Chereads / Retaknya Sayap Merpati / Chapter 15 - Ditinggal lagi

Chapter 15 - Ditinggal lagi

"makasih ya rom, hati-hati di jalan". Kataku keluar dari mobilnya dan membenarkan sedikit kerudungku yang berantakan. Aku tersenyum ke arahnya, romeo membalas senyumku singkat dan berlalu untuk melihat Riri yang belum keluar dari dalam mobil romeo. Aku berjalan sedikit jauh dari mereka, memperhatikan interaksi mereka yang sedikit lebih dekat.

"Na masuk aja duluan, gue sama romeo mau beli sesuatu sebentar". Riri menutup pintu mobil tanpa menunggu jawaban dariku. Aku melirik kearah romeo yang juga tak melihat ke arahku lagi. Aku sedikit tersenyum, walaupun aku tau mereka tak akan ada yang melihat.

Langkahku semakin berat menapaki jalan lurus untuk sampai lobby apartemen, sesak.. aku rasa dadaku semakin sesak, mengapa rasanya ada yang hilang dari hatiku, entah itu sikap acuh mereka atau sikap tak pedulinya romeo padaku?.

Kutekan tombol naik kelantai apartemen Riri, pikiranku semakin mengkhayal tak karuan, sampai denting lift berbunyi dan membuat langkahku perlahan keluar dan merogoh kunci apartemen dari kantung jaketku. Tak ada!.

Astaga, aku lupa. Bukankah kunci apartemen ada di Riri?. aku sampai tak memikirkan untuk meminta kunci padanya.

Aku terduduk diam di depan pintu apartemen, membuka ponselku dan mengetik pesan singkat kepada Riri. biarkan saja jika dia memang lama, aku tak apa menunggunya diluar seperti ini.

Jika ini bisa membuatnya kembali seperti dulu, di acuhkan sahabat saja sesakit ini, tapi bukankah aku memang biasa di acuhkan? Bahkan surya pun tak ingin dekat denganku.

Astaga.. buruk sekali nasibku, bahkan sekarang aku tak tau harus kemana disaat seperti ini. Hanya Riri dan Romeo tempatku berkeluh kesah.

Sekarang penyebab keluh kesahku adalah mereka, aku membuka sosial media instagram, melihat history teman temanku. Setidaknya aku mempunyai pekerjaan sebelum Riri kembali. Walaupun memang hanya sekedar melihat aktifitas orang lain.

Aku meng-scroll ke atas kebawah beranda yang lama kelamaan membuatku tak berselera lagi, sampai terbesit dibenakku untuk melihat profil Romeo. Aku sedikit tersenyum saat kupandangi wajah konyolnya di profil.

Ia lelaki tampan walaupun tak cukup pintar, namun ia selalu berhasil membuatku terpingkal-pingkal. Sedang asyik asyiknya melihat fhoto Romeo, satu nama mencuri perhatianku. Nama Riri selalu muncul mengomentari fhoto Romeo.

Apa Riri menyukai Romeo? Terkadang aku berfikir seperti itu. Tapi lagi lagi kutepis pikiran itu. Jika memang Riri benar-benar menyukai Romeo, dia pasti akan menceritakannya padaku.

Aku keluar dari menu instagram dan membuka pesan whatsapp, hanya beberapa pesan dari grup dan mas surya?. Gak salah, ia mengirim pesan sedari tadi. Kurasa pesanya tertimbun karena pesan pesan dari grup kampus.

Aku membukanya dan disana tertera pesan singkat.

"kalian jadian? Ditunggu makan-makannya"

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, ia juga mengirim fhoto saat aku bersama Romeo tadi. Tangan romeo sedang mengelus puncak kepalaku singkat. Dapat dari mana mas surya fhoto ini?. Lagipula bukanya romeo memang sering mengelus puncak kepalaku?.

Aku membalas pesannya secara singkat.

"tidak mungkin, Romeo memang terbiasa seperti itu"

Centang dua, lalu menjadi biru. Cepat sekali dia melihat pesanku. Apa memang dia sedang menunggu balasannya?.

Aku sedikit tersenyum memikirkan pikiran konyol yang ada dikepalaku ini. Aku sedikit menunggu ia yang sedang mengetik balasan.

Tidak biasanya mas surya mau berbalas pesan denganku, dia terlalu kaku dan menyebalkan, entah kenapa aku begitu tergila-gila padanya.

"mungkin juga tak apa".

Aku menghela nafas perlahan, mas surya memang membalas pesanku. Tapi tetap saja balasanya terlalu kaku, aku jadi bingung ingin membalas pesan ini dengan kata-kata bagaimana.

Aku sedikit menggaruk kepalaku yang tak terasa gatal, membalas pesannya seperti mengetik isi skripsi.

Rumit sekali.

"seterah kamu aja mas"

Aku menutup mataku sebentar dan membukanya lagi, ingin rasanya aku teriak dikupingnya bahwa bisakah dia bersikap sedikit manis kepadaku. Padahal dia jelas-jelas tau aku menyukainya.

"tidurlah sudah malam"

Balasnya, aku melihat pesan itu sangat lama. Ingin rasanya aku menelponya dan berbicara panjang lebar tentang perasaanku padanya. Tapi apalah daya, aku terlalu malu untuk melakukannya.

"tidur Nia"

Pesan baru masuk dari mas surya, aku sedikit terkikik saat ternyata ia mempergokiku yang tetap online. Aku memberanikan diri untuk mencoba panggilan whatsapp kepadanya.

Jantungku seperti ingin melompat saat deringnya memasuki indera pendengaranku.

"hallo assalamualaikum" ucap mas surya dengan suara nya yg sedikit serak, aku tersenyum sebentar dan menormalkan detak jantungku ini.

"walaikumsallam mas" kataku sedikit pelan, tapi kuyakin mas surya mendengarnya.

"ada apa nia?". Tanyanya tanpa basa basi.

"enggak, Nia Cuma pengen Telpon mas surya aja". Aku sedikit membenarkan posisi menjadi duduk.

"lalu?". Aku menepuk jidatku pelan, lelaki ini benar-benar tak bisa berbasa-basi.

"mas surya lagi ngapain?, sibuk ya?".

"enggak juga, ini lagi duduk diteras aja".

"oh gitu".

"iya".

Aku memutar otaku untuk meneruskan obrolan denganya, tapi memang otak sialan. Ia bahkan tak mau membantuku disaat-saat seperti ini. Bahkan huruf dari A-Z pun mendadak menghilang.

"ada lagi Na?". Tanya mas surya yang sedikit tak sabaran diujung telpon sana.

"gak ada sih mas, tapi emang mas surya gak mau gitu ngobrol sama Nia sebentar?". Ucapku spontan.

"mau ngobrolin apa memangnya?".

"Nia kangen sama Mas Surya". Aku mengigit bibir bawahku pelan, sepertinya mulutku ini Rem nya blong, sampai tak bisa menahan hasrat untuk berkata yang tidak semestinya.

"jangan seperti itu, Romeo sangat menyukai kamu. Memang apa kurangnya Romeo?". Pertanyaan Mas Surya seperti pisau yang menusuk tepat dijantungku.

"tak ada, Romeo sangat baik padaku. Tapi mungkin aku yang belum bisa menyukainya".

"aku gak cukup baik buat kamu Na, lupain aku dan cobalah untuk menyukai Romeo". Tepat sudah, bukan hanya satu pisau saja yang menusuk jantungku, tapi kurasa sekarang sudah menjadi ribuan.

"aku sudah berusaha mas, tapi mungkin belum waktunya". Kataku pasrah.

"berusaha lebih baik Na". aku sedikit tersenyum miris, ada linangan air mata yang sudah menumpuk di ujung mataku.

"ya Nia akan berusaha lebih baik lagi untuk ngelupain Mas surya". Jatuh sudah, aku sudah tak bisa menahan air mata itu.

"jangan mencari yang baik Nia, tapi jadilah yang baik itu".

"ya mas, makasih nasihatnya". Aku menahan segukan suaraku, agar mas surya tak tau aku sedang menangis.

"yasudah, tidurlah. Assalamualaikum".

Aku membalas salamnya tanpa suara, menekan tombol merah dan memasukan handphoneku ke dalam kantung.

Rasanya lucu sekali, aku seperti perempuan tak tau malu yang berusaha untuk mengejar cintanya. Yang bahkan ia malah menyuruhku untuk menyukai orang lain. Apa sekeras itu hatinya?

Atau aku yang tak terlalu cantik untuk bisa berada disampingnya. Aku mengutuk hati yang tak pernah trauma ini. Ia terus-terusan mencintai mas surya tanpa lelah.

Rasanya aku yang menangis saja sudah lelah. Aku sudah berdoa berkali-kali agar perasaan ini dihilangkan, tapi semakin aku dicampakkan oleh mas surya, semakin perasaan ini bertambah kuat.

Ya allah, aku memohon padamu.

Jika memang mas surya buka jodohku, maka jauhkan perasaan ini dariku. Namun jika memang ia jodohku, maka dekatkanlah ya allah. Dekatkanlah dan kuatkan hati hambamu ini.

Aku menghapus sisa-sisa air mataku, rasanya aku ingin tidur dan melupakannya..