Pagi itu seperti pagi sebelumnya tidak ada satupun yang menyapaku ketika aku turun untuk sarapan bahkan ketika aku menyapa mereka. Suasananya begitu menyebalkan sehingga aku hanya mengambil sepotong roti dan langsung pergi.
Aku tak berpikir banyak ketika keluar dan hanya berbekalkan kedua kakiku saja sehingga tak banyak hal yang bisa kulakukan selain berkeliling tanpa arah.
Ketika berhenti, kudapati diriku sedang berdiri di tengah keramaian pasar. Ada begitu banyak orang berlalu lalang tapi tak ada satupun wajah yang kukenal. Cuacanya begitu cerah, angin di pagi hari terasa begitu segar menyapu wajahku.
"Ahh.. rasanya jauh lebih baik sekarang." aku merentangkan tangan di atas kepala.
Tak jauh dari sana terdengar musik yang membangkitkan semangat, banyak orang berkerumun dan bertepuk tangan. Apakah disini memang sering ada pertunjukan jalanan? Aku berjalan menuju keramaian itu. Cukup sulit untuk melihat kedepan karena begitu banyak orang yang menghalangi. Aku berusaha menyelipkan diri diantara banyaknya rasa penasaran orang lain.
Ketika akhirnya aku berhasil menyelip keluar dengan susah payah. Aku hampir tak mempercayai apa yang terlihat didepan mataku.
Para penari, pemain musik dan iring iringan didepanku tak lain adalah monster crea. Tentunya dalam wujud manusia yang sangat sempurna. Semuanya adalah wanita berparas rupawan, tarian mereka terlihat begitu lentur seolah tak ada tulang di tubuh mereka yang langsing itu. Yang paling menarik perhatian dari mereka semua tentunya adalah penari utama mereka. Kulitnya terlihat begitu putih bagaikan transparan. Matanya berwarna hijau menyala dengan rambut berwarna platina yang bersinar dibawah teriknya matahari. Sosok yang sangat indah hingga aku tak sadar menahan nafas. Ketika pandangan kami bertemu aku segera menutup mulutku yang sempat mengangga tanpa sadar. Menerima reaksiku, ia tersenyum seolah mencemooh dan berputar tepat didepanku sehingga salah satu selendang dibajunya menampar wajahku.
Mereka mengundang semua orang untuk datang ke acara mereka malam ini, hal itu terdengar bagaikan umpan untuk masuk ke dalam perangkap raksasa mereka, mungkin inilah tujuan utama mereka kemari menyamar sebagai seniman. Memancing orang-orang ke acara yang jauh dari pusat keramaian, tempat tertutup dan penuh oleh mereka. Semua orang akan datang dengan senang hati tanpa tahu bahwa mereka sebenarnya berjalan ke atas piring makan mereka dengan kaki mereka sendiri.
Aku segera berlari kembali ke penginapan dan menyerukan apa yang baru saja kulihat dengan mataku sendiri, tentu saja sontak para anggota bergegas ke pasar itu sementara aku menuju kantor kapten yang berada dibelakang resepsionis untuk menceritakan apa yang baru saja kusaksikan di pasar tadi.
Tentu saja, kapten segera bergegas keluar bersamaku untuk menuju ke pasar.
Namun ketika kami baru saja keluar dari penginapan anggota lain yang tadi menyeruak keluar sudah kembali dengan wajah masam.
Kapten memutuskan untuk mendengar cerita mereka dan kembali masuk ke dalam ruangan.
"Hei!! Kamu sengaja mempermainkan kami ya??!" seru seorang pria dengan wajah memerah karena marah. Kakinya baru melangkah masuk dari pintu namun suaranya sudah penuh mengisi ruangan.
"Kau tahu seberapa paniknya kami ketika mendengar ada 'mereka' di tengah pasar di siang bolong seperti ini?!!" ia menghantam meja tepat didepannya dengan penuh emosi, rekan yang lain juga semuanya tampak kelelahan karena berlari dan menatapku nanar.
"Tentu saja saya tahu. Karena itu saya segera pulang dan melapor..." belum selesai aku berbicara seorang wanita bernama Lyna menarik lenganku dengan kesal.
"Cukup sudah kalau kamu mau mempermainkan kami! Apa kamu pikir bercanda seperti ini itu sangat lucu?!" ia mengertakkan giginya.
"Apa maksudnya?" aku tak dapat berpikir jernih karena semua teriakan itu.
"Ada apa sebenarnya?" kapten yang dari tadi hanya berdiri diam akhirnya angkat bicara dan mengisyaratkan agar Lyna melepaskan tanganku.
"Anak ini kapten!" ia mengibaskan tanganku dengan sangat kasar.
Sakit.
"Dia menipu kami semua! Kami semua buru-buru pergi ke pasar karena laporan palsunya. Tapi apa yang kami dapatkan?? Rasa malu!" ia menjerit. Suaranya terdengar sangat kasar sehingga aku langsung membalasnya.
"Apa yang kulaporkan itu memang benar!" jawabku.
"Masih berani lagi kamu!!" ia hampir menamparku, tapi tangannya dihentikan kapten yang menjawabnya dengan nada rendah.
"Jelaskan."
Seisi ruangan hening. Kemudian seorang pria yang terlihat sebaya denganku muncul dan menjelaskan kepada kapten bagaimana mereka menyerbu para penari itu dan berakhir dilempari para penduduk yang kesal karena mereka dianggap hidung belang yang menyerang para penari. Ketua kelompok penari itu bahkan dengan halus memaafkan perbuatan kasar kepada mereka dan menawarkan undangan untuk pertunjukan mereka malam nanti sebagai tanda perdamaian.
"Mereka semua terlihat sangat normal bagiku. Ya memang mereka sangat cantik, tapi bukankah semua penari memang begitu? atau mungkin anak ini belum pernah melihat wanita cantik sebelumnya?" ejeknya.
"Terserah kalian saja." aku familiar dengan perlakuan ini dan tahu apa yang akan terjadi bila aku terus memaksakan pendapatku. Memang salahku yang tidak mempertimbangkan kemungkinan aku dijebak seperti ini. Kelompok penari itu sepertinya sangat lihai, mereka takkan sebodoh itu menunjukkan jati dirinya. Bahkan mungkin mereka akan sengaja melukai diri dan membuat tidak akan ada seorang pun yang percaya lagi padaku.
Sesungguhnya, aku bisa membedakan manusia biasa dan monster crea yang sedang menyamar. Bila aku berkonsentrasi, aku bisa mendeteksi keberadaan mereka dalam jarak yang tergolong jauh tergantung kondisiku.
Tapi kemampuan ini membuatku selalu berakhir dikucilkan. Entah karena difitnah crea yang menyamar seperti ini atau bahkan dijebak rekan sendiri seperti sebelumnya.
Karena itu, aku selalu merahasiakannya.
Setelah itu, aku mengunci diri didalam kamar. Tak ada seorangpun yang mencoba berbicara padaku sedikitpun dan mereka dengan sengaja membiarkanku mendengar bahwa mereka akan memenuhi undangan para penari itu untuk membuktikan bahwa aku salah dan mengolok olok diriku.
Walau memang benar perlakuan mereka padaku itu menyebalkan, walaupun mereka bisa dikatakan jahat kepadaku. Tapi, aku tidak mungkin membiarkan mereka begitu saja dilahap para monster itu. Para penari itu memang sengaja mengundang semua orang dan akan menjebak mereka untuk dilahap, tapi bagaimana caranya aku membuktikan hal ini kepada semua orang? Aku tidak boleh jatuh kedalam perangkap mereka untuk kedua kalinya dan gagal menyelamatkan semua orang.
Apa yang kulakukan tadi pagi itu memang terlalu impulsif. Aku terlalu terbawa perasaan dan lupa bahwa monster ini punya akal pikiran yang setara atau bahkan lebih unggul daripada manusia pada umumnya.
Hari pertama mungkin mereka tidak akan melakukan apapun, jika aku melabrak mereka secara langsung mereka akan membuatku menjadi orang jahat lagi. Karena itu apa mungkin... hari kedua? tapi bagaimana kalau mereka Langsung menyerang dihari pertama dan kabur? Ah.. aku pusing. Bagaimana caranya agar aku bisa menangkap ekor mereka ya?
Haruskah aku... pergi?