Diandra pulang bersama teman-temannya membawa perasaan kesal karena peertemuannya dengan Alisa saingannya.
Saingan? Oh tuhan Diandra dia gak level jadi saingan lo!!! Salah satu roh dalam diri Diandra menyuarakan pendapatnya. Dia memang bukan saingan lo Di. Karena lelaki yang kalian maksud itu playboy! Kalo bukan lo juga pasti ada cewek lain yang bakal masuk kehatinya! Jangan kePeDean yang ini mungkin malaikat yang bersuara.
"Ya Allah… Begini amad? Semangatin keq!" Giliran batin normal Diandra yang bersuara.
Sepanang perjalanan Diandra nampak tak bersemangat.
Tanpa Diandra dan teman-temannya sadari. Bahwa sedari tadi ada beberapa pasang mata yang mengamati pertempuran ala Mak Lampir dan Nini Pelet itu. Dan sialnya lagi mereka bahkan sampai taruhan menebak siapa yang akan menang. Ironis bukan?
*************************************
Flash on
"Itu bukannya si cantik Ian?" Ucap Eko menunjuk pada gadis cantik disebran jalan menuju pelelangan.
Bian mengarahkan pandangannya kearah yang ditunjuk Eko beserta beberapa teman lainnya. Senyum manis tercetak diwajah tampan Bian. Bagaimana tidak pujaan hatinya lewat didepan mata. Dan anehnya playboy sekelas Bian Putra Aziz merona dan tersenyum melihat gadis itu.
Merasa konyol dengan sikapnya Bian tak mampu menahan geli pada dirinya sendiri. Dia memaikan bibir tipisnya dengan jari telunjuknya. Nih anak bener-bener bisa buat gua Cuma ngeliat dia! Gila gw lama-lama kalo kaya gini! Bian membatin.
"Cantiknya tuh anak beda sumpah" giliran Hafiz buka suara " Kaya ada manis-manisnya gitu! Jadi gak mau ngalihin pandangan ketempat laen kalo udah liat dia" Ucapan Hafiz ini mendapat persetuuan dari teman Bian yang lain termasuk Bian yang walau hanya lewat lirikan mata dia membenarkan ucapan temannya itu.
"Lo yakin dia orang kecamatan Mangga Ian?" Tanya Eko
"Dia bilang sih gitu" Bian acuh
"Gw sih gak yakin" Sambung Ezzar "Cakep mulus begitu Ian masa orang asli Kecamatan Mangga! Gw tau lah secakep-cakepnya orang sana gak kaya Diandra"
Semenak Bian bercerita bahwa Diandra adalah warga asli Kecmatan Mangga teman-temannya menolak untuk percaya. Pasalnya kumpulan playboy cap kadal ini pernah beberapa kali berhasil mengadali gadis-gadis dari daerah Diandra berasal. Jadi mereka dapat membandingkan Diandra dengan perempuan-perempuan disana.
Bian mengangkat bahunya bertanda dia pun tak percaya.
Selang satu jam Dianra dan kawan-kawannya keluar dari pelelangan. Terdengar mereka bersenda gurau. Dan dapat ditangkap oleh Bian dan teman-temannya bahwa mereka berhasil mendapat buah tangan berkat pesona kecantikan Diandra.
Bian hendak menghampiri Diandra dan terhenti karena mendengar nama Diandra diteriaki oeh suara cempreng yang Bian hafal.
"Mau apa dia?" Bian berhenti dan mengamati Alisa dengan wajah sudah mengeras.
"Waah. Bahay Diandra Ian" Seru Ezzar sambil meneputt bahu Bian.
"Tahan Ian. Lo gak bisa kesana" Usul Hafid membuat Bian menoleh dengan pandangan tak suka "Kalo lo kesana lo bakal belain siapa?" Hafid kembali berucap paham dengan arti pandangan mata Bian.
"Lo belain Diandra itu gak bakal baik buat dia kedepannya" Hafid menjeda ucapannya "Kalo lo belain Alisa gimana perasaan Diandra? Stay disini kita liatin aja" tatapan mata Bian meluluh dia kembali mengamati Diandra pujaan hatinya dengan Alisa tunangannya.
"Kalo udahh jambak-jambak baru…" Perkataan Hafid terpotong dengan Ezzar yang menyela
"Kita siram pake aer sember kaya ngusir kucing kawin" dan sontak semua tertawa kecuali BIan walau dia sempat tersenyum mendengan gurauan teman-temannya itu.
"Taruhan lima ratus ribu gw pegang Alisa" Ide gila Eko meluncur dengan lancar sekali dari mulut sialnya itu. Entah mengapa Eko selalu punya ide konyol yang membuat teman-temannya geleng kepala dalam situasi seperti ini sempat-sempatnya dia mencari keuntungan.
"Oke deal" Jawab Ezzar dan Hafid berbarenga. Ralat! Sepertinya teman Bian sial semua.
"Gw pegang Diandra" jawab Ezzar.
"Gw tim Alisa" jawab Hafid.
"Siap-siap kalah lo" Ledek Eko
"Diandra kalem begitu gak bakal menang dia lawan si Alisa lampir" Giliran Hafid berbahak-bahak.
"Kita liat nanti" jawab Ezzar dengan penuh percaya diri dan kebanggaan tak terhingga pada jagooannya. Berlebihan sekalee memang!
Mereka berempat mengamati mereka yang sedang berdebat. Dan...….
"Tuh gw bilang juga apa" Terian Ezzar bahagia seraya meledek kedua temannya "Sini gope" Tangan Ezzar mengadah pada Eko dan Haffid.
Dengan sangat tidak rela Eko dan Hafid membuka dompetnya dan menyerahkan lima lembar uang dengan gambar soekarno-Hatta.
"Sial" Kompak Eko dan Hafid mengumpat sedangkan Ezzar bahagia dan Bian tersenyum menatap kegilaan teman-temannya yang bisa-bisanya taruhan ditengah hatinya yang cemas melihat gadis pujaan hatinya bertempur.
Flash off
*******************************************
Drrrtttt
Drrrrttt
Drrrrtttt
Ponsel Diandra bergetar lama tanda panggilan masuk keponselnya. Diliriknya ponsel metal itu dan Bian adalah sang pemanggil.
"Kenapa?" Diandra dengan ketus menawab panggilan Bian.
"Judes amat? Belum makan ya?" jawab Bian terkekeh
"Udah tuh! Makan ati tadi"
"Makan Pizza yuk?" Tawar Bian.
Jika ini dunia komik pasi disudut bibir Diandra sudah menetes liur sayang sekali ini dunia novel.
"Enggak ah! Aku gak mau dilabrak lagi" Jawab Diandra jual mahal padahal dalam hati bujuk sampe mau Bi.. huhuhuuu.
"Ini bener gak mau pizza?" Bian memastikan, lebih tepatnya dia sedang menggoda Diandra yang ia tahu pasti sedang merajuk.
"Bener" Jawab Diandra mantap tapi hati meringis gak ada usaha dan basa basi bujuk sampe mau!! Sumpah ngeselin ini orang!!! Diandra menggigit ujung bantal yang menjadi penyanggah ttubuhnyan saat ini.
"Ya udah aku pergi sama Alisa aja"
"Aku mau" Sontak Diandra mengiyakan ajakan Bian tadi. "Aku sama yang lain siap—siap dulu" Diandra langsung memutuskan line telponnya dengan Bian.
***************************
Bersambung