Chereads / Y.O.U / Chapter 18 - Kerisauan

Chapter 18 - Kerisauan

"Aku takut! kali ini Alisa. Besok-besok bisa orang tua kamu atau bahkan orang tua Alisa yang negur aku karena dekat sama kamu" Akhirnya Diandra mengutarakan isi hatinya.

Diandra menyandarkan kepalanya pada dada bidang Bian. "Tenang sayang, aku jamin gak akan ada yang ganggu kamu lagi." Bian membelai halus kepala Diandra.

"Kamu yakin?!" Diandra menatap mata Bian.

Cup

Bukan menjawab dengan kecupan singkat dibibir Diandra.

"Pulang yuk? Udah mau malam gak enak" Pinta Diandra dengan senyum manis mengembang.

Bian meraih tekuk Diandra, membawa bibir mereka kembali bersatu dalam pangutan hangat dan penuh gairah. "Stop" Diandra menyetop aksi Bian yang menyusup kedalam baju Diandra.

Bian mendesah, mengenggam tangan Diandra menariknya menuju mobil.

*************

Tak disangka sudah satu bulan dua minggu Diandra berada didesa tempatnya KKN ini. Hari ini hari rabu, Diandra memasuki kantor desa karena hari ini dirinya kebagian jadwal memgajarkan para Ibu PKK membuat laporan menggunakan perangkat komputer. Bisa dibilang Diandra akan melakukan les komputer singkat untuk para ibu.

"Nah, jadi seperti ini bu cara menggunakan komputer" Diandra menutup materinya "Gampang kan bu? ada pertanyaan?" Diandra membuka sesi tanya jawab.

"Neng, komputer tea beda teu sama laptop?" Ibu 1 bertanya.

"Enggak sih bu, laptop dan komputer PC (in english) kaya gini sama koq! Cuma bentuknya aja beda" Diandra memberi jawaban.

"Oh" Kompak para ibu memberi respon.

"Ari komputer PeCe (PC penyebutan dalam bahasa) teh naon?" Ibu 2 bertanya.

"Komputer PC tuh yang kaya gini bu" Diandra menepuk lembut seperangkat komputer yang ada disampingnya "Ada monitornya" Diandra menyentuh objek dimaksud "Dan CPU" Tangan Diandra berpindah menyentuh benda berbentuk balok itu.

"Iya yak, ari laptop mah teu aya Cepu Cepuan na" Ibu 3.

"CPU (in bahasa)" Ibu 2 membenarkan ucapan sang teman, dan semua tertawa.

Hendak melanjutkan penjelasan entah mengapa mata Diandra refleks melirik kearah ibu Bian, beliau tersenyum manis dan Diandra membalas. Diandra melanjutkan penjelasan.

"Neng, bisa ngobrol sebentar?" Suara wanita paruh baya menghentikan langkah Diandra meninggalkan salah satu ruang dikantor desa ini.

Diandra menolehkan kepala "Ada apa bu?" Mamahnya Bian. Batin Diandra gelisah dan risau.

Diandra dituntun duduk berhadapan dengan berseling meja. "Neng masih gadis?" Pertanyaan yang sontak membuat Diandra menegakkan tubuhnya dan tatapan mata tidak nyaman kepada orang orangtua lelaki yang dia suka itu.

"Maksud ibu?" Diandra memicingkan mata. Terserah saat ini dirinya mau dibilang tak sopan pun Diandra tak perduli.

"Maksudnya, kamu sudah nikah belum?" Sang Ibu tertawa kecil "Kamu tau anak ibu sudah punya calon istri?" Pertanyaan yang sudah dapat Diandra tebak.

"Saya belum menikah bu! Dan saya tau kalau Bian sudah punya calon istri dan segera menikah." Jawab Diandra tegas.

"Alhamdulillah kalo neng tau Bian sudah pnya calon istri dan sebentar lagi mau menikah" Ibu Bian berucap lega " Jadi gak mungkin suka sama Bian dan deket-deket Bian lagi kan ya?!"

Shit Diandra mengumpat dalam hati.

"Ibu tenang aja, saya gak akan deket-deket Bian kalau Bian nya menjaga jarak sama saya" Diandra berusaha tenang dan tersenyum manis "Lagi pula, saya ini bukan orang yang suka menganggap lebih niat baik seorang cowo bu!" Diandra undur diri dengan sopan.

************

Tiga hari sudah berlalu, dan sudah selama itu juga Diandra mendiamkan Bian.

Telpon dan SMS dari Bian bagai hilang, menyangkut dibatang pohon tak sampai kepada si penerima. Semua tak pernah ada yang dihiraukan oleh Diandra. Bian sangat gelisah.

Bian nangkring diatas motor didepan gapura dekat rumah singgah. Dirinya terus mengamati rumah singgah berharap si cantik keluar dan akan segera dia culik.

Setelah menunggu hampir lima belas menit kesabarannya berbuah manis. Bian senang.

"Di" Teriak Bian.

Diandra menoleh dan langsung melengos. Buru-buru Bian menghampiri Diandra, "Kenapa telpon dan SMS aku gak ada yang kamu tangepin?" Bian mencengkram lengan Diandra kuat, membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Bua apa? gak penting!" Diandra menatap Bian kesal sambil terus berusaha membuat cengkraman dilengannya lepas.

"Kamu kenapa?"

"Aku cuma gak mau dianggap pengganggu Bi!" Diandra habis kesabaran "Kamu sadar gak keberanian kamu ngedeketin aku berdampak kurang baik buat aku?" Diandra berteriak.

"Ngapain dengerin mereka" Bian tak kalah keras.

"Kamu gampang ngomong kaya gitu karena kamu gak ada diposisi aku yang di cap penggoda! Perusak hubungan orang! Kamu sadar gak Bian Pitra Aziz!" Diandra menekankan ucapannya.

"Aku suka kamu! Aku mau kita lebih dari sekedar temen jalan! Aku mau kamu jadi yang special dihati aku!" Bian mengitarakan isi hatinya.

"..." Diandra tak mampu berkata-kata.

Mereka tak menyadari bahwa banyak mata yang menyaksikan adegan yang terjadi saat ini.

"Kurang ajar!" ........

**********

Bersambung 💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜