"Gemuk! Lekas bantu aku!" teriak Iblis Kurus.
Mendengar ini Iblis Gemuk yang memang sejak tadi
sudah punya niat untuk mengeroyok si orang tua yang
sebelumnya telah menghajarnya segera cabut senjata dari
balik pakaian. Senjatanya ini berbentuk pedang tapi
bergerigi seperti gergaji. Karena senjata ini ditimpa dan
dilapisi emas murni maka sinar kuning kelihatan menderu
sewaktu pedang itu membabat ke arah punggung Si
Pelukis Aneh!
Si Pelukis Aneh yang tengah mendesak gencar Iblis
Kurus menjadi terkejut sewaktu merasakan sambaran
angin yang deras datang menerpanya dari belakang!
Didahului dengan satu lambaian tangan kanan yang
mendatangkan angin keras, maka Si Pelukis Aneh dengan
cepat memutar badan menghadapi serangan pedang
berbentuk gergaji di tangan Iblis Gemuk!
Kesempatan ini dipergunakan oleh Iblis Kurus untuk
melompat ke samping menjauhi tepi jurang batu lalu
dengan cepat mencabut pula senjatanya yang bentuknya
sama dengan yang di tangan Iblis Gemuk.
Melihat pengeroyokan curang ini, Wiro Sableng menjadi
penasaran. Segera dia hendak melompat dari atas puncak
batu untuk membantu si orang tua. Tapi tindakannya tak
jadi dilakukan karena pada saat itu dilihat si kakek telah
berkelebat dan kini di tangannya memegang pelepah
pisang yang berdaun lebar di mana sebelumnya dia
meletakkan cairan-cairan aneka warna yang dipergunakan
untuk melukis! Dengan mempergunakan benda ini sebagai
senjata maka si orang tua menghadapi kedua lawannya
dengan hebat luar biasa! Karena daun pisang itu lebar
sekali, ditambah dengan saluran tenaga dalam yang tinggi
maka setiap benda itu berkilat menderulah angin deras
luar biasa yang menerpa setiap serangan pedang Iblis
Gemuk dan Iblis Kurus!
Dua sinar kuning senjata pengeroyok bergulung-gulung
ganas. Agaknya Dua Iblis Dari Selatan itu mulai mengelu–
arkan jurus-jurus terlihai dari ilmu pedang mereka.
"Bagus! Bagus! Keluarkan seluruh kepandaianmu! Aku
mau lihat!" seru Si Pelukis Aneh. Daun pisang di tangannya
bergerak kian kemari melumpuhkan sama sekali setiap
jurus serangan yang dilancarkan.
Yang membuat Pendekar 212 Wiro Sableng jadi
leletkan lidah ialah karena tak sekalipun pedang-pedang di
tangan lawan sanggup membuat satu goresan pada daun
pisang. Dan yang paling luar biasa ialah meski digerakkan
demikian cepatnya dan dipergunakan sebagai senjata
namun cairan-cairan aneka warna yang ada di daun pisang
itu tidak satu tetespun yang tumpah atau meleleh! Benar-
benar luar biasa kehebatan Si Pelukis Aneh!
Dalam mengagumi kehebatan orang tua itu tiba-tiba
terdengar pekikan setinggi langit. Ternyata daun pisang di
tangan Pelukis Aneh telah menerpa dada Iblis Kurus.
Pedangnya mental sedang tubuhnya terpelanting sampai
beberapa tombak dan celakanya terus terguling ke tepi
jurang! Dengan salah satu tangannya Iblis Kurus coba
memegang sebuah batu runcing yang menonjol di tepi
jurang. Tapi pukulan daun pisang yang dialiri tenaga dalam
yang tadi menghantam dadanya telah melumpuhkan sama
sekali kekuatan Iblis Kurus. Meski dia berhasil memegang
batu runcing itu dan menahan dirinya agar tidak jatuh ke
dalam jurang namun sia-sia saja. Sesaat kemudian
pegangannya terlepas dan tak ampun lagi tubuhnya
melayang masuk jurang. Batu-batu runcing menantinya di
dasar jurang! Untuk kedua kalinya terdengar jeritan Iblis
Kurus. Yang sekali ini lebih mengerikan!
Melihat kakaknya yang berilmu lebih tinggi menemui
kematian begitu rupa, Iblis Gemuk jadi bergidik. Berdua dia
tak sanggup menghadapi Si Pelukis Aneh, apalagi seorang
diri! Maka tanpa pikir panjang dan tanpa tunggu lebih lama
Iblis Gemuk segera ambil langkah seribu!
Si Pelukis Aneh tertawa mengekeh. Diambilnya pedang
Iblis Kurus yang menggeletak di tanah.
"Orang jahat, matamu sudah tak layak hidup lebih
lama, Iblis Gemuk!" teriak Si Pelukis Aneh lalu lemparkan
pedang ke arah Iblis Gemuk yang tancap gas larikan diri!
Pedang itu menancap tepat di pertengahan punggung Iblis
Gemuk terus menembus sampai di luar ujung pada
dadanya!
Tamatlah riwayat Dua Iblis Dari Selatan!
Si Pelukis Aneh mengusap mukanya. Ditariknya nafas
dalam-dalam lalu dia duduk menjelapok di tanah dan
memandangi lukisannya. Kemudian tanpa palingkan
kepala dari lukisan itu, dia berseru, "Orang yang sembunyi
di atas batu tinggi harap turun!"
Kagetlah Wiro Sableng.
Pendekar ini garuk-garuk kepalanya. Lalu tanpa
sungkan-sungkan lagi keluar dari persembunyiannya dan
melompat turun.