keempat gadis tidak tau diri itu sudah sangat cantik dan wangi. Sebenarnya hanya tiga yang tidak tau diri yang satunya enggak. enggak salah sama aja tukang rampok! π
Bagaimana tidak dikatakan tidak tau diri? Setiap kali ada kesempatan keluar apalagi jika itu Bian yang menjadi sponsor mereka dengan tidak sungkan berubah menjadi ratu.
Duuhh kalo kaya gitukan Diandra nya jadi enak karena ada temennya. Eeehh π
Sedang berdiksusi tentang apa yang akan dilakukan dan dimakan nanti sebuah mobil hitam sudah terparkir apik didepan rumah singgah.
Keempat gadis itu diam tak ada yang bergerak mendekat. Mereka sangsi untuk mendekat sampai kaca jendela mobil itu turun menunjukan wajah gagah pengemudinya.
Ziya dengan semangat mendekat dan meraih handel pintu belakang mobil tapi dicegah oleh Diandra.
Mata Diandra menatap tajam kearah Ziya dan dengan ekor matanya Diandra mengintruksikan Ziya untuk duduk didepan samping pengemudi.
Ziya masuk dengan patuh. Menatap Bian dengan tatapan bersalah dan iba "Maaf Bang, Kak Di kalo marah serem" Ucap Ziya dan Bian hanya mengangguk pasrah.
Mereka bergerak menuju tempat yang tidak diketahui. Pasalnya ketika para gadis itu bertanya tentang tujuan mereka Bian diam seribu basa.
Jujur suasana kali ini sangat canggung. Tidak ada gurauan apalagi gelak tawa dari candaan-candaan yang terlontar dari mulut mereka.
Tahan banget si Di sumpah! Bisa gitu yak. Novi membatin
Ka Di Ya Allah aku gak enak ati ini sumpah! Tega banget dah ah dibikin kaya tersangka perbuatan kursi ini!!! Ziya melirik sebal kearah Diandra.
Sadar dengan lirikan Ziya membuat Diandra tersenyum miring Enjoy your time babe! Hahaha Diandra tertawa jahat melihat Ziya.
Ini marahnya beneran? Bian melirik Diandra dari kaca spion. Yang ngedamprat kamu kan Alisa kenapa marahnya ke aku? lama banget lagi ngambeknya!!
Lama? Ya tuhan ini baru 2 jam dari kejadian dampratan Alisa serta setengah jam Bian didiamkan Diandra dan Bian sudah merasa itu lama? Apa benar Bian jatuh cinta?
Karena kata pujangga tetangganya bujangga orang jatuh cinta itu akan ada saja yang menjadi bahan obrolan untuk sekedar bertukar suara.
Jujur Bian blingsakan, dirinya tak nyaman dengan situasi saat ini dan berharap segera sampai ditempat tujuan.
***********
Satu setengah jam berkendara Bian sudah memarkirkan kendaraannya disebuah danau buatan yang menjadi objek wisata dan landmark kota tersebut.
Disini terdapat sebuah danau buatan yang asri, dikelilingi pepohonan yang hijau dan besar. Ada beberapa jenis permainan air, kolam memancing, dan resto terapung.
Bian mengajak para gadis itu untuk makan. Yah, isi perut dulu baru ajak mereka main. Krena kalau belum makan dan mereka langsung main Bian takut ketika sedang menikmati permainan air dia didorong masuk kedanau dan tenggelam karena tak punya tenaga untuk berenang.
Bian harus pandai menprediksi dan menyiapkan semuanya. Mengutip pepatah sedia payung sebelum hujan. Isi lambung sebelum perang.
Mereka menikmati makanan dengan hikmat. Suasana pun berangsur mencair wala Diandra masih betah puasa ngomong dengan Bian. Tapi seperti nya dia tak perduli yang penting nanti dirinya akan berdua naik perahu bebek. Bian tersenyum.
********
"Ziya sama bang Bian, biar gw sama Novi" Diandra mengatur.
"Aku aja sama Novi kamu sama Ziya" Bian mengintrupsi.
"Novi sama aku lah kamu sama Ziya" Kekeh Diandra tak mau dibantah.
"Loh sama aja kan Ziya sama aku atau Novi sama aku?" Bian mulai menyebalkan dimata Diandra
Ya beda lah kadal! Novi mah cantik biar oneng juga terkenal playgirl! Kadal ketemu cecek ya sami mawon! Diandra menggerutu dalam diam.
"Ziya udah sana sama bang Bian" Diandra kembali mengatur.
Baru mau kembali membuka mulut Diandra sudah ditahan oleh Putri "Gw sama Novi, Sri sama Ziya" Putri menarik tangan kedua temannya berjalan menuju perahu bebek mereka.
"Lah gw sama siapa?' Diandra menunjuk hidungnya sendiri sedangkan teman-temannya sudah nyaman diposisi mereka dan siap mengayuh perahu mereka.
"Ama abang nya aja gih" Jawab Putri.
Menyebalkan! Masa orang secantik Diandra suruh naik perahu bebek sama abang-abang sewa perahu??? Viral dong nanti ada abang sewa perahu bebek tercebur danau karena didepan penumpang!.
Melihat teman-temannya mulai menjauh ketengah danau Diandra berjalan mendekat kearah abang yang akan membantu para pesewa perahu. Akan tetapi tangannya langsung ditarik oleh Bian dan entah Bian akan menyeret Diandra kemana pasalnya disini tidak ada tempat sepi. eeehh π
Mereka duduk dibawah pohon rindang sambil masing-masing memegang alat pancing. Bian memutuskan untuk memancing karena itu juga merupakan hobbi pria itu.
"Kamu kenapa sih?" Bian menatap kearah Diandra "Aku salah apa?"
Melas dan modus mode on.
"Gak apa-apa!" Jawab Diandra ketus.
"Jangan kaya cewek lah Di...." Belum selesai Bian bicara sudah dipotong oleh Diandra "Lah emang kemaren-kemaren aku apa? Tince?" Nada bicara Diandra sudah tidak santai.
Waahh salah! alamat. Bian kesulitan membasahi tenggorokannya.
"Bukan! Maksud aku kita biasa ngobrol kenapa sekarang tiba-tiba aku disuruh nebak" Bian sadar bahwa dia akan salah. Karena pasal perempuan selalu benar mau tidak mau para lelaki harus menerima itu ada.
"Aku belum berguru sama mbah-mbahan loh buat bisa nebak isi kepala kamu?!" Bujuk lelaki tampan itu "Ngomong dong, biar aku tau dan kita dapetin solusi" Mata Bian meneduhkan sebelah tangannya mengelus kepala Diandra. Modus part 1.
"Hhhmmm" Tanggaon Diandra.
Rupa nya tak berhasil pemirsa! Bian tak putus asa.
Diraihnya telapak tangan Diandra, digenggan mesra dan dikecupnya lama. Modus part 2
Menyalurkan rasa yang mereka sadar itu salah, karena salah satu diantara mereka telah terikat.
Diandra luluh ditatapnya lelaki ini. "Alisa negur aku" Wajahnya nampak tak senang.
"Biarin aja! jangan dipikirin, dia emang gitu suka ngelabrak orang"
enteng banget ente ngomong bang! Batin Diandra geram mendengar tanggapan Bian.
Dia mengendus kesal, membanting pelan alat pancingnya dan berjalan menjauhi Bian.
Bian frustasi, salah apa gw? emang bener cuekin aja! salah gitu gw ngomong kaya gitu ke dia? Bian tak dapat berkata-kata. Hanya langkahnya dibuat lebar untuk dapat menyusul Diandra.
"Di, jangan kaya gini malu" Bian berusaha mensejajari Diandra.
"Auu!" Kembali kata keramat seorang perempuan keluar. Selain kata terserah menurut seorang Bian Putra Aziz kata au waah cuma dua huruf mampu membuat lelaki tidur diluar. Suguh besar bukan effectnya?.
Tangan Diandra digenggam erat, diseret menuju pohon besar diujung danau.
"Aku harus apa?" Bian kembali bersuara dengan nada lembut.
Diandra tak menatap Bian, mengacuhkan lelaki iyu. Frustasi, Bian menghela napas. Diraihnya wajah mungil itu dan cup kecupan singkat mendarat dipipi Diandra.
Mata mereka beradu tatap. Bian membelai pipi Diandra lembut, "Tunda dulu ya ngambeknya?" Lembut, sangat lembut ucapan Bian sampai Diandra tak sadar kapan bibir itu sudah terpangut bersandar dibibir mungil Diandra. Dan mereka saling mengecap serta memejamkan mata.
*********
Bersambung ππππππππ