"lebih baik kamu pakai teori penetrasi sosial Na, karena disini kamu secara garis besar membahas tentang komunikasi interpersonal dari setiap mahasiswa. Karena menurut bapak kamu juga cukup paham tentang teori ini, untuk penulisan saya rasa sudah cukup baik. Mungkin 2 minggu lagi kamu bisa balik lagi bimbingan untuk keseluruhan bab 2". Pak bambang menutup kertas bab 1 yang kubuat, dan menaruh kacamatanya di atas meja.
"baik pak terimakasih sebelumnya, semoga saya bisa selesaikan bab 2 dalam 2 minggu kedepan".
"harus bisa Na, kamu udah punya konsep yang bagus di bab 1, kelanjutan bab2 pun tadi kamu sudah jelaskan secara garis besar ke saya. Menurut saya itu sudah jadi patokan untuk kedepannya. Semangat terus Na".aku mengangguk dan berpamitan ke pak bambang. Keluar dari ruangannya lalu berjalan menuju kearah kantin, untung bimbingan kali ini lancar, pak bambang juga tidak banyak meminta revisi.
Sebenarnya beliau juga dosen yang cukup baik selama masa perkuliahan, dan beruntungnya aku mendapatkannya sebagai pembimbing 1.
TING TING….
Satu notif pesan WhatsApp..
Kubuka gadget dan melihat siapa sang pengirim pesan.
"Na? udah selesai bimbingan? Gue dikantin tempat es kelapa ya. Kalau udah lu kesini aja, ada romeo sama didi juga nih".
Kututup pesan singkatnya, dan melanjutkan berjalan kearah kantin. Terlihat di pojok ruangan ada si abang-abang es kelapa yang sudah menjadi langganan kami selama masa perkuliahan. Membayangkan es kelapa muda rasa alpukat lalu diatasnya dituang lagi susu kental manis yang cukup memanjakan lidah. Ahhhh abang es kelapa tercinta..
Aku berjalan kearah 3 orang yang sibuk dengan minuman nya masing-masing.
"ya ya ya, bagus minum gak ngajak-ngajak eh" kataku menepuk pundak mereka satu-satu. Didi tersedak lalu matanya melotot tak terima. Aku cengengesan melihatnya menahan kesal.
"mati gue keselek es kelapa" timpal romeo lagi.
"gak usah lebay gengsss, gue nepuk pelan. Bukan nonjok pake tangan thanos" aku mengambil tempat duduk yang kosong dekat mereka.
"abang es kelapa rasa alpukat manis seperti biasa ya". Ucapku pada abang-abang ter keren seantero kampus.
"sip neng" jawabnya. Lalu ia membuatkan es kelapa sambil bersenandung kecil.
"jadi gimana bab 1 lu Na?" Tanya riri yang sudah menghabiskan es kelapanya. Ia menengok kearahku.
"aman, 2 minggu lagi gue disuruh selesain bab 2" kataku.
"serius lu? Lancar amat tuh bimbingan udah kek jalan tol di jepang". Didi menimpali dengan mulut jailnya.
"nyosor aja lu, kayak pernah masuk Tol di jepang" Riri menjitak kepalanya pelan.
"iyaa, katanya sih konsep dari bab 1 sampe 3 yang gue jelasin pas bimbingan tadi Pak bambang setuju, makanya dia mau buru-buru gue selesain bab 2". Aku meminum es kelapa yang di sodorkan oleh abang-abang terganteng itu. Aku mengaduknya pelan dan meminumnnya sedikit demi sedikit.
"baguslah kalau gitu, gue seneng dengernya" ucap riri tersenyum.
"lu sendiri gimana Ri?" tanyaku balik.
"gue harus revisi latar belakang masalah sih, kata pembimbing gue itu kurang komplek permasalahannya ke arah mana".
"ohhh, yaudah nanti malem gue bantuin lagi Ri. Tenang aja".
"Riri aja dibantuin mulu" ejek romeo tak terima.
"tau, huhhhh". Timpal didi juga tak terima.
"makanya dari kemarin kan gue tanyain, kalian udah pada ngasih judul belum ke kaprodi" tanyaku.
"belom". Jawab mereka berdua kompak.
"huh". Kataku memutar bola mata malas. "cari judul yang menurut lu penelitiannya sesuai pemahaman lu pada. Biar nanti lebih gampang kedepannya, jangan nge game terus. Udah tua pikirin skripsi biar kita bisa wisuda bareng-bareng". Aku menyeruput sisa es terakhir dan menaruh gelas yang sudah kosong di depan muka romeo.
"bayarin gua dah, nanti gua bantuin doa" candaku padanya. Ia mendengus malas.
"lu gak mau keluar malem lagi sekarang Na, kalau diajakin nongkrong ada aja alesan lu. Kenapa sih?". Tanya romeo mengeluarkan beberapa uang sepuluh ribu dan membayar es kelapa kami.
"lagi pengen di rumah aja Rom, lagian gue juga bosen keluar terus". Kataku seadanya, romeo menatap mataku mencari jawaban lain.
"padahal nyokap gue ngajakin lu ke luar kota bareng minggu ini, katanya udah lama gak liat lu". Romeo tetap menatap mataku dalam, ada banyak arti dari tatapan romeo. Entahlah aku tak bisa melihat pasti apa yang sedang dipikirkan otak kecilnya itu.
"mungkin sore ini gue bisa main kerumah lu, buat mampir ketemu nyokap lu. Tapi kalau keluar kota gitu sekarang gue udah gak bisa". Kataku menunduk, tak berani menanggapi tatapan romeo yang semakin diperhatikan semakin dalam.
"iya nanti sore juga gua gak ada acara, jadi bisa nemenin Nia". Riri tiba-tiba menimpali, aku tersenyum kearahnya. Dia tau apa yang aku butuhkan saat ini.
"siapa yang ngajak lu siti nurbaya" ucap romeo sarkas. Kulihat didi tertawa cekikikan melihat reaksi Riri yang sudah menggerutu tak jelas.
"yaudah Na, gue nanti ngabarin nyokap gue deh. Lu satu mobil aja sama gue ya, biar nanti gue anterin pulangnya sekalian".
"gak usah rom gue bareng Riri aja, soalnya gue abis ini mau ke toko buku buat cari beberapa referensi buku". Kataku pelan.
"yaudah kalau gitu". Ucap romeo pasrah, ia bangkit dan mengelus puncak kepalaku singkat. "kalau butuh sesuatu jangan sungkan bilang gue na". iya berlalu pergi begitu saja, diikuti didi dibelakangnya. Aku mengeluh pelan melihat pundak romeo yang semakin jauh, aku merasa bersalah karena sudah memberi jarak pada sahabat laki-laki ku itu.
"yuk na, udah gak usah dipikirin soal romeo. Nanti dia juga ngerti sendiri kenapa lu ngejaga jarak begini" riri mengelus punggung tangaku, aku tersenyum. Kami bangkit dari tempat duduk dan meninggalkan kantin untuk menuju toko buku.
*************************
Aku mengeluarkan beberapa uang lima puluh ribu dan memberikannya pada penjaga kasir, empat buku yang kubeli hari ini. Kupikir cukup untuk menjadi referensi bab dua, selebihnya aku bisa meminjam dari perpustakaan kampus. Aku melihat sekeliling menunggu penjaga kasir memasukan beberapa buku ke dalam totebag yang aku bawa.
"terimakasih, selamat datang kembali". Aku tersenyum kearah penjaga kasir dan mengambil totebag dan berlalu pergi keluar dari toko buku tersebut. ku lihat jam dipergelangan tangan. Sudah waktunya sholat ashar, tapi Riri dimana.
Dia ijin untuk membeli minuman yang lagi viral di instagram itu, karena kami mengunjungi pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di Jakarta. Tapi selama aku memilih buku sampai selesai membelinnya. Ia tak kunjung terlihat. Kukeluarkan gadget yang ada di dalam tas dan mulai mengetik pesan singkat padanya.
"ri, gue ke musholla basement ya. Lu kesini aja kalau udah selesai".
Semoga riri tidak lama, aku berjalan menuju musholla basement untuk menunaikan sholat ashar. Pusat perbelanjaan selalu terlihat ramai. Sudah menjadi makanan sehari-hari bagi mereka menghabiskan waktu untuk nonton film,makan,nongkorng, atau hanya sekedar jalan-jalan.
Aku menuruni lift agar cepat sampai ke basement. Pintu lift terbuka, terlihat cukup banyak orang yang mengantri untuk sholat. Aku menaruh barang belanjaan dan juga tas di tempat penitipan.
"mbak nia ya?". Tegur seseorang di belakangku. Aku menengok ke arahnya, aku terpaku. Hanya tersenyum samar. "oh berarti saya tidak salah orang". Jawabnya lagi, aku tetap mengangguk dan tersenyum samar. Orang itu tersenyum juga dan berlalu pergi tanpa mengucapkan apapun.
Aku terbengong sebentar, sedikit menghela nafas lega. Itu tadi? Tadi? Mas surya?. Astaga itu tadi mas surya beneran kan?. Aku mengetuk jidatku pelan, kenapa lu malah bengong aja sih nia.
Aku cepat-cepat kearah tempat wudhu wanita, membasuh muka sebentar, jantungku terpompa sangat cepat, antara senang dan juga kaget. Setelah cukup tenang aku melanjutkan berwudhu dan mulai menunaikan ibadah sholat ashar. Mencoba untuk khusyuk dan menghilangkan wajah mas surya di dalam otak kecil ini.