Chereads / Retaknya Sayap Merpati / Chapter 18 - Wawancara

Chapter 18 - Wawancara

Hari ini Nia sudah Rapih dengan pakaian kantor untuk wawancara, email yang diterimanya mengharuskan para calon karyawan magang menggunakan stelan rapi. Nia membenarkan lagi kerudungnya agar terlihat cantik dan sopan. ia sudah siap berangkat, semalam Nia sudah menelpon ibunya dengan ibunya merasa senang dan berdoa untuk keberhasilan Nia hari ini.

Nia keluar dari kamarnya dan berjalan kearah kulkas, ia menuangkan susu coklat dingin kedalam gelas, Nia mengambil telor rebus yang sudah ia masak tadi. duduk di kursi makan dan mengunyah telor itu dengan pelan. sesekali meneguk susu coklat yang terasa segar di perutnya, ia tidak ingin terlalu kenyang karena ia takut saat kenyang dia akan mengantuk dan tidak fokus saat menjawab wawancara nanti.

"Mau kemana lo Nia?". teguran Riri, membuatku menengok kerahnya yang sepertinya baru bangun tidur.

"gue dapet email untuk wawancara magang". kataku sedikit tersenyum padanya, sudah lama aku tidak melihat Riri, entah mengapa jarak kami semakin jauh saja.

"ohh... begitu". aku mengangguk saat Riri menjawab seadanya, kulihat Riri berjalan kearah kulkas dan meminum air putih dingin. ia tidak memberikan ucapan selamat ataupun merangkulku?. biasanya dia akan sangat senang jika aku mendapatkan kabar bagus, apa sekarang semua tentang hidupku sudah tidak ada artinya lagi bagi Riri?.

"kemarin katanya lu dicariin dospem Ri". kataku membuka pembicaraan padanya.

"emmm ya, nanti siang gue ketemu kok". Riri sibuk membuat sereal didalam mangkuk kesayangannya.

"lu lagi sibuk ya beberapa hari ini, gue lama gak liat lu". tanyaku lagi, aku masih bisa mengobrol dengan Riri sekitar 15 menit, sebelum aku berangkat.

"ya begitulah, gue sibuk bantu Romeo dan ngerjain skripsi gue. lebih nyaman ngerjain diluar". jawabnya tanpa melihat kearahku.

"emang Romeo sibuk dengan apa? kenapa tidak minta bantuan gue juga?".

"Lo kan terlalu sibuk mikirin skripsi lo, dan sibuk dengan cinta heh".

"gue pasti ada waktu buat kalian". kataku dengan pelan, aku takut Riri emosi, aku tau betul watak Riri, dia akan mudah emosi jika sudah terlalu banyak ditanya.

"gak usah urusin kita Na, urus aja hidup lu. lu anak baik dan gak usah ikut campur kita yang gak baik ini". Riri membawa serealnya dan berjalan meninggalkanku. dia kembali kekamarnya.

Aku hanya menarik nafas panjang, ada apa dengan Riri? mengapa ia begitu berbeda? apa salahku padanya? aku tidak ingat telah membuat kesalahan padanya, aku tidak ingat pernah manyakitinya.

Aku meneguk cepat susu coklat dan mencucinya, aku harus berangkat. aku akan berbicara lagi dengan Riri setelah aku pulang nanti. semoga saja Riri ada dirumah saat sore.

******

"Nona silahkan masuk". Nia bangun dari duduknya dan mengikuti arahan seorang laki-laki untuk masuk keruangan HRD, Nia menarik nafasnya perlahan, semoga saja dia bisa menjawab dengan baik dan benar, karena magang ini bisa menjadi sesuatu yang bagus bagi masa depannya.

"selamat pagi Mbak Nia, silahkan duduk". seorang pria yang mungkin berumur 40 tahunan tersenyum hangat padanya, Nia menjabat tangan HRD dan duduk dengan tenang.

Hrd tersebut melihat sekilas berkas Nia dan tersenyum padanya.

"Jadi mbak Nia, bisa ceritakan tentang diri anda".

Nia menjawab semua pertanyaan HRD dengan baik dan tenang, dia sudah membaca beberapa petunjuk agar lolos dari wawancara, semoga saja dia merupakan satu kandidat yang terpilih.

Sampai pada terakhir jawaban yang Nia berikan, HRD itu tersenyum puas dan menulis beberapa hal di Cv yang Nia punya, Nia sedikit optimis dengan wawancaranya kali ini. walau bagaimanapun Nia memang membutuhkan uang untuk kehidupannya. Sudah tidak ingin lagi bergantung dari uang orangtua. apalagi meningat Riri yang semakin hari semakin jelas tidak suka denganya. Nia pikir ia harus mempunyai tempat tinggal baru dan keluar dari apartemen Riri.

"saya cukup senang melihat cv dan jawaban yang kamu berikan, untuk info lebih lanjutnya nanti akan kami kabari ya Mbak Nia. Terimakasih atas waktunya". Hrd itu menjabat tangan Nia dan Nia membalasnya dengan cukup semangat. Keluar dari ruangan HRD seperti ada satu beban yang hilang, maklum saja Nia baru pertama kali melakukan sesi wawancara seperti itu saat melamar kerja, pernah dulu Nia melakukan sesi wawancara tapi bukan untuk bekerja. melainkan untuk mendapatkan Beasiswa di universitasnya saat ini.

Nia berjalan pelan sesekali memperhatikan Kantor yang besar itu, entah siapa orang yang memiliki kantor sebesar ini? pasti dia salah satu orang terkaya di indonesia. Nia tak banyak memiliki teman dari kalangan atas. mungkin hanya Riri dan Romeo. tapi mereka tidak terlalu kaya menurutnya. karena mereka hidup dalam kesederhanaan dan jarang menunjukan kekayaan. itu mengapa Nia betah berteman dengan mereka.

Mengingat tentang Riri, hati kecil Nia sedikit tercubit, Nia ingin menangis membayangkan sahabat perempuanya menjadi orang asing dan menjauhi Nia secara perlahan. Nia hanya ingin menjadi orang yang lebih baik.

Langkah kakinya sampai pada jalanan yang cukup padat, maklum saja ini sudah memasuki jam makan siang. Nia pikir dia juga harus mencari makan siang disekitar sini. tapi mungkin tidak diantara mall yang berada disampingnya. makanan disana pasti sangat mahal, Nia hanya ingin makanan murah dan mengenyangkan.

Nia menyeberang jalan dan menunggu di tempat khusus busway, hari-harinya semakin terasa kosong. ada banyak hal yang hilang dari hidupnya. hatinya yang tidak bisa mendapatkan surya, dan kehidupannya yang ditinggalkan sahabat.

apa kalian pernah merasakan hal yang sama? apa ada orang yang sedang mengalami hal ini seperti Nia? jika setiap harinya Nia selalu berada dalam lingkungan orang-orang yang selalu perhatian dan peduli padanya, saat ini Nia perlu mandiri dan berjalan seorang diri.

Menunggu hal yang tidak pasti dan melepaskan hal yang sudah lama memelukmu, cinta dan kekosongan seperti teman dekat, cinta dan pengorbanan seperti sahabat.

Beberapa orang berlalu lalang didepan Nia, tertawa bahagia saat bercengkrama dengan teman-teman mereka, dulu Nia seperti itu, orang yang selalu banyak bicara dan tertawa bahagia.

Tapi mengapa sekarang seperti seorang pidana yang dihukum tidak akan pernah bisa bahagia lagi?. mengapa sekarang seperti benalu yang menumpang hidup di sebuah pohon yang membencinya?.

Hidup semakin lama semakin menjauhinya, semakin lama semakin menyingkirkannya.

Air Matanya sedikit menetes, dan buru-buru dihapus. Nia terlalu lemah jika menyangkut perasaan. perempuan yang memiliki hati seperti debu dan banyak hal yang bisa menghapus debu itu sesuka hati.