Nia pergi kekampus dengan sangat tidak bersemangat, hari ini dia hanya menyerahkan hasil revisian dan menunggu kelanjutan dari skripsinya. Tidak ada Riri dan Romeo, sudah seminggu Nia tak bersama dua sahabatnya itu. entah apa yang mereka lakukan selama seminggu ini. bahkan di apartemen saja Nia tak pernah melihat sahabat tercintanya.
Langkah kakiknya gontai, kepalanya sedikit pusing karena penelitiannya yang cukup rumit harus diselesaikan secepat mungkin, dosen pembimbingnya saat ini merujuk Nia untuk mengikuti sidang dalam 5 minggu lagi. kesibukannya bertambah karena harus bolak balik perpustakaan serta menatap laptop seharian penuh dalam seminggu ini.
Belum lagi pikiranya yang tiba-tiba membayangkan mas surya, suaranya dan senyumnya begitu Nia rindukan. tapi apalah daya hidup tak berpihak pada cintanya ke surya. mengapa juga ia bisa jatuh cinta pada laki-laki yang tak menginginkannya.
"Nia, lu udah cek email?". salah satu temannya menghampiri Nia yang sudah duduk di bangku taman dekat kampusnya.
"kenapa emang Dewi?".
"hari ini beberapa mahasiswa ada yang mengeluh karena ditolak saat melamar magang di perusahaan terkenal itu. bukanya kamu ikut mendaftar. jadi bagaimana hasilmu?". Dewi dengan bersemangat menanyakannya pada Nia, Nia yang baru ingat bahwa dia mendaftar untuk ikut magang langsung mengeluarkan handphonenya dan membuka email secepat yang ia bisa.
Wajahnya tersenyum saat dilihat bahwa ia mendapatkan undangan interview besok pagi.
"aku mendapatkan email balasan, besok aku disuruh datang untuk undangan interview". Nia berucap dengan semangat kepada temanya Dewi. dewi tersenyum bersemangat.
"Beneran, syukurlah. aku juga mendapatkan undangan itu juga".
"kamu juga dapet? kalau gitu besok kita berangkat bareng aja". Nia mengatakan dengan semangat kepada dewi, dewi hanya mengangguk setuju. mereka tidak sabar untuk bisa ikut dalam magang kali ini.
"Oh iya Nia, kamu liat Riri gak? tadi dosen pembimbingnya nyariin dia. tapi aku gak tau dia dimana".
"Sebenernya aku juga gak tau dia kemana, seminggu ini aku sibuk dengan skripsi begitupula dia". Nia menjawab pertanyaan dewi selembut mungkin, Nia gak mau ada yang berpikir ketidaktauanya dimana Riri berada membuat orang salah paham dan menganggap ia dan Riri sedang bertengkar.
"oh gitu, yaudah salamin aja ke Riri. bilang dosen pembimbingnya nyariin dia tadi. udah ya gue balik kerumah duluan, mau siap-siap buat besok". Dewi berjalan menjauh dariku, aku hanya membalas ucapannya dengan senyum dan anggukan pasti.
Aku melihat sekali lagi undangan interview di handphoneku, berita sebahagia ini aku tidak tau ingin menunjukkanya kepada siapa, biasanya ia akan menunjukan kepada Riri ataupun Romeo, tapi Nia bingung dimana mereka, kesibukan apa yang mereka lakukan hari ini.
Berteman hamipir 4 tahun lamanya bersama mereka membuatku terbiasa melakukan apapun dan menyampaikan segalanya. saat ini, bahkan melihat wajah mereka saja sudah susah sekali.
Ada yang hilang dari hidupku, mas surya yang tak bisa didapat dan Riri Romeo yang tiba-tiba menjauh dariku.
Aku memutuskan untuk pulang ke apartemen dan mencoba untuk beristirahat, aku semakin pusing saat memikirkan mereka bertiga. aku menaiki ojek online yang sudah kupesan, melihat jalanan dibalik kaca helm. aku ingin menangis, membayangkan masa-masa bahagiaku bersama mereka. aku tidak akan diperbolehkan menaiki ojek seperti ini oleh Romeo, dia pasti akan mengantarkan aku apapun yang terjadi, bahkan mengikutiku turun dari mobilnya masuk kedalam apartemen.
Riri tak akan membiarkan aku kelaparan seperti saat ini, dia akan mengoceh tak jelas saat aku sudah mengaduh sakit perut karena maag yang kambuh. Dan buru-buru menjejalkan obat penahan nyeri.
dua orang yang sangat berarti dalam hidup, yang selalu menempaku dengan banyaknya cinta dan juga materi. terbiasa bergantung hidup kepada mereka, membuatku tiba-tiba jatuh dan merasa kehilangan.
Tidak ada Romeo, tidak ada yang mengacak rambutku yang sudah rapih ini. tidak ada yang memberiku coklat saat moodku tiba-tiba rusak. Romeo punya wajah yang tampan, hati yang baik dan dia juga mencintaiku. mengapa aku tidak bisa jatuh cinta pada Romeo? mengapa harus mas surya?. mengapa aku berlari mengejar burung yang tak bisa kugapai?.
Cinta terlalu rumit bagiku yang tak berpengalaman, jika cinta semudah membalikan telapak tangan, maka tak ada perjuangan didunia ini, tidak ada sakit hati, dan tidak ada janji untuk sehidup semati.
Cinta terlalu kaku untuk manusia semacamku, berjuang demi cinta. dan mengabaikan cinta yang lainya. sebodoh itu pikiranku saat ini, sebodoh aku meninggalkan berlian dan mencari retakan kaca.
Aku seperti perempuan yang tak tau arah jalan, saat cinta yang telah lama kukenal, membentangkan karpet merah didepan jalanku dan menebarkan bunga mawar. Namun aku memilih masuk kedalam semak-semak dan tertusuk duri untuk mencari jalan yang baru.
Cinta memang bodoh, dan pikiran terkadang tersesat dalam cinta itu sendiri. aku menyadari kesalahan ini namun tetap kulanjutkan. aku menyadari ke tidak artiaanya diriku dihadapan mas surya, namun aku tetap menjatuhkan hati padanya.
Aku masih menunggu, menunggu sang merpati pulang dengan sayapnya yang utuh. walaupun kutau saat ia pergi sayapnya sudah retak. terbangnya sudah tak searah, namun bodohnya harapanku terlalu kuat. meyakini bahwa dunia mampu mengobati retaknya, meyakini bahwa angin akan membawanya pulang. namun aku tidak sadar, saat dunia akan mampu lebih jahat dari ini, lebih jahat dari badai, dan aku yang akan semakin tersakiti.
Pulang dan kembali...
apa dua hal itu sama bagiku saat ini?
Pulang dengan kesakitan, atau kembali mencari jalan yang lain..