Chereads / wiro sableng 212 " rahasia lukisan telanjang " / Chapter 12 - RAHASIA LUKISAN TELANJANG

Chapter 12 - RAHASIA LUKISAN TELANJANG

Ilmu Silat Delapan Kaki Delapan Tangan memang patut dikagumi.

Nyatanya selama lima jurus Wiro Sableng dibikin

bingung dan musti berhati-hati. Meski ilmu meringankan

tubuh serta tenaga dalamnya jauh di atas si nenek namun

gerakan lawan yang tiada terduga-duga itu mematahkan

pertahanannya! Dan dua jurus di muka satu hantaman

telapak tangan si nenek berhasil mampir di dada Pendekar

212!

Wiro merasakan dadanya sakit dan nafasnya sesak. Dia

maklum kalau saja dia tidak lebih tinggi tenaga dalamnya

dari si nenek pastilah dia akan mendapat luka di dalam

yang amat berbahaya!

Di lain pihak Nenek Rambut Hitam tidak kepalang

tanggung. Dia menyerbu lagi dengan lebih gencar! Tangan

dan kakinya laksana bertambah menjadi beberapa pasang

lagi! Dan kembali Wiro Sableng terdesak! Dewa Tuak

kerenyitkan kening. Hanya sebegitukah kehebatan Pende–

kar 212 sehingga menghadapi ilmu silat si nenek dia

sudah dibikin kewalahan demikian rupa?! Si nenek sendiri

juga tiada menyangka bahwa dia akan berhasil memukul

lawannya. Diam-diam dia merasa berada di atas angin kini!

Tiba-tiba Wiro menyurut sejauh satu tombak.

"Ha... ha! Apakah nyalimu sudah lumer orang muda?!"

ejek Nenek Rambut Hitam.

"Ah, jangan lekas-lekas berbesar hati sobat tua! Kau

rasakan dulu pukulanku ini!" sahut Wiro. Serentak dengan

itu dia sudah alirkan sebagian tenaga dalamnya ke ujung

tangan kanan. Tangan itu dikepal dan diangkat ke atas.

Didahului oleh satu bentakan nyaring, Wiro Sableng

pukulkan tangannya ke arah si nenek. Begitu memukul

begitu jari-jari tangan yang mengepal membuka kembali!

Inilah Pukulan Kunyuk Melempar Buah yang tak asing lagi!

Nenek Rambut Hitam terkejut sekali sewaktu

merasakan gelombang angin keras laksana batu besar

melanda ke arahnya. Sambil pukulkan kedua tangannya

sekaligus untuk menangkis dia cepat-cepat jungkir balik

lalu membuang diri ke samping!

Braaak!

Dinding pondok di belakang si nenek pecah dan

berhamburan! Tergetarlah hati Nenek Rambut Hitam

melihat kehebatan pukulan itu. Setelah tenangkan hatinya

dia maju menghadapi lawannya kembali. Dan pada saat itu

untuk pertama kalinya Wiro Sableng membuka jurus

pertempuran dengan menyerang lebih dahulu! Si nenek

dibikin gelagapan kini. Serangannya selalu mengenai

tempat kosong sedang pertahanannya saat demi saat

semakin mengendur. Bila dia tidak kuat lagi menghadapi

pemuda itu maka tanpa malu-malu Nenek Rambut Hitam

lepaskan setagen dan cabut tusuk konde emas dari

rambutnya! Dengan kedua senjata itu dia menyerang Wiro

Sableng.

Setelah bertempur dua jurus maka Wiro segera

mengetahui bahwa tusuk konde yang kecil di tangan kanan

si nenek jauh lebih berbahaya daripada setagen di tangan

kanannya! Semakin lama pertempuran semakin seru. Tiba-

tiba si nenek hentikan gerakannya dan memandang

bingung karena lawannya lenyap seperti ditelan bumi!

"Aku di sini, Rambut Hitam!" Terdengar suara Wiro di

belakangnya!

Nenek Rambut Hitam kertakkan geraham dan secepat

kilat membalikkan tubuh. Tapi begitu tubuhnya membalik

maka, plaaak...! Telapak tangan kanan Wiro Sableng

menghantam keningnya! Perempuan tua itu melengking

kesakitan. Tubuhnya mencelat menghantam dinding pon–

dok. Pemandangannya gelap, kepalanya terasa pening

sedang keningnya sakit bukan main!

Kedua anak buah Nenek Rambut Hitam terkejut! Belum

pernah mereka melihat pemimpin mereka dihajar demikian

rupa! Selama ini tak pernah seorang pun yang sanggup

menghadapi Nenek Rambut Hitam tanpa mendapat celaka!

Dan yang membuat mereka lebih terkejut lagi ialah

sewaktu melihat kening pemimpin mereka.

"Pemimpin, keningmu!" seru Nenek Rambut Biru.

Nenek Rambut Hitam usap keningnya. Kening itu sakit

sekali dan panas, tapi tidak terluka. Namun apakah yang

menyebabkan Rambut Biru demikian terkejutnya? Tak lain

karena akibat pukulan telapak tangan kanan Wiro tadi kini

di kening Nenek Rambut Hitam tertera tiga deretan angka

yaitu 212!

Dewa Tuak tertawa gelak-gelak dan cegluk... cegluk...

cegluk, dia lalu teguk tuaknya.

"Rambut Hitam, sobatku telah hadiahkan tiga buah

angka di keningmu! Apakah kau masih belum mau meng–

aku kalah?!"

Berubahlah paras Nenek Rambut Hitam! Dia maklum

apa yang telah terjadi kini. Pukulan 212 yang menggurat–

kan angka telah menimpa keningnya. Tiga deretan angka

itu tak akan bisa dihilangkan seumur hidupnya! Nenek

Rambut Hitam menggerutu macam singa lapar!

"Anak haram jadah mampuslah!" lengking si nenek.

Tangan kanannya diangkat tinggi-tinggi ke atas dan

mulutnya berkomat-kamit. Seluruh pondok itu dengan tiba-

tiba dilanda hawa yang amat dingin menyembilu. Wiro

sendiri yang tak mengerti apa yang tengah terjadi sampai-

sampai bergeletar tubuhnya dilanda hawa dingin itu.

Geraham-gerahamnya bergemeletukan.

Melihat ada kelainan ini secepat kilat Dewa Tuak

berseru, "Wiro cepat menghindar! Bangsat keriput ini mau

lepaskan pukulan Salju Kematian!"

Habis berteriak begitu Dewa Tuak secepat kilat

meneguk tuaknya. Dalam pada itu Nenek Rambut Hitam

melengking nyaring dan hantamkan tangan kanannya ke

arah Wiro dan Dewa Tuak!

Satu gelombang benda putih yang bentuknya putih

seperti salju, menderu amat dingin ke arah kedua orang

itu. Dewa Tuak runcingkan mulutnya yang menggembung

lalu menyembur ke muka! Terdengar suara laksana air bah

sewaktu semburan tuak dan pukulan salju kematian saling

beradu. Bumi seperti mau kiamat. Dewa Tuak cepat tarik

lengan Wiro Sableng lalu melompat ke atas atap

menerobos melewati lobang besar. Dari sebuah cabang

pohon kemudian Wiro melihat bagaimana pondok itu

hancur lebur dan setengahnya tertimbun oleh lapisan salju

putih!

Wiro memandang berkeliling dengan cepat. Ketiga

nenek itu tidak kelihatan. Pendekar 212 lalu putar kepala

ke cabang di samping. Dia terkejut sewaktu melihat Dewa

Tuak duduk bersila di atas cabang dengan pejamkan mata.

Wajah orang tua ini pucat sekali. Rupanya bentrokan ilmu

pukulan tadi telah membuat si orang tua menderita luka di

dalam yang parah juga. Lama Dewa Tuak bersila seperti

itu. Sewaktu dia buka kedua matanya kembali, cepat-cepat

diambilnya sebutir pil dan ditelannya. Sesaat kemudian

wajahnya yang pucat telah normal lagi seperti biasa!

Dewa Tuak tarik nafas panjang, geleng-gelengkan

kepala dan leletkan lidah sewaktu memandang ke pondok

yang kini tertimbun salju kematian itu!

"Ternyata benar perempuan busuk itu telah mendapat–

kan ilmu Pukulan Salju Kematian!" kata Dewa Tuak

seakan-akan pada dirinya sendiri. "Kelihatannya masih

kurang sempurna. Tapi sudah demikian luar biasa...!"

Wiro sendiri diam-diam bergidik juga melihat pukulan

yang bernama Salju Kematian itu. Tenaga dalam Dewa

Tuak berada jauh di atas Nenek Rambut Hitam, tapi

pukulan Salju Kematian yang dilepaskan si nenek

membuat Dewa Tuak menderita luka yang cukup hebat!

"Meski seseorang memiliki tenaga dalam yang sepuluh

kali lebih tinggi, tapi jangan coba-coba berani adu kekuatan

dengan pukulan salju kematian itu." Dewa Tuak geleng-

geleng kepala kembali. "Aku tak mengerti, bagaimana

keparat betina itu berhasil memiliki ilmu Salju Kematian.

Itu adalah salah satu dari beberapa ilmu pukulan yang

pernah menggetarkan dunia persilatan dan menjadi raja-

raja ilmu pukulan!"

"Jika ilmu semacam itu dipergunakan untuk kejahatan

bisa berbahaya," kata Wiro pula.

"Itulah yang aku kuatirkan," desis Dewa Tuak.

Diam-diam Wiro ingin sekali menghadapi Nenek

Rambut Hitam itu kembali. Apakah ilmu pukulan Sinar

Matahari-nya sanggup menghadapi ilmu pukulan Salju

Kematian itu?

"Dewa Tuak, apa yang kita buat sekarang?" tanya Wiro.

"Aku bermaksud meneruskan perjalanan mencari lukisan

telanjang itu..."

Tak ada jawaban.

Wiro berpaling.

Astaga!

Dewa Tuak tak ada lagi di sampingnya. Dia mencari-cari

tapi orang tua itu tiada kelihatan.

"Dewa Tuak! Di mana kau?!" teriak Wiro memanggil.

Tetap tak ada jawaban.

Wiro hendak melompat turun. Tapi tiba-tiba pada

batang pohon di mana dia berada dilihatnya sebaris tulisan

'Pergilah ke Utara!'.

Pasti itu adalah tulisan Dewa Tuak. Maka tanpa

menunggu lebih lama Wiro segera melompat dari atas

pohon.