Chereads / A Path Of Supreme God / Chapter 8 - Bermain

Chapter 8 - Bermain

Irsan mengangguk, "Tentu, aku akan memberitahu pesona kalian dari sudut pandangku, tapi ini berdasarkan daya tarik ketika seseorang pertama kali melihat kalian".

Wan Rou berpikir, dan Feng Lin bertanya "hah?, apa maksudmu".

"Ya..." irsan terlihat sedikit bingung, "aku hanya ingin menjelaskan pesona bawaan kalian. Karena kalian tahu?, penampilan bisa menipu, akan banyak orang di dunia ini yang mampu menyembunikan sifat asli mereka. Karena kalian masih muda, kalian tidak akan bisa melakukan hal itu".

Wan Rou berkata "kenapa penjelasmu sulit dipahami sih?". Irsan membalas "Jujur saja, aku ini jarang berkomunikasi dengan seseorang, aku ini seorang penyendiri di dunia tempat aku berasal, jadi aku tidak begitu mahir dalam menjelaskan sesuatu".

Feng Lin mencerna perkataan irsan, setelah itu dia berkata "Kalau begitu, cepat katakan apa pesona awal kami".

Irsan memandang Feng Lin, "Siapa duluan", Feng Lin menunjuk Wan Rou. Irsan menunjukan kode tangan O.

"Pertama aku akan berikan penilai tentang bentuk wajah Wan Rou yang merupakan Class S", irsan menghentikan Feng Lin yang ingin bertanya dengan menggunakan kode tangan meminta diam. Feng Lin menangguk pelan.

"Dalam penilaianku, ada peringkat yaitu S Class, A Class, B Class, C Class, D Class, E Class, F Class, yang memiliki urutan dari F sampai S yaitu Super Buruk, Sangat Buruk, Buruk, Biasa, Baik, Sangat Baik, Super Baik". Mereka berdua dengan mudah memahami peringkat versi irsan.

Wan Rou memandang irsan yang tersenyum hangat padanya, dan dia tersipu malu mendengar peringkat bentuk wajahnya.

"Setelah bentuk wajah ada ekpresi muka, nah... Wan Rou itu memiliki ekspresi dingin yang memancarkan aura liar", Feng Lin melihat Wan Rou dengan serius, kemudian dia tertawa kecil. Dari tawanya dia setuju dengan irsan.

"Ditambah dengan kulit putih yang indah, bisa aku bilang Wan Rou adalah kecantikan Class S yang termasuk dalam kategori Wild Cold Dragon".

Feng Lin tidak bisa menahan tawanya setelah mendengar kalimat terakhir, dia tertawa tak terkendali, "Wild...Cold...Dragon" setiap kalimat menunjukan level tawa yang berbeda. Dalam imajinasi Feng Lin, Wan Rou memasang ekpresi tidak peduli dan bodoh, dan di belakangnya naga berkaki empat berwibawa mengaum dengan keras. Dia merasa naga mengaum tidak cocok dengan ekpresi Wan Rou.

Wajah wan rou memerah, dia memegang tangan Feng Lin dan meminta dia untuk berhenti tertawa.

Irsan bingung kenapa Feng Lin tertawa, lalu berkata "Hah?, kenapa kau tertawa, aku serius tidak bercanda sama sekali". Feng Lin memaksakan diri untuk berhenti tertawa.

"Kalian harus tahu di duniaku berasal, sosok naga terkenal karena memiliki martabat tinggi, aku rasa wild cold dragon sangat cocok dengan Wan Rou yang memancarkan kedinginan dalam ekpresinya, keliaran dalam matanya, dan martabat tinggi dari tubuhnya".

Feng Lin seakan tersadarkan sesuatu, dia berpikir sejenak. Dalam ingatanya Feng Lin melihat Wan rou yang selalu dingin terhadap orang lain, namun ketika berada di sekitar teman dekat atau keluarganya dia selalu memasang ekpresi tidak peduli.

Dia tersenyum dan menatap irsan, "Wah...kau memang benar". Irsan membalasnya dengan senyuman hangat "Tentu saja".

Wan Rou melihat mereka yang tampak sangat akrab, kesan irsan kini menjadi lebih baik.

"Selanjutnya aku, bagaimana menurutmu" Feng Lin menunjukan ketidaksabaranya dengan tubuh yang tidak bisa berhenti bergerak.

"Oke...pertama bentuk wajahmu S class, kulitmu sama putihnya dengan Wan Rou, ekpresimu menunjukan kelembutan yang menenangkan, matamu memancarkan keceriaan, dan aura tubuhmu tampak sangat bersemangat. Kamu ini termasuk dalam kategori Warm Joyful Childish".

Irsan melihat mereka berdua tersenyum ke arahnya, dia tersipu malu.

"Kau itu ternyata terampil dalam menilai seseorang dari penampilan mereka". Wan Rou menunjukan kehangatan. Irsan semakin tersipu, dia menutup matanya, "Kau membuatku malu".

Feng Lin dan Wan Rou tertawa bersama-sama.

Bunyi suara bippp terdengar dari pintu, Wan Rou menghampiri pintu dan membaca sebuah kalimat yang ada di pintu tersebut, disana tertulis "Apa penyelamat sudah bangun, jika sudah, tolong bawa penyelamat keluar untuk menemui Patriach Shao Tian".

"Wan Rou?, apa sudah waktunya untuk keluar", Feng Lin bertanya, Wan Rou berkata "Ya, kita harus segera menemui Patriach". Irsan beranjak dari tempat tidurnya, dan berkata"Aku ingin merapihkan diri, kalian bisa tunggu di luar".

Mereka kemudian menunggu di luar, irsan berjalan ke arah cermin. Dia tersenyum dengan bangga. "Aku tahu aku tampan, sekarang semuanya terbukti" dia memegang pipi, bibir, hidung, mata dan rambut dengan bahagia.

"Aku tahu bahwa aku ini seperti ulat yang perlu bermetomorfosis agar berubah menjadi kupu-pupu" irsan meneteskan sedikit air mata.

"Karenamu, aku berubah dengan cepat" irsan mengingat sosok ziluolan yang muncul sangat singkat di hidupnya, air matanya semakin banyak, namun dia tampak bahagia.

Irsan mengusap air matanya, "Aku ingin menemuimu, dan melindungimu". Dia tersenyum kemudian merapihkan pakaiannya.

Dia berjalan menghampiri pintu, ketika pintu di buka suara musik mengalir ke telinganya, irsan terdiam dengan mata terbuka lebar, matanya bergerak ke sana kemari. Dalam hatinya dia berteriak"Apa-apan ini!?, musik ini?, EDM!...kenapa ada musik untuk party di dunia ini, tempat ini bukan bumi".

Wan Rou merasakan keanehan itu kemudian bertanya, "Kenapa kau ini, tiba-tiba terdiam tak berkata". Dengan tepukan di pipi irsan terbangun.

"Kenapa kau berpura terdiam, padahal aku berada di depanmu" Wan Rou memandanganya dengan wajah bertanya.

"Aku hanya ingin kau menyentuhku" Irsan tersenyum kecil.

Lambayan lembut tangan Wan Rou terbang dari arah kiri kemudian memukul wajah irsan. "Aw" hanya kalimat sederhana itu yang keluar. Feng Lin hanya melihat mereka dengan tawa kecilnya yang sangat manis.

Irsan mengusap pipinya dengan lembut, "Kenapa kau menghajarku". Wan Rou berkata dengan nada keheranan,"Ehh, bukannya kau ingin aku menyentuhmu...sentuhan lembut tanganku apa menyakitimu?".

Irsan tersenyum dengan ekpresi tidak percaya "Kau ternyata licik".

"Aku licik?, aku berkata jujur kenapa kau tidak percaya padaku", Wan Rou tersenyum dengan licik dan berpaling dari irsan. "Feng Lin, ayo kita pergi". Feng Lin menghampirinya dan berjalan berdua meninggalkan irsan di belakang,