah naik 50 cm di bawah kaki Assassin-chan.
-- Apa...?
*Dor!
Peluru .357 Magnum menembak paha kiri sang assassin. Target yang tertembak setengah terjatuh karena kehilangan sebagian pijakannya.
Itu mengubah nilai pertahanan dan menurunkan kecepatan reaksi dengan intens.
Sekali lagi, bunyi tembakan diteruskan.
Paha kanan menjadi target berikutnya, memaksa Assassin-chan terduduk lemah di atas tanah.
Life-nya terus berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Dengan dua tembakan, Akira telah membuang 40% life Assassin-chan.
-- Sakit...
Jelas, itu pasti sakit sekali. Darah menyebar dari tempat 2 peluru S&W .357 magnum ditembakkan—mengubah kain hitam Assassin-chan menjadi merah. Dan lalu—
Bunyi langkah kaki diteruskan.
Dalam sudut pandang Assassin-chan yang mulai sedikit kabur, seseorang mendekati tempatnya terduduk di atas tanah. Dan ia yang telah mendapatkan 2 kali tembakan hanya bisa diam sambil menunggu datangnya kematian.
Saat Akira akhirnya berhenti di depan sosok itu.
"Begitu.... aku gagal lagi...." Kata-kata terbentuk di bawah mulut Assassin-chan.
Setelah satu detik, dia melihat ke atas. Lalu—
---Assassin-chan membeku ketika suhu dingin tiba-tiba menjalari punggungnya.
Dia merinding bukan karena pistol yang diarahkan ke kepalanya.
Tapi karena apa yang Akira katakan dengan senyum liar.
"Nah, saatnya mengakhiri ini. Selanjutnya hiduplah dengan bahagia."
Dan, pelatuk ditarik, mengirimkan sisa peluru berikutnya.
~**~
-- Ah, aku salah....
Mata Shion tiba-tiba terfokus pada kalimat itu.
"Lihat siapa yang sebenarnya bodoh di sini—Siapa yang akhirnya akan mati di sini? Kalian tahu, 'kan?"
-- Aku tahu. Aku tahu kalau aku telah benar-benar membuat kesalahan fatal. Aku telah membuat satu kesalahan besar.
"Kenapa juga kami harus mengirim satu pembunuh saat kekurangan data? Bodoh sekali."
-- Satu orang berperan sebagai pengintai sementara satu yang lain melakukan pekerjaan utama; bertarung, membunuh dan kemungkinan besarnya terbunuh. Harusnya aku memikirkan kemungkinan di mana bangsawan pemilik kasino adalah makhluk sebusuk ini.
-- Benar, harusnya aku membuat rencana satu langkah lebih matang... Kenapa, bisa-bisanya aku tidak berpikir ke kemungkinan itu, jika, mereka akan menggunakan seseorang sebagai bidak sekali pakai, hah...?
Di tempat umum seperti taman—orang-orang mulai berisik dan membuat keributan.
Beberapa orang mulai mendekat sembari bertanya-tanya tentang apa yang terjadi.
-- Mustahil mereka tidak melihat ini. Apa seseorang akan datang menolong kami? Seperti, dalam cerita fiksi pembela kebenaran atau semacamnya.
Tapi.... Elf mengangkat busurnya menuju langit.
"Art: «Lighting Cage Arrow»!"
Sementara sebuah kalimat terbentuk di bawah bibir kecilnya, satu anak panah ditembakkan ke langit. Lalu, di atas udara yang dilumuri dengan warna hitam, anak panah memperbanyak dirinya menjadi tujuh buah sebelum akhirnya terjatuh.
Mengikuti ketujuh anak panah kayu yang telah menancap di atas tanah---------Heptagon raksasa terbentuk dari perpaduan 7 titik.
Sementara Shion dan Ruri yang menyaksikan itu hanya bisa membeku terkejut, satu kata tercipta di bawah bibir gadis elf...
"Activate."
—Kurungan listrik tercipta dari tujuh sudut dalam Heptagon, mengurung tiga orang termasuk dirinya sendiri di dalamnya.
-- Begitu. Dia mencegah orang-orang mendekat sekaligus menutup kemungkinan «target» melarikan diri.
-- Kenyataannya, orang lain tidak akan begitu saja peduli pada orang yang tidak mereka kenal. Yah, bahkan saat orang yang mereka kenal berada dalam posisi yang sama sekali pun aku ragu akan ada yang peduli.
Melihat kekuatan luar biasa terkumpul dalam kandang listrik berbentuk heptagon, orang-orang pergi seperti tikus melarikan diri kucing.
"Jadi, sekarang giliran kalian, yah? Maaf tapi aku perlu menyelesaikan ini dengan cepat."
Sementara sosok itu mengarahkan busur kayunya, Shion memacu otaknya untuk berpikir.
-- Karena kesalahanku Ruri akan ada dalam bahaya besar. Aku tidak peduli bahkan jika otakku terbakar sekali pun. Pikirkanlah sesuatu!
...
-- Tunggu... tunggu dulu. Apa benar karena data yang tidak cukup kasino akan mengirimkan 2 orang sebagai pembunuh? Ada yang janggal dari ini.
"Okey, matilah dengan tenang."
Shion memeluk Ruri dan menutup matanya.
Ruri yang merasakan itu mencoba sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya dari Shion. Akan tetapi, Shion memeluknya lebih erat, lebih erat lagi dan lebih erat lagi seperti bukan Shion yang biasanya.
Ruri berharap dan meronta untuk melepaskan dirinya dari pelukan Shion karena jika begini terus—leader akan!! dan—
"Leader kumohon, aku tidak mau leader terbunuh karena melindungiku.... kumohon, Shion!"
Memanggil namanya.
Sudah lama sekali sejak terakhir kali Shion mendengar suara itu memanggilnya.
.... Ah, benar, jadi akan berakhir seperti ini. Mati untuk melindungi orang lain, bukankah itu... keren?
---- -----
*Dor!
"A-ap--!?"
*Dor!
Bunyi tembakan diteruskan.
*Cyar! *Ctar! *Ctar!
Lampu-lampu taman pecah satu per satu. Pecahan kaca jatuh dan The Sky Flower Garden berubah menjadi gelap.
"Ini—"
"Leader, ini....?"
7 anak panah yang gadis elf tembakkan hancur bersama kandang listrik yang terbuat dari heptagon. Awan gelap menutupi bulan, sisanya adalah—kegelapan. Kemudian...
Bunyi tembakan dihentikan.
---Dua bola cahaya menyinari tempat «target» berdiri—berputar-putar mengelilinya. Dan....
"Siapa!? Aku tidak peduli siapa pun yang melakukan ini, hei! Hadapi aku secara adil!"
Mengarahkan busurnya secara acak ke langit, gadis elf mendapatkan jawaban kosong atas pertanyaannya.
---Elf mungkin tidak sadar bahwa menjadi satu-satunya sumber cahaya dalam kegelapan adalah kondisi terbodoh yang pernah ada. Karena....
*Dogam!!
Tipe tembakan yang sama sekali berbeda dilepaskan.
Sebuah proyektil .408 CheyTac menembus telapak tangan gadis elf dan menghancurkan satu-satunya busur yang terlihat di kegelapan.
*Dogam!!
*Dogam!!
Selanjutnya, kaki kiri dan tangan kanan juga ditembak. Darah mencuat dari 3 titik dalam tubuhnya. Itu menyebabkan gadis elf terduduk lemah di tanah.
70% life-nya menghilang begitu saja. Satu tembakan lagi mungkin akan mengakhiri kehidupannya. Saat Elf mulai memikirkan tentang kematian... bunyi tembakan dihentikan.
"Shion-san! Ruri-san!"
"Yo, ada yang mau mati? Oh..."
Melihat bercak darah di pundak Shion, Akira berseru.
"Emi-V, sihir penyembuh."
Atas perintah--«Heal»--cahaya hijau bersinar 3, 4 detik, sebelum kemudian luka Shion menghilang seperti tidak pernah ada.
"Giliranmu, maaf ya, matilah di sini."
Sebuah CheyTac M200 Intervention seberat 14 kg ditodongkan seakan itu adalah senjata yang ringan.
----Hanya dengan satu tangan manusia, menembakkan sniper seberat CheyTac M200 Intervention seharusnya adalah mustahil. Tapi di sini, di dunia ini di mana tingkat kemampuan ditentukan oleh 'Status' Akira lebih dari mampu untuk melakukannya.
Satu, dua detik setelah mengamati wajah elf yang memucat... jari Akira bergerak mendekati trigger. Kemudian---
"Tidak. Tunggu sebentar. Ada sesuatu yang salah."
Jari yang bergerak itu dihentikan.
Shion berjalan mendekat.
"Yusagi.... jika kalian ada di sini, apa yang terjadi pada Yusagi....?"
"Ah, maksudmu assassin itu, yah? Dia..."
"Senpai...."
"Dia sudah mati. Aku membunuhnya."
Perempuan elf melebarkan matanya ketika Akira meminta maaf. Tapi itu hanya untuk sesaat, hanya sesaat sebelum seluruh tubuhnya menjadi lemas.
"..... Bunuh aku. Biarkan aku mati seperti bagaimana kalian membunuh Yusagi...!!"
Elf memandang ke bawah pada tanah seolah ada sesuatu di bawahnya, tapi yang ia lihat hanyalah kaki putih yang dilumuri dengan warna merah, dan seseorang yang tiba-tiba berjongkok di depan kaki itu.
"Aku tahu sekarang; kasino tidak mengirim 2 pembunuh untuk membunuh kami, tapi pembunuh kedualah yang bertindak atas kemauannya sendiri—dia, tidak, kamu.... kamu melakukan semuanya karena khawatir pada keselamatan temanmu, karena kamu khawatir pada seseorang bernama Yusagi. Dan karena hal ini juga setelah ini kamu mungkin akan dipecat."
Elf tidak menjawab, tapi Shion tahu kalau apa yang dia katakan bukan sebuah kesalahan.
"Tidak, bukan cuma karena resiko terbunuhnya temanmu. Tapi juga karena—jika temanmu ternyata gagal membunuh kami, sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Sesuatu yang buruk, huh, dari bangsawan pemilik kasino itu misalnya. Karena itulah kamu mempertaruhkan pekerjaanmu. Kamu yakin kalau Yusagi temanmu akan mempertaruhkan nyawanya dalam hal ini."
"........"
Tidak ada respon, tidak seorang pun membalas kata-kata Shion. Termasuk elf itu, tidak seorang pun.
"Kau dengar sendiri, kan? Temanmu tidak akan kembali. Tapi, kau yang sekarang masih hidup."
Gadis elf mengepalkan tangannya. Bahkan tangan yang telah ditembus oleh proyektil, dia paksa untuk bergerak.
".... Lalu kenapa aku masih hidup? Kenapa aku tidak dihukum? Ini aneh! Kenapa kalian tidak segera membunuhku? Bunuh aku. Hei bunuh aku kenapa aku masih hidup?"
"Tidak ada gunanya menyalahkan seseorang. Itu bukan penghinaan bagi siapa pun, tidak juga bagi dirimu sendiri. Yusagi memang sudah tidak ada lagi di dunia ini, tapi, karena itulah kau yang masih hidup punya tanggungjawab untuk mengingatnya. Aku yakin temanmu ingin kau terus menjalani kehidupan dengan bahagia, kalau begitu hiduplah seperti keinginannya, elf! Agar dia tidak benar-benar mati, agar dia bahagia di dunia yang berbeda!"
"Eh...?"
Gadis itu mendongak ke atas, pada Shion, dan pada langit hitam di belakangnya.
Dia mendongak tepat setelah sebuah topi diletakkan di atas rambutnya.
"Kenapa.....?"
Matanya terbuka lebar bukan karena topi yang baru saja diberikan.
Tapi karena apa yang Shion katakan setelah berdiri.
"Hidup adalah Game yang baru saja dimulai."
Wajah orang itu terlihat dari sudut penglihatan gadis elf. Mata bulatnya memantulkan mata emas yang juga melihat ke dalam matanya. Dan dia juga membuat senyum saat mulutnya bergerak.
"Meskipun tidak ada Save, Pause, Quite atau bahkan Reset, Game berjudul 'Kehidupan' ini masih layak untuk dimainkan. Bahkan jika kamu ternyata buruk dalam memainkannya, meskipun kamu mengalami banyak sekali kesulitan setelah menjalani semua alur cerita, itu tetap tidak mengubah fakta bahwa Game ini masih layak untuk dimainkan... tidak, kita harus memainkannya. Karena kita telah sejak lahir terjebak di dalam Game ini. Yang perlu kamu lakukan hanyalah memulai kembali dari awal."
"Memulai kembali....? Ta, npa Yusagi?"
Suara yang lemah, pelan, dan hampir tidak bisa didengar.
Meski begitu Shion tersenyum pada kata-kata berikutnya.
"Menjalani kehidupan yang baru dengan terus mengingatnya, dengan tetap tersenyum seperti apa yang dia inginkan untukmu. Intinya adalah--"
Shion melanjutkan,
"-----------------------benar 'kan?"
Jantung Elf tiba-tiba berdetak karena kaget.
Itu adalah kata-kata yang mengubah hidupnya lebih dari apa pun.