Chereads / Rigyna / Chapter 7 - Chapter 7 : Kerjasama

Chapter 7 - Chapter 7 : Kerjasama

Anastasia muncul sesaat setelah menerima panggilan dan kami bertiga keluar untuk berburu.

"Tunggu dulu." Anastasia berhenti.

Kami berdua berbalik menatapnya, ia mengerutkan dahi.

"Apa memang di divisi lain cara kerjanya seperti ini?"

Ahh, aku mengerti apa maksudnya.

Biasanya, apabila kami menemukan ada orang yang mencurigakan atau setelah ada kasus yang terjadi kami harus terlebih dahulu menyusun laporan dan menunggu jawaban dari pusat dan kemudian baru bergerak untuk memburunya.

"Iya, belakangan jadi seperti ini karena kapten terlalu sibuk untuk mengirimkan laporan terlebih dahulu. Jadi kami akan lebih dulu memburu crea dan mengirimkan laporan setelahnya." jawabku, jelas terlihat kebingungan yang kental di wajah Anastasia.

Yah, apa boleh buat kan. Awalnya aku juga tidak bisa menerima ini tapi di luar dugaan respon dari pusat kalem kalem saja. Aku tak tahu bagaimana kapten bisa sampai meyakinkan dewan pusat bahwa temuan kami pasti tepat tanpa membocorkan kemampuanku tapi sebenarnya rasanya sangat menyenangkan ketika ada seseorang yang mempercayai kita seperti ini.

Sepanjang perjalanan kami diselimuti keheningan yang membuat perasaan tidak nyaman, aku tidak tahu harus berbuat apa ketika kapten diam saja.

Ia terlihat tak peduli.

Biasanya kami bagaimana ya?

Kapten memperlakukanku dengan sangat santai dan sangking santainya aku jadi salah tingkah.

Tapi apa karena diluar dugaan kami punya banyak hal yang sama sehingga kami jadi lebih cepat dekat daripada seharusnya?

Ataukah karena kami saling menjaga rahasia sehingga saling percaya?

Tidak.

Bukankah harus saling percaya dulu biasanya baru bertukar rahasia?

"Rigyna." panggilan kapten mengaburkan khayalanku.

Aku menatapnya diam.

"Ya? Apa aku melewatkan sesuatu?" tanyaku bingung ketika semua orang juga diam.

"Justru itu yang kutanyakan." jawab kapten. Ia terlihat bingung ketika melihatku bingung.

Aku tergagap, menyadari bahwa lamunanku membuatku lupa bahwa kami sedang dalam misi.

Tatapan Anastasia jelas jelas sangat meremehkanku sekarang.

Aaaah, malu sekali rasanya!

Bukankah seharusnya aku jadi teladan ya?

Kenapa malah tidak professional begini.

"Maaf.. " gumamku lirih. "Sepertinya yang kita cari sudah pergi." wajahku merah padam karena malu.

Kapten menghela nafas.

"Baiklah. Kita kembali." ia mengangkat bahu.

Anastasia berbalik dengan ekspresi tidak puas.

Aku mengikuti dibelakang sambil menunduk, masih tidak mampu mengangkat wajahku.

Sesampainya kembali dirumah kapten kami masing masing kembali ke kamar tanpa banyak bicara.

Aku segera mandi untuk menghilangkan pikiran negatif yang daritadi terus mengangguku.

Sambil mengeringkan rambut aku keluar dari kamar mandi dan menemukan kasurku sudah ditempati seseorang.

Aku menarik nafas hendak menggerutu.

Tunggu.

Tapi aku tidak mendengar suara pintu terbuka dan aura ini jelas bukan milik kapten.

Perlahan aku mengarahkan pandanganku kearah tempat tidurku. Seorang pria yang tidak begitu asing. Ia punya rambut coklat yang tertata rapi dan setelan kemeja putih yang terlihat santai.

Aku hanya menatapnya dengan waspada.

Butuh sekitar 5 detik hingga perhatiannya tertuju padaku.

"Selamat malam." ujarnya santai hingga aku berpikur kami sedang berada diruang tamu.

Aku tak menjawab dan hanya menatapnya.

Ia tersenyum dan berdiri.

"Maafkan ketidaksopanan kami. Tapi kami diminta untuk memastikan kalian tidak kabur kemanapun saat dimintai keterangan." langkahnya sangat ringan sampai tidak terdengar sama sekali walaupun ia mengenakan sepatu dan ini adalah lantai kayu.

"Kami?" tanyaku.

"Silahkan ikuti aku. Kita bicarakan di ruangan lain nona Rigyna." ia melangkah melewatiku dan membuka pintu di belakangku.

Ia mengenaliku.

Aku berbalik dan mengikutinya berjalan keluar.

Diruangtamu kapten sedang duduk di sofa dengan 4 orang yang menggelilinginya.

Ah.

Bagaimana aku bisa lupa wajah pria ini.

Mereka berlima anggota teratas di divisi pertama. Aku ingat pria berbadan kekar dengan rambut acak acakan dan pria yang berada di belakangku saat ini.

Perempuan dengan rambut bergelombang itu pasti Cara (5th) yang saat itu diceritakan kapten.

Pria kekar itu Zeno (4th), pria yang terlihat seperti wanita itu mungkin Cassanova yang paling populer tapi entah kenapa aku tak ingat namanya (3th) kemudian pria berkacamata yang ada dibelakang kapten itu mungkin Zen (2th) dan yang dibelakangku ini kapten mereka Helio.

Untuk apa mereka kemari? Terlebih lagi harus mereka berlima sekaligus.

"Dia masih menutup mulutnya kapten." ujar Cara ketika kami berhenti berjalan.

ia menoleh kebelakang.

Wah. Aslinya sangat cantik sekali. Wajahnya sangat putih dan untaian rambut yang jatuh diwajahnya sangat sexy.

Bulu matanya sangat panjang dan terlihat lembut diantara boal matanya yang tidak bisa melihat.

Bagaimana seseorang bisa begitu indah?

Aku sesaat terpukau pada keindahan yang ada di depan mataku sehingga lupa kondisi yang kami hadapi saat ini.

"Oh Helio, kau juga datang? Apa kalian sedang kekurangan kerjaan sehingga bisa datang bersama sama mengunjungiku seperti ini?" ujar kapten dengan rileks.

Berani sekali.

"Tidak sesantai divisi yang bisa mengurus pekerjaan hanya dengan 2 anggota saja." Helio mengejek.

"Maka dari itu aku sudah memilih anak buah kepercayaanmu kan untuk membantuku disini." jawab kapten cuek.

Apa hubungan diantara keduanya memang buruk seperti ini?

terlebih bukankah divisi pertama dan ketiga harusnya tidak berhubungan kan?

Tapi tunggu, anak buah kepercayaan?

Aku menoleh kesamping dimana Anastasia berdiri.

Ia tidak dikawal siapapun dan berdiri dengan bangga. Jelas ia tidak berada diposisi yang sama dengan kami.

Aku mengerutkan dahi.

"Langsung saja. Kami meminta kerjasama dari kalian untuk ikut dengan kami. Divisi ketiga akan kami ambil alih mulai dari sekarang." ujar Helio tak acuh.

Ia memberi isyarat pada Anastasia dan beberapa orang yang berdiri dibelakang mereka.

Kapten menatapku seolah menunggu jawaban dariku. Tentu saja aku memberinya reaksi agar ikut dengan damai. Bagaimana kami bisa melawan 5 anggota teratas sekaligus?

Tidak. Terlebih dari itu, kalau melawan artinya melanggar perintah kan?

Kita bisa di eksekusi ditempat tau.

Aku menatap kapten dengan kesal.

Kapten berjalan kearahku dan merangkul pundakku.

"Yah selama bersama Rigyna. Aku mau saja." guraunya.

"Jangan bicara yang tidak perlu!" aku menyikut perutnya sambil berbisik. Bagaimana kalau mereka menganggap kami punya hubungan yang aneh???

Untungnya mereka tak peduli dan bergerak keluar ruangan sambil memberikan isyarat agar kami ikut.

Aku berjalan setengah terseret oleh kapten yang didoring dari belakang.

"Apa yang terjadi?" tanyaku.

"Yah, Rigynaku bekerja dengan sangat baik sehingga organisasi memutuskan untuk memberi kenaikan pangkat kepada kita berdua." jawab kapten enteng.

"Jangan bercanda! Kita diseret seperti narapidana dan kau memintaku untuk percaya hal itu??" aku melirik ke arah mereka. Berusaha memelankan suaraku agar tidak terdengar.

Kapten tertawa.

"Benar juga. Kita tak terlihat diperlakukan dengan semestinya ya?" ia bergumam.

Hanya saja kapten terlihat sangat santai seolah ini bukan pertama kali baginya dan hal itu membuatku semakin risau.

Kami dibawa dengan kendaraan mencurigakan yang nampak seperti gerobak yang mengantar padi daripada manusia.

"Apa ini?" pertanyaanku dijawab dengan dorongan keras yang melontarkanku masuk kedalam gerobaknya.

Kapten juga terlempar dengan cara yang sama.

"Tenang saja. Kalau kau berubah pikiran dan mau pulang katakan saja padaku. Akan kuurus." aku tak bisa menjawab pernyataan yang satu ini. Entah ia ingin menghiburku atau meledekku.

Aku hanya menggeleng.

Membiarkan mereka membawa kami ketempat yang tidak diberitahukan kepada kami dan satu satunya hal yang membuatku bisa duduk tenang di dalam gerobak ini hanyalah tangan kapten yang memegangi tanganku.

Apa yang akan terjadi?

Kemana kami akan dibawa pergi?

***