"Apa jadwal ku hari ini?" tanya ema pada Manejer mencakup asisten nya.
"Pemotretan di Maxwell grup setelah makan siang" jawab sari cepat namun tepat.
"Aish, malas sekali aku kesana" gerutu ema kesal lalu menghisap rokok nya.
"Kau boleh pergi, aku akan tidur sebentar" kata ema menghisap dalam-dalam rokok nya lalu menghembuskan nya di udara.
"Baik nona" jawab sari lalu keluar dari tempat istirahat ema.
Ema meletakan batang rokok nya ke asbak lalu menidurkan diri, nyata nya menghadapi Nial akan menguras emosi nanti nya.
Drt...drt...
Ema menggerutu, kenapa sari lupa membawa ponsel nya. Dengan tangan kanan ema mencari ponsel nya diatas nakas lalu mematikan ponsel nya tanpa melihat siapa yang menelpon nya.
Ema melewatkan makan siang nya karena mata nya sangat susah untuk diajak kompromi.
"Nona, 20 menit lagi kita akan ke Maxwell grup" ujar sari memberitahu.
"Aku tau" jawab emang sekena nya lalu masuk kedalam kamar mandi untuk mencuci wajah.
Ema menatap gedung tinggi dihadapan nya sekarang, takjub. Tidak, ema tidak takjub melihat gedung bertingkat dihadapan nya sekarang.
Ema melepaskan kaca mata cetar badai nya.
"aku akan masuk sendiri, kau makan siang lah" ujar ema lalu berjalan mendahului sari, tanpa menunggu jawaban dari Manejer nya itu.
Sari menatap punggung atasan nya, sari tau bahwa atasan nya itu orang baik hanya saja cara nya kadang membuat orang lain salah paham dan menganggap nya tercela. Selama 10 tahun terakhir hanya sari yang tahan dengan semua tingkah ema yang terkadang menguji emosi. Sari berbalik dan mencari caffe atau restoran untuk mengisi perut nya yang sudah keroncongan minta di isi.
"Apa nial ada didalam?" tanya ema berbasa basi pada sekretaris nial.
"Pak nial sedang sibuk, apakah sudah membuat janji?" sekretaris nial balik bertanya dengan raut wajah tidak suka.
Ema dengan santai nya masuk kedalam ruang kerja nial tanpa mendengar teriakan sekretaris nial.
"Ck. Dasar, aku hanya bertanya bukan nya minta pendapat" kata ema kesal ketika sekretaris nial berhasil menghadang nya.
"Minggir" ujar ema menekan suaranya.
"Tidak, anda boleh keluar sekarang" balas sekretaris nial masih kekuh pendirian.
"Key kau boleh keluar!" ujar nial membuat ema tersenyum meremehkan kearah key.
"Tapi pak, dia..."
"Kerjakan saja tugas mu, sialan" ujar ema melewati key dan dengan sengaja ema menyenggol bahu kanan key.
"Saya permisi pak"
Nial terus menatap ema hingga wanita itu duduk disofa dengan santai nya. nial menghampiri ema.
"Dimana kau letakkan ponsel mu?" tanya nya tampak serius.
"Entah lah, mungkin di tas" jawab emang santai, tapi tidak dengan nial dia mengambil ponsel ema dari tas wanita itu lalu melempar nya asal hingga ponsel ema pecah berantakan.
Ema melotot kearah nial, ia langsung berdiri lalu memunguti ponsel nya. Sial, ponsel nya benar-benar hancur tidak ada cela lagi untuk diperbaiki.
"Kau berani-beraninya melemparkan ponsel ku" ujar ema kesal menghampiri nial sambil menunuk wajah nial lancang.
"Biarkan saja, salah siapa punya ponsel tapi tidak digunakan. Tidak berguna" jawab nial mengangkat kedua bahunya.
"Benda yang kau katakan tidak berguna itu baru kemarin aku beli sialan!" teriak ema mengambil kerangka ponsel nya lalu melemparkan kewajah nial.
"Kau!" ujar nial geram menunjuk wajah ema.
"Aku apa? Hah?" tantang ema mendekat kan wajah mereka.
"Berani nya melempar ku"
"Kenapa tidak berani? Aku hanya ingin membalas nasib ponsel ku yang kau lempar. Itu saja, salah?"
Cup
Ema mengecup sekilas bibir nial.
"Kau kurang ajar sekali ya" ujar nial lalu melumat bibir ema mesra, nial mengigit bibir ema agar ia bisa leluasa masuk kedalam mulut ema.
Ema mengalungkan tangan nya keleher nial, ema sadar betul ia salah karena tidak mengangkat telpon dari nial, alih-alih mengangkat ema malah mematikan ponsel nya.
"manis sekali bibir ini" ujar ema genit lalu berjalan menuju meja nial untuk memanggil key.
"Tolong ambilkan kotak p3k" ujar ema duduk disebelah nial.
"Baiklah" jawab key lalu keluar ruangan.
Cup
Ema mencium kening nial yang terkenal lemparan nya tadi.
"Bagaimana tidak sakit lagi kan?"
"Pintar sekali bibir itu"
"Tentu saja harus pintar"
"Kapan-kapan akan ku jahit bibir itu agar tidak lagi membantah ku" kata nial
"Kalau kau jahit bagaimana aku mencium mu?"balas ema masih tidak mau kalah.
"Ku buka lalu ku jahit lagi, mudah kan"
"Kalau begitu akan ku potong tangan my agar tidak bisa menjahit mulut ku" jawab ema tersenyum mengejek lalu mengambil kotak p3k dari key.
"Kau boleh pergi" kata ema ketus.
"Kau!"
"Sudah lah jangan coba-coba bermain kata dengan ku, karna kau akan kalah" ujar ema mengobati luka di kening nial.
Cup.
Sekali lagi emang mencium kening nial. Membuat nial terpana sesaat.
"ah, aku terlambat. Nanti aku kesini lagi mengambil ponsel ku, kau harus mengganti nya oke" ujar ema keluar dari ruang kerja nya.
Nial bingung hubungan apa yang mereka jalani sekarang ini, ema tiba-tiba mau saja membantu nya untuk melupakan aletha yang notebe nya adik dari ema.
Sedangkan di luar ruangan, ema dengan sengaja bercermin lalu memengang bibir nya.
"Ais, dia kasar sekali" ujar nya membuat key menjadi panas dan marah
Selama ini key memang sudah lama mengincar nial, mengincar dalam artian benar-benar mencintai nial. Ia bahkan dengan sengaja menolak ajakan ayah nya untuk bergabung di perusahaan ayah nya.
Tapi lihat lah sekarang, tiba-tiba saja orang luar datang mencoba mengambil milik nya.
__
Tbc..