Chereads / wiro sableng 212 " rahasia lukisan telanjang " / Chapter 18 - RAHASIA LUKISAN TELANJANG 12

Chapter 18 - RAHASIA LUKISAN TELANJANG 12

WIRO Sableng terkejut melihat datangnya serangan

dua tangan yang mencengkeram dengan dahsyat

itu. Buru-buru dia melompat ke belakang dan

kiblatkan tombak batu hitam di tangan kanannya mema–

pasi serangan lawan!

Kini Manik Tunggul-lah yang terkejut!

Serangan yang dilancarkannya tadi adalah jurus

Sepuluh Jari Sakti Menggarap Gunung, merupakan satu

jurus serangan yang lihai dari ilmu silatnya. Tapi si jubah

biru mengelakkannya dengan cepat bahkan kalau dia tidak

cepat menarik pulang kedua tangannya pastilah akan

dihantam oleh tombak batu di tangan si jubah biru!

Wiro tertawa mengekeh.

"Manusia sombong dan kotor hendak melawan titisan

dewa?I" ejeknya. "Kau akan tahu rasa!"

Malu bercampur amarah yang meluap Manik Tunggul

siap menyerang kembali. Tapi di saat itu sesosok tubuh

melompat ke depan dan satu seruan terdengar, "Ketua

Perguruan Garuda Sakti, biar aku calon mantumu tunjuk–

kan bakti padamu! Biar aku yang ringkus manusia kentut

dewa itu!"

Sreet!

Sokananta, anak Ketua Perguruan Merapi, si pengantin

laki-laki yang akan jadi suami Permani cabut pedangnya

lalu tanpa tedeng aling-aling menyerbu kirimkan satu

tusukan satu babatan!

Pendekar 212 tertawa gelak-gelak dan elakkan

serangan pedang dengan satu putaran tombak batu.

Dengan penasaran Sokananta susul dua tusukan kilat dan

dua tebasan sekaligus!

Wiro putar lagi tombak hitamnya dalam jurus Titiran

Terbang Ke Langit.

Melihat gerakan lawan yang memapasi mentah-mentah

serangannya bukan main dongkolnya Sokananta. Dia ambil

keputusan untuk adu senjata dan adu tenaga dalam

sekaligus!

Trang! Trak!

Tombak batu hitam di tangan kanan Wiro Sableng

patah dua. Sebaliknya pedang di tangan Sokananta terle–

pas mental, tangannya tergetar hebat dan pedas membuat

dia mengerenyit kesakitan. Di lain kejap ketika dia hendak

melompat menyambar pedangnya terkejutlah putera Ketua

Perguruan Merapi ini. Pedangnya yang tadi terlepas mental

ternyata sudah berada di tangan lawannya! Gelaplah muka

Sokananta ditelan rasa malu dan kegeraman yang

menyala!

Bogananta mungkin orang yang paling terkejut di antara

semua orang! Sokananta adalah anak kandung gem–

blengannya sendiri. Meski tenaga dalamnya masih belum

mencapai tingkat kesempurnaannya tapi tak bisa dianggap

ringan, dan di samping itu seluruh ilmu silatnya telah

dikuasai oleh Sokananta! Bagaimana kini dia bisa

dipecundangi dalam satu gebrakan itu aja? Untuk tidak

membuat anaknya kehilangan muka maka Bogananta

berseru memerintahkan anak-anak buahnya nenyerang si

jubah biru. Di lain pihak Manik Tunggul segera pula

memerintahkan anak-anak buahnya. Enam belas orang

bertomba ke depan podium bukan saja mengurung Wiro

tapi dengan serentak menyerangnya!

Pendekar 212 tertawa dan keluarkan suara bersiul.

Begitu gelombang serangan datang menggempurnya,

pemuda ini melompat ke udara dan sewaktu menukik

turun, kembali terdengar jerit empat orang pengeroyok.

Keempatnya menggelinding ke tanah dalam keadaan

pingsan. Dan di depan podium, empat orang lainnya berdiri

mematung karena di totok oleh Wiro dengan bagian

belakang yang tumpul dari patahan tombak batu hitamnya!

Melihat ini baik Bogananta maupun Manik Tunggul

segera maklum bahwa si jubah biru bukanlah tandingan

anak-anak murid mereka. Bahkan ketinggian ilmu silatnya

belum tentu berada di bawah mereka!

"Bangsat!" bentak Bogananta marah. "Rupanya kau

sengaja datang mengacau ke sini! Lekas berlutut atau aku

akan urus jalan ke akhirat bagimu!"

Wiro tertawa gelak-gelak.

"Terhadap titisan dewa kau berani main perintah

seenaknya! Makan pukulanku ini!" bentak Wiro pura-pura

marah lalu lancarkan satu pukulan yang sebenarnya hanya

satu kepura-puraan saja. Dia tiada permusuhan dengan

semua orang di situ, karenanya dia tak punya niat untuk

turun tangan jahat!

Maklum bahwa tenaga dalam lawan hebat luar biasa,

Bogananta cepat-cepat menghindar sewaktu angin pukulan

menyambar ke arahnya dan dengan jurus Naga

Menyelinap Dari Balik Rimba Belantara, Ketua Perguruan

Merapi ini kembali menyerbu! Wiro tak melihat gerakan

lawan tahu-tahu tubuhnya sudah berada dekat sekali dan

tinju kiri kanan sudah berada di depan hidung!

Hanya sedetik Pendekar 212 terkesiap melihat jurus

serangan yang tak terduga dari lawan. Sekejap kemudian

tangan kirinya sudah bergerak dan pecahan kaca rias

bersudut-sudut runcing melesat ke arah tenggorokan

Bogananta!

"Keparat!" maki Bogananta. Dia pergunakan tangan

kanan memukul kaca itu hingga hancur lebur, sebaliknya

tinju kiri diteruskannya ke arah muka lawan! Namun

serangan ini telah berkurang kecepatannya karena

gerakan yang dibuatnya waktu memukul hancur kaca tadi!

Dan dengan sendirinya tangan kiri Bogananta menjadi

makanan yang empuk bagi Pendekar 212. Namun karena

dia tak punya niat turun tangan jahat maka Wiro cuma tarik

lengan laki-laki itu, memuntirnya dengan cepat! Begitu

tubuh Bogananta terputar, Wiro segera menotok punggungnya.

Keluh kesakitan yang hendak keluar dari

mulutnya Bogananta sirna di tenggorokannya karena

tubuhnya keburu kaku dilanda totokan Pendekar212!

Tercekatlah hati Manik Tunggul. Ilmu silat dan

kepandaian calon besannya itu dua tingkat lebih tinggi dari

dia! Berarti adalah mencari konyol kalau dia coba pula

turun tangan! Tapi agar tidak dicap pengecut, Ketua

Perguruan Garuda Sakti ini segera lompat ke depan Wiro.

Begitu menyerang dia keluarkan jurus ilmu silatnya yang

paling hebat yaitu Seribu Garuda Mengamuk!

Kedua tangan Manik Tunggul terkembang ke samping

laksana sayap burung garuda. Sekali tubuh kena terpukul

pasti hancur remuk! Dari mulutnya keluar suara berkuik-

kuik macam suara garuda sedang di samping memukul,

kedua tangannya secepat kilat bisa berobah menceng–

keram setiap bagian tubuh lawan!

Satu jurus Pendekar 212 kena dirangsak ke sudut

panggung dekat para tamu duduk. Tapi memasuki jurus

kedua sekali berkelebat terdengarlah keluhan Ketua

Perguruan Garuda Sakti itu. Tubuhnya terhuyung-huyung ke

muka. Sepasang kakinya laksana tiada bertulang. Tubuh–

nya tergelimpang di panggung. Wiro telah menotok kedua

urat kakinya sekaligus sehingga Manik Tunggul laksana

lumpuh tak sanggup berdiri!

Wiro memandang berkeliling dengan tawa berderai.

Tamu-tamu dilihatnya dicekam oleh rasa kejut dan takut.

Inilah saatnya untuk melarikan Permani, pikir Wiro. Segera

dia hendak melompat ke tempat sang dara.

Namun dari panggung sebelah timur melesat sesosok

tubuh berjubah hitam. Lesatannya sangat ringan luar biasa

dan tanpa suara tahu-tahu dia sudah di atas panggung

kayu jati!

Manusia berjubah hitam ini ternyata seorang perem–

puan separuh baya yang berparas cantik sekali. Namun

sekali melihat sinar matanya, Wiro segera maklum bahwa

manusia ini di samping tinggi ilmu silatnya juga mempunyai

hati jahat!

Tiba-tiba jubah hitam menunjuk cepat-cepat ke arah

Wiro Sableng!

"Manusia yang mengaku titisan dewa, harap datang ke

hadapanku!" Suara perempuan ini besar parau dan

menggetarkan liang telinga. Wiro mengagumi kehebatan

tenaga dalam perempuan ini. Siapakah dia pikir Wiro dan

tahu bahwa dia berhadapan dengan seorang yang tak

boleh dibuat main-main, Pendekar 212 segera melompat

ke panggung kayu jati! Semua mata kini ditujukan ke

panggung, pada kedua orang itu!

"Aku tak suka bikin urusan dengan manusia yang

sembunyikan tampangnya di balik penyamaran! Lekas

perlihatkan mukamu yang sebenarnya dan buka jubah biru

itu!"

Wiro kaget namun dia tertawa.

"Kupuji ketajaman matamu! Tapi harap kau suka

terangkan siapa kau dan apa maksudmu jual lagak di atas

panggung ini!"

Tentu saja Si Jubah Hitam marah sekali. Dia tahan

kemarahannya dan berkata datar, "Ketahuilah, aku datang

untuk menagih hutang jiwa!"

"Ohh... kukira kau berdiri di sini hendak membela

kedua ketua perguruan itu."

"Aku tak ada sangkut paut dengan mereka! Aku adalah

kakak seperguruan Dewi Kala Hijau yang kau bunuh

beberapa tahun yang lalu!" (Tentang siapa adanya Dewi

Kala Hijau harap baca serial Wiro Sableng yang berjudul

Neraka Lembah Tengkorak).

Kaget Wiro Sableng bukan alang kepalang!

Dewi Kala Hijau yang pernah dibunuhnya tempo hari

ilmunya tinggi luar biasa. Dan kini kakak seperguruannya

datang menuntut balas! Tentu ilmunya lebih hebat lagi!

Tapi meskipun demikian mana pemuda ini merasa jerih.

Malah dia tertawa dan berkata, "Kau datang kurang cocok

waktunya, perempuan gagah. Sekarang bukan saatnya

menagih segala macam hutang, apalagi hutang jiwa!"

Dengan acuh tak acuh Wiro bertindak mendekati

Permani, tapi dari samping Sokananta telah memapasi. Di

tangannya kiri-kanan kini tergenggam dua bilah pedang

mustika yang berkilauan ditimpa sinar matahari! Begitu

memapas begitu anak Ketua Perguruan Merapi ini

kiblatkan kedua senjatanya. Wiro yang maklum bahwa dua

batang pedang itu bukan pedang biasa tak mau bertindak

ceroboh. Anginnya saja sudah memerihkan kulitnya. Dia

melompat mundur mengelak dan pada saat dia berada

dekat Bogananta secepat kilat Wiro mencabut pedang yang

tergantung di pinggang kiri Ketua Perguruan Merapi itu!

Kini sibuklah Sokananta. Dia terdesak hebat ketika

salah satu pedangnya dibikin mental. Muka pemuda

berambut jarang ini pucat lesu sewaktu ujung pedang

ayahnya yang di tangan Wiro menyambar laksana kilat dan

merobek besar pakaian di bagian dadanya! Dalam dia

terkesiap kaget dan kecut itu, Wiro lepaskan pukulan

tangan kosong. Tak sempat mengelak tahu-tahu Soka–

nanta telah merasakan tubuhnya kaku tegang tak bisa

bergerak lagi!

"Sudah cukup aku melihat pertunjukanmu!" kata satu

suara di samping Wiro. "Sekarang kau hadapi Si Jubah

Hitam." Sekali mengusap mukanya maka semua orangpun

gegerlah. Muka yang tadi cantik menawan hati itu kini

berubah menjadi muka tengkorak yang membuat bulu

kuduk menggerinding!

Didahului oleh satu lengkingan dahsyat, Si Jubah Hitam

pukulkan tangan kanannya ke depan. Gelombang angin

keras melanda Pendekar 212. Wiro bersuit nyaring dan

berkelebat dengan cepat tapi dari samping Si Jubah Hitam

susul dengan pukulan tangan kiri! Pendekar 212 terkurung

di antara dua angin pukulan sekaligus!

"Sialan!" maki Wiro. Dengan serta merta pendekar ini

angkat kedua tangannya dan dorongkan ke muka dalam

jurus pukulan yang bernama Benteng Topan Melanda

Samudera! Dua pukulan dahsyat yang mengandung tenaga

dalam hebat luar biasa saling bergulat tindih menindih!

Semua orang yang menyaksikan adu kekuatan tenaga

dalam ini menahan nafas dengan tegang. Jarang sekali

pertempuran yang begini hebat mereka saksikan!

Si Jubah Hitam kernyitkan kening tengkoraknya.

Di kening Wiro sebaliknya kelihatan butiran-butiran

keringat.

Braak!

Lantai kayu jati yang diinjak oleh Pendekar 212 hancur

roboh!

"Celaka!" keluh Pendekar 212. Ternyata tenaga dalam

lawan tidak berada di bawahnya, malah satu dua tingkat

berada di atasnya!

Dengan bersuit nyaring Wiro melompat mundur sejauh

dua tombak lalu jungkir balik sampai tiga kali berturut-turut

dan jatuhkan diri di lantai dan seterusnya berguling cepat!

Dengan demikian baru dia berhasil menolak dan melebur

serangan tenaga dalam Si Jubah Hitam yang sangat

dahsyat itu!

"Gila betul!" maki Wiro dalam hati. Kalau dihadapi terus

manusia bermuka tengkorak ini meski belum tentu dia bisa

dikalahkan dengan mudah tapi bisa berabe! Maka dengan

cepat Wiro melompat menyambar tubuh Permani!

Tapi celaka, begitu tubuh sang dara berada di atas

bahu kirinya, enam orang telah mengurungnya. Mereka

adalah tokoh-tokoh silat yang menjadi tamu dan bersaha–

bat baik dengan kedua Ketua Perguruan yang kini berada

dalam keadaan ditotok tak berdaya! Dengan demikian

manusia yang mengeroyok Wiro berjumlah tujuh ditambah

dengan Si Jubah Hitam!

Si Jubah Hitam tertawa panjang.

"Enam manusia tak tahu diri! Kalian mundur semua!

Nyawa pemuda itu hak milikku!"

"Perempuan muka tengkorak!" jawab seorang di antara

yang enam sambil melintangkan senjatanya yaitu sebuah

ruyung perak. "Urusanmu, urusanmu! Kami juga punya

kewajiban untuk membunuh manusia yang hendak

menculik anak gadis sahabat kami!"

"Di hadapan Iblis Tengkorak kalian berani jual tampang

petantang petenteng! Pergilah semua!"

Si Jubah Hitam yang mengaku bergelar Iblis Tengkorak

dorongkan kedua tangannya ke muka! Gelombang angin

yang dahsyat menyambar. Laksana daun-daun kering

keenam tokoh silat itu terpelanting ke luar panggung! Dua

orang muntah darah. Empat lainnya melingkar pingsan di

tanah!

Sewaktu orang-orang itu bertengkar mulut dan sewaktu

Iblis Tengkorak menggempur keenam tokoh silat, maka

kesempatan ini dipergunakan oleh Wiro untuk berlalu

dengan cepat. Tapi lebih cepat lagi, tahu-tahu Si Jubah

Hitam Iblis Tengkorak sudah berada di depannya! Dan

sekaligus lancarkan sejurus serangan ganas! Wiro berkelit

gesit dan selundupkan satu tendangan ke perut lawan!

Tapi dengan sigap Iblis Tengkorak hantamkan tangan

kanannya ke bawah. Karena tenaga dalam lawan lebih

tinggi, Wiro terpaksa tarik pulang tendangannya dan seba–

gai gantinya kirimkan serangan Kunyuk Melempar Buah.

"Apakah tak ada ilmu pukulanmu yang lebih berguna?!"

ejek Iblis Tengkorak. Dan sekali dia kebutkan lengan jubah

hitamnya maka buyarlah serangan Wiro Sableng yang

berkekuatan dua per tiga tenaga dalamnya itu!

"Hebat sekali iblis betina ini!" rutuk Wiro. Tubuh

Permani diturunkannya, kemudian diiringi oleh satu

bentakan nyaring dia menyerbu ke muka. Tubuhnya hanya

merupakan bayang-bayang! Dua gelombang angin pukulan

melanda Iblis Tengkorak, masing-masing pukulan Orang

Gila Mengebut Lalat dan pukulan Angin Es.

Angin besar menderu-deru, mengibarkan jubah hitam

Iblis Tengkorak. Sedang udara mendadak sontak menjadi

dingin luar biasa. Semua orang menggigil bergemeletukan

geraham mereka!

Tapi Iblis Tengkorak ganda tertawa.

Dua tangan memukul ke muka. Dua larik sinar hitam

menggebu! Wiro meraung! Tubuhnya mental sampai empat

tombak, pakaiannya robek hampir di setiap bagian sedang

dari hidung dan sela bibirnya kelihatan darah ke luar!

Tak ayal lagi Wiro segera telan dua butir pil. Matanya

beringas galak. Dan sewaktu Iblis Tengkorak datang

mendekat dengan tertawa, Pendekar 212 segera sambut

dengan pukulan Sinar Matahari.

"Aha! Pukulan Sinar Matahari!" seru Iblis Tengkorak.

"Inilah yang kutunggu!"

Tangan kanannya bergerak membuat lingkaran, kemu–

dian laksana kilat dihantamkan ke muka! Terdengar suara

laksana guntur! Satu gelombang angin hitam bergerak

berputar bergulung-gulung lalu menghantam ke muka

laksana topan prahara!

Sinar putih perak pukulan Sinar Matahari yang

dilepaskan Pendekar 212 tiada berdaya dan terbuntal

dalam gelungan-gelungan angin hitam pukulan lawan

untuk kemudian melesat kembali menyerang dirinya

sendiri, sekaligus bersama serangan angin pukulan lawan!

Itulah pukulan Raja Angin Mengamuk yang telah dilepas–

kan oleh Iblis Tengkorak!

"Tobat." keluh Pendekar 212! Tangan kanannya

bergerak sebat! Selarik sinar putih yang menyilaukan mata

berkiblat dan, ...

Buum!

Satu letusan yang luar biasa kerasnya terdengar!

Puncak Gunung Merapi bergetar!

Suara letusan yang dipantulkan kembali oleh dasar

kawah tak kalah hebatnya sehingga semua orang di situ

merasakan dunia laksana mau kiamat!

Iblis Tengkorak terkejut besar.

Jantungnya mendenyut sakit sedang kedua lututnya

agak tertekuk! Ketika dia memandang ke depan dilihatnya

pemuda itu berdiri dengan tubuh bergetar, muka pucat

pasi dan sepasang mata merah sedang di tangan kanan–

nya tergenggam sebuah kapak bermata dua, yang gagang–

nya terbuat dari gading dan berbentuk kepala naga-

nagaan!

Terkesiaplah Iblis Tengkorak melihat kehebatan senjata

lawan! Kapak Maut Naga Geni 212 nyatanya bukan senjata

kosong belaka! Pukulan Raja Angin Mengamuk yang

dilepaskan tadi adalah pukulan paling hebat dan ganas

yang dimilikinya! Selama sepuluh tahun memiliki ilmu

pukulan itu tak satu lawan gagahpun yang sanggup

menghadapinya! Tapi kini seorang lawan berusia muda

sekali dengan Kapak Naga Geni 212 berhasil memusnah–

kan pukulannya itu!

Kedua mata Pendekar 212 terbuka perlahan. Satu

seringai maut tersungging di bibirnya. Parasnya yang

selama ini macam paras anak-anak dan tolol kini berubah

total menggidikkan! Sinar matanya laksana menembus

tembok baja!

"Iblis Tengkorak!" desis Wiro Sableng. "Kalau hari ini

aku tak sanggup memisahkan kepala dan badanmu,

biarlah aku mengundurkan diri dari dunia persilatan

selama-lamanya!"

Sebenarnya pemuda ini sudah terluka di dalam. Tapi

begitu Kapak Naga Geni 212 berada di tangannya satu

aliran sejuk keluar dari gagang kapak dan memberi

kekuatan baru padanya meskipun luka di dalam yang

dideritanya tidak bisa dikatakan sembuh!

Perempuan muka tengkorak tertawa dingin.

"Keluarkan semua ilmu simpananmu. Kalau kau punya

sepuluh senjata cabut sekaligus agar tidak mati penasa–

ran! Sekali Iblis Tengkorak inginkan nyawa seseorang pasti

tak bisa lepas. Tak perduli apakah kau punya tiga kepala

enam tangan!"

"Manusia sombong! Kalaupun aku mampus di tangan–

mu tapi kejahatan tak akan sanggup menumbangkan

kebenaran!"

"Jangan mengigau di siang bolong! Hari ini gelar

Pendekar Kapak Maut Geni 212 akan kuhapus dari dunia

persilatan!"

Iblis Tengkorak menggembor macam kerbau marah.

Tubuhnya lenyap dan tahu-tahu dua belas serangan telah

menyerbu Wiro Sableng!

Yang diserang tak tinggal diam. Begitu Kapak Naga

Geni 212 berkiblat maka suara menderu laksana suara

ribuan tawon merangsang telinga! Sedang dari mulut sang

pendekar melengking suara siutan nyaring yang tak

menentu dan menusuk gendang-gendang telinga!

Kejut Iblis Tengkorak bukan alang kepalang.

Putaran angin kapak tak sanggup diterobos oleh

pukulan-pukulan yang dilancarkannya. Sebaliknya angin

kapak itu memerihkan mata serta kulitnya. Dan ditambah

pula oleh suara mengaung serta siulan yang tiada henti-

hentinya menusuk liang telinganya, membuat gerakan-

gerakannya kacau balau!

Dengan penasaran dan kalap, dalam jarak sedekat itu

Iblis Tengkorak lepaskan pukulan Raja Angin Mengamuk.

Tapi cepat-cepat dia tarik pulang tangan kanannya karena

jurus putaran kapak yang bernama Pecut Sakti Menabas

Tugu yang dilancarkan oleh Pendekar 212 hampir saja

membuat tangan kanannya terbabat putus!

Semua orang yang menyaksikan tak dapat lagi melihat

wujud tubuh kedua manusia yang bertempur itu. Menyak–

sikan lama-lama mata mereka menjadi sakit dan kepala

masing-masing menjadi pusing!

Telah dua kali Iblis Tengkorak tukar ilmu silatnya

namun tetap saja dia kena didesak! Tubuhnya telah mandi

keringat dingin. Tiba-tiba dengan licik manusia muka

tengkorak ini menyelundup ke belakang tubuh Pendekar

212 dan dari belakang ini lancarkan satu serangan maut

yang ganas!

Tapi Wiro sudah lebih dahulu rasakan datangnya angin

serangan yang dingin di punggungnya. Dengan lancarkan

jurus Di Balik Gunung Memukul Halilintar Wiro balikkan

badan!

Iblis Tengkorak tak mengira lawannya akan mengetahui

posisinya dan bisa menyerang secepat itu. Dengan gugup

dia mengelak. Wiro susul dengan jurus Membuka Jendela

Memanah Rembulan yang tak asing lagi. Tangan kirinya

membabat ke pinggang lawan. Jubah hitam masih bisa

berkelit tapi serangan yang lebih ganas tak dapat dihindarkannya yaitu serangan kapak yang laksana anak panah

melesat menyambar ke arah batang lehernya!

Craas!

Darah memancur.

Tubuh Iblis Tengkorak roboh ke lantai panggung. Kepa–

lanya menggelinding mengerikan!

Semua orang menjadi gempar!

Dan ketika mereka memandang lagi ke atas panggung,

Wiro Sableng sudah tak ada. Bahkan kemudian mereka

menyadari bahwa Permani pun tak ada lagi di hadapan

podium! Untuk kedua kalinya semua orang menjadi

gempar!