"Aku suka kamu! Aku mau kita lebih dari sekedar temen jalan! Aku mau kamu jadi yang special dihati aku!"
Diandra tak mampu berkata-kata mendapati Bian yang dengan lantang mengutarakan isi hatinya.
Diandra gamang! Dirinya bingung harus apa?! Disatu sisi, sejak awal Bian mendekatinya jujur Diandra tertarik. Bian memiliki pesona tersendiri yang mampu membuat hati seorang Diandra Arief tergerak untuk menyimpan potongan nama itu disalah satu sudutnya.
Tetapi, fakta Bian yanv telah bertunangan bahkan akan menikah segera mungkin membuat Diandra gamang dan merasa berdosa. Apa ini ujian seseorang yang akan menikah? Pikir Diandra.
Karena banyak yang bilang, jika hendak menikah ada saja ujiannya. Dari sering ribut hanya karena masalah yang remeh temeh. Sampai, hadirnya orang ketiga. Dan disini lah Diandra berada. Masuk dalam drama 'ujian pranikah'.
Diandra menarik napas dalam. Saat ini Diandra sangat membutuhkan oksigen dari pada aquwwoo untuk mengatur kerja otaknya agar kembali fokus, walau air bisa membawa oksigen masuk keotak sebenarnya.
"Bi" Diandra melemah, bahkan dirinya menyebut nama Bina dengan sangat lirih sambil melepaskan genggaman Bian ditangannya "Pikir baik-baik! Kamu sadar apa yang ucapin barusan akan bermakna apa buat aku?" Tatapan mata Diandra menunjukan keseriusan dalam setiap kata yang akan dia ucapkan selanjutnya "Jujur aku suka sama kamu, dan aku nyaman ada didekat kamu! Tapi apa bisa kita ngejalin hubungan?" Sorot mata Diandra menuntun Bian berfikir "Faktanya, kamu seseorang yang akan menikah Bi! Jangan menggunakan ungkapan nyeleneh 'Sebelum janur kuning melengkung appaun bisa terjadi'. No! BIG NO honey!" Diandra menekankan ucapannya.
Mereka saling memandang, Bian terus menatap Diandra. "Jangan jadikan aku seseorang yang 'nista' karena merusak hubungan kalian! Apa kamu pikir aku akan bangga kamu mengucapkan cinta keaku dengan status kamu yang sekarang? Kamu pikir aku akan bahagia dengan berhasil membuat kamu suka sama aku? Kamu tahu Bi, gak ada yang bisa dibanggain dari hubungan yang dibangun dengan menghancurkan hubungan yang lainnya" Diandra menunduk sebentar dan kembali menatap Bian.
"Aku sejak awal gak suka sama Alisa, Di!" Kali ini Bian buka suara "Kami dijodohin.."
Diandra memotong ucapan Bian "Sebelum dijodohin kamu pacaran kan sama Alisa? Orang tua kamu bukan menjodohkan Bi, hanya menjembatani keseriusan hubungan kamu sama Alisa"
"Aku sayang kamu Di"
"Itu cuma sesaat Bi! Rasa suka karena melihat orang baru, bukan suka yang sesungguhnya"
"Aku yakin aku cinta sama aku Di"
"Apa yang membuat kamu yakin?"
"...." Bian diam.
"Pikir baik-baik Bi, jangan sampe nyesel nantinya! Dan jangan sampe bikin aku menjadi orang yang 'jahat' dimata orang-orang! Ketika kita bisa memperbaikin situasi kenapa harus membuatnya rumit kan?!" Diandra meninggalkan Bian.
*****************
Bian menenggak habis minumannya. Dirinya gusar. Apa sebenarnya perasaan yang dia miliki untuk Diandra? Apa benar dirinya jenuh dengan Alisa karena perasaan yang hilang atau sekedar rasa kecewa karena Alisa tak bisa menerima teman-teman Bian?.
Bian muak! kenapa sesulit ini hidupnya. Diandra hadir disaat dia sudah memiliki calon istri. Dan Alisa, wanita yang dulu Bian puja. Perlahan tapi pasti rasa untuk Alisa memudar. Entah bosan tau kecewa. Yang pasti, saat ini Bian hanya menginginkan Diandra. Hanya Diandra.
Bian terus memaksa otaknya berpikir ditengah pengaruh alkohol yang terus menghantam otaknya.
Kesadarannya mulai oleng, menggenggam gelasnya kembali, entah gelas yang keberapa.
"Mau mati nyebur kelaut sana!" Ucap Ezar sarkas seraya merebut gelas digenggaman Bian.
Bian melengos meraih botol minum keras dan menenggaknya langsung.
"Buset nih anak" Eko menggelengkan kepala.
"Diandra bener Ian! Ketika lo bisa memperbaikin kenapa gak dicoba" Ezar mencoba memberi pendapat.
"Mungkin bener kata Diandra, kalo lo suka dia karena lo penasaran aja! Inget ujian sebelum nikah itu berat Ian! Lo embg brengsek,playboy dan sering 'make' cewek! Tapi jangan bawa-bawa Diandra, Ian!" Eko menepuk bahu Bian.
Bian masih bergeming tak memberikan respon apapun.
"Bangun lo, ayo pulang!" Sarkas Ezar.
Bian bangkit dengan kondisi tidak stabil. Dirinya terjatuh.
"Diandra" Dengan kesadaran yang menipis. Nama Diandra lah yang keluar dari bibir Bian.