"Romeo kamu mau ikut Dad ke kantor gak hari ini? Sekalian kamu harus belajar bagaimana mengolah bisnis nak". Ayah Romeo menghampirinya yang sedang sarapan, kunyahannya terhenti saat dirasa ini obrolan yang tak ingin ia dengar di pagi yang cukup cerah.
"aku udah punya bisnis sendiri dad, jadi gak perlu belajar di kantor dad segala". Ayahnya makan dalam tenang, ibu dan surya pun tak menimpali apa-apa perihal ajakan itu. Mereka tau bahwa Romeo memang sangat keras kepala.
"ya tapi mau bagaimanapun nanti kamu yang akan menggantikan dad di perusahaan".
"kan ada mas surya dad, lagian Romeo kan udah bilang mau menjalankan usaha Romeo sendiri". Romeo berhenti mengunyah, dan meminum jus jeruknya. Rasanya selera makannya hilang seketika dengan obrolan yang membosankan ini.
"sebenarnya surya itu ingin mengurus kebun saja di kampung dan membuka usaha kecil-kecilan nak. Sekaligus menjaga nenekmu disana, jadi siapa yang akan mengurus perusahaan jika kau juga tak mau".
Ayahnya memendang Romeo serius, mungkin selama ini dia terlalu memanjakan anak semata wayangnya ini. Apalagi semenjak ada surya dirumah ini, semua dilimpahkan ke surya.
"ya ampun dad, dad tau sendiri Romeo paling malas duduk dikursi lalu menatap banyak berkas. Belum lagi harus menghadiri rapat sana-sini. Lebih baik usaha Romeo yang sekarang, tidak perlu repot seperti itu".
"Nak, jadilah sedikit lebih dewasa dan dengarkan perkataan daddy mu". Kali ini ibu romeo memberikan saranya, anaknya ini memang susah sekali diatur.
"Romeo bilang gak ya gak Mom, kenapa sih selalu sukanya maksa". Nada suara Romeo naik satu oktaf, rasanya ia ingin memukul sesuatu untuk meredakan amarahnya yang sudah menggebu ini.
"Romeo tenanglah nak, kita ingin yang terbaik buat kamu". Ibu Romeo mengelus pelan pundak anaknya.
"tapi Romeo gak mau mom". Romeo menghadap wajahnya ke arah perempuan yang sangat dicintainya itu, ibu yang sudah melahirkannya dan membesarkannya ini. Dengan muka memelas agar keinginannya dituruti.
"Romeo, dad punya penawaran untuk kamu. Jika kamu bisa belajar dan mengurus perusahaan dengan baik, daddy akan membuat kamu bisa memiliki Nia dan bahkan dad bisa membuat Nia menikah dengan kamu".
Romeo menggerutu saat Nia dibawa-bawa dalam urusan ini, sebagian hatinya ingin mengiyakan penawaran ayahnya yang sangat menguntungkanya itu. Tapi sebagian lagi merasa ini sangat salah, dia tau yang dicintai Nia hanya Surya. Bagaimana ia bisa melupakan hal itu.
"Nia gak mungkin mau dad, dia sudah punya orang yang sangat ia cintai". Ucap Romeo sarkas.
"dad tau itu, Surya kan?". Romeo melirik kearah surya yang tetap tenang dengan obrolan kami, muka tenangnya itu yang membuat Romeo sedikit kesal.
"Ma surya gak keberatan dalam hal ini?". Pertanyaan Romeo kini beralih kearah surya.
"tentu tidak Romeo, aku tidak mempunyai perasaan apa-apa terhadap Nia. Dan aku juga tidak tau mengapa Nia bisa mempunyai perasaan itu, kita saja hanya beberapa kali bertatap muka".
"jadi bagaimana nak". Ayahnya melirik nya, Romeo tau ini salah. Tapi ia juga tak mau melewatkan kesempatan ini.
"seterah dad saja" Romeo mengalah dan secara tak langsung mengiyakan penawaran yang diberikan oleh ayahnya itu.
"kamu akan dibimbing Surya selama 2 minggu nak, setelah itu surya akan pulang ke kampung dan kamu yang akan meneruskan perusahaan itu. Tapi tetap dibawah pengawasan dad". Romeo mengangguk setuju.
"yasudah aku ganti baju dulu dad, tunggu sebentar" Romeo melangkahkan kakinya ke lantai atas dimana kamarnya berada.
Ibu dan ayah Romeo saling berpandangan, mereka sedikit lega karena anaknya mau dengan penawaran ini. Sebenarnya mereka tak ingin memaksa anak semata wayangnya itu. karena mereka pikir surya saja sudah cukup untuk mengurus perusahaan.
Tapi entah kenapa dua hari yang lalu surya memutuskan untuk tinggal dikampung dan mengurus kebun serta neneknya. Itu sebuah keputusan besar yang membuat orangtua Romeo kebingungan. Dan surya juga yang memberikan ide ini agar Romeo mau mengurus perusahaan. Kelemahan Romeo ada di Nia, ia benar-benar mencintai Nia. Terbukti saat Romeo mau melakukan hal ini demi Nia.
Mereka melanjutkan makan selagi menunggu Romeo mengganti baju, mereka pun tak menanyakan perihal Surya yang tiba-tiba ingin pergi kekampung, mereka pikir mungkin karena surya merindukan tinggal dikampung.
Surya membuka gadget untuk mengalihkan pikiranya yang berkecamuk, ada hati yang resah setiap kali mendengar nama Nia, dan dia tak tau itu apa. Mungkin hanya perasaanya saja yang berlebihan.
Keputusannya untuk tinggal dikampung karena dia terlalu suntuk hidup di ibukota. Ia ingin ketenangan, menjalani keseharian di kebun yang sejuk dan melupakan keresahaan hatinya setiap kali bersitatap muka dengan Nia.
"ayo dad, aku sudah siap". Romeo turun dari lantai atas dengan kemeja rapih dan celana bahan yang pas ditubuhnya. Ibunya tersenyum melihat anaknya menjadi sangat tampan dengan pakaian formal seperti itu.
"anak Mommy tampan sekali". Ibunya menghampiri anaknya dan mencium sayang kening anak laki-lakinya itu.
"tentu dia kan anak daddy". Kini giliran ayahnya yang mencium kening anaknya. Ia sedikit bangga melihat penampilan anaknnya yang jarang sekali terlihat rapih seperti ini.
"yasudah ayo kita berangkat". Romeo tersenyum malu saat dipuji oleh kedua orangtuanya itu.
Mereka bertiga Romeo,surya, dan ayahnya berangkat bersama. Ada perasaan bangga di hati Romeo melihat wajah bahagia dari kedua orang tuanya itu. semoga keputusannya ini adalah hal yang baik.
*****
Banyak pasang mata yang melirik Romeo, sedikit berbisik melihat bagaimana wajah tampan Romeo membuat banyak perempuan tak berkedip. Setiap langkah yang di lalui Romeo seperti mengantarkannya ke kehidupan baru.
Masuk kedalam lift khusus para petinggi, menuju kelantai atas. Di mana ruangan yang akan ditempati Romeo itu. sedari tadi detak jantungnya sangat cepat, ini perusahaan ayahnya namun ia merasa seperti masuk ke perusahaan orang lain. Karena ia sangat tau bagaimana system kerja ayahnya dan juga surya. Ia pasti akan di buat pusing dengan banyak pekerjaan.
Pembelajaraan yang dimaksud ayahnya itu bukan belajar mencatat dan mengikuti surya, tapi langsung di tempatkan dengan banyak permasalahan perusahaan. Dan Romeo harus bisa mengurusnya dengan baik. Itu mengapa ia selama ini tak pernah mau lagi. Karena dulu setelah lulus SMA romeo pernah merasakannya. bahkan otaknya hampir pecah melihat banyak berkas yang harus dia selesaikan.
Sampailah mereka diruangan surya, Romeo ikut masuk dan melihat sekeliling. Tak ada yang berubah dari ruangan ini saat ia terakhir kali kesini.
"yasudah, dad tinggal ya". Ayahnya menepuk pundaknya.
"mau kemana dad?". Tanya Romeo heran.
"dad ingin memantau kerja karyawan nak, setelah itu pulang menemani Mommymu belanja tentu saja". Aku terbengong sebentar dan mendengus kesal.
"mana bisa begitu, Romeo kan belum mengerti apa apa dad".
"ada surya nak, kamu harus bisa mandiri dan gantikan kursi dad. Jadilah atasan yang baik ya. Dad pergi dulu".
"dad!!!". Romeo berlari menghadang ayahnya, ia tak terima jika harus menggantikan ayahnya itu. ia kira ia hanya akan diberikan pekerjaan oleh surya. Bukan pekerjaan ayahnya sebagai petinggi itu.
"bekerjalah dengan baik, karena dua hari dari sekarang dad akan berikan kamu hadiah yang sangat bagus. Dan tentu kamu akan senang hati menerima hadiah itu". Romeo mendengus, persetan dengan hadiah. Ia rasa tak ada hadiah yang bagus jika harus menghadapi kenyataan bahwa ia akan dipusingkan dengan banyak masalah setelah ini.
"hadiah macam apa dad, jika hanya sekedar mobil baru. Tentu Romeo bisa membelinya sendiri".
"tentu hadiahnya lebih bagus dari itu, tunggu saja. Dan bekerjalah dengan baik. Dad pergi ya". Ayahnya berlalu pergi, dan kini hanya ada dia dan surya di ruangan ini.
Ia berjalan kearah sofa dan melihat surya sudah sibuk memilih beberapa berkas, surya diam saja belum memberinya perintah apa apa. Ia juga tak ingin bertanya apa pekerjaan yang harus dia lakukan.
"Rom, bawa berkas ini keruangan HRD. Dan bantulah HRD untuk memilih kandidat karyawan baru yang akan menjalani magang di perusahaan kita". Ucap surya memberikan beberapa berkas yang cukup banyak itu.
Romeo berjalan kearah surya dan mengambil berkas itu, ia melihat sekilas dan ternyata Proposal dari beberapa kandidat yang sudah melamar. mengapa juga berkas ini bisa ada di surya. Mereka kan hanya karyawan magang yang masih bisa di urus HRD tanpa melibatkan Surya sebagai manager utama perusahaan.
"aku juga harus mengurus karyawan magang? Aku kan direktur sekarang". Romeo berucap sedikit sombong, karena menurutnya ini akan membuang buang waktunya jika harus mengurus anak magang saja.
"tentu itu pekerjaanmu sekarang, mudah bukan?". Surya berkata tanpa melihat kea rah Romeo. Romeo hanya mendengus dan berlalu pergi untuk ke ruangan HRD. Ia pikir benar juga kata surya ini tidak akan sulit. Daripada dia harus dihadapkan dengan permasalahan lain.
Romeo masuk kedalam lift menuju lantai bawah, tepat dilantai 5 Romeo keluar dan berjalan ke ruangan HRD. Beberapa karyawan melihatnya dan menyapa singkat. Romeo hanya tersenyum menanggapi mereka.
Mengetuk pintu ruangan dan mendorong masuk pintu tersebut. duduk seorang lelaki berkacamata yang terlihat masih muda walaupun Romeo tau ia sudah sedikit berumur 40 tahun. Lelaki itu tersenyum melihat kedatangan Romeo.
"Nak Romeo, mari silahkan duduk".
"ya terimakasin pak januar". Romeo duduk dan memberikan berkas ditangannya ke meja pak januar.
"senang rasanya bisa melihat nak Romeo lagi". Pak januar tersenyum bahagia, ia tau anak bos nya ini memang tidak pernah mau datang ke kantor ayahnya.
"iya pak, senang bisa melihat bapak. Terlihat semakin muda saja". Ucap romeo basa-basi.
"kamu bisa saja nak Romeo, jadi ini berkas yang sudah dilihat oleh pak surya?". Tanya pak januar pada Romeo.
"iya pak, saya juga disuruh surya untuk ikut adil dalam pemilihan anak magang kali ini". Pak januar mengangguk mengerti dan sedikit melihat-lihat beberapa proposal anak magang itu. sebenarnya staf HRD saja sudah cukup mengurus perihal anak magang. Tapi keputusan pak direktur untuk membuat anaknya belajar disini tentu tak bisa ditolak oleh pak januar.
"baiklah, tugasmu hari ini mengecek email dan menyortir email yang masuk dari calon anak magang yang mendaftar. Ketentuan serta persyaratan ada di berkas ini". Pak januar memberikan berkas yang tidak terlalu tebal kepada Romeo.
Romeo melihat dan membacanya perlahan, persyaratan untuk masuk diperusahaan ayahnya ternyata cukup sulit walaupun sekedar untuk anak magang.
"dan jangan lupa juga untuk print proposal mereka yang memang menarik dan memenuhi syarat, karena proposal itu yang akan menjadi acuan utama seberapa besar calon anak magang menguasai bidangnya". Ucap pak januar lagi, Romeo mengangguk mengerti.
"dimana meja kerja saya pak". Ucap Romeo.
"itu disamping meja saya". Pak januar menunjuk meja kerja yang berada tepat disampingnya. Disana juga sudah tersedia computer dengan logo buah yang digigit. Romeo cukup berdecak kagum. Ternyata fasilitas di perusahaan ayahnya cukup mengejutkan.
Romeo tersenyum dan berjalan kearah meja yang diperuntukan kepadanya. Membuka email dan ia mendengus saat melihat banyaknya email yang masuk. Ia harus menyortir satu persatu? Ia kira pekerjaan ini akan mudah, tapi melihat banyaknya pelamar membuat ia sudah ingin mengangkat tangannya. Ia lupa bahwa perusahaan ayahnya termasuk perusahaan skala besar. Dan tentu banyak pelamar yang akan mendaftar.
Memang kehidupan Romeo yang tak terlalu terlihat mewah, karena sekalipun ia bisa mendapatkan banyak hal dari kedua orangtuanya ia tak pernah mau terlihat berlebihan.
Apalagi selama ini kedua orang tua Romeo juga terlihat biasa saja, mengendarai mobil tanpa supir dan jarang sekali berlibur keluar negeri. Karena menurut mereka dibanding dihabiskan tak jelas seperti itu. memberikannya ke panti asuhan dan menyekolahkan anak anak yang terlantar lebih baik dan lebih bisa membuat mereka bahagia.