Chereads / Aku Kamu dan Masa itu / Chapter 2 - Kau menolak dengan tingkah yang lembut

Chapter 2 - Kau menolak dengan tingkah yang lembut

dari Author

Banyak yang bilang kisah ini seperti teka teki, tapi kalian akan memecahkan banyak misteri cerita yang tersembunyi setiap membaca perchapter selanjutnya

selamat membaca

____________________________

POV BEY

Aku masih malas beranjak dari kasur. Dari balik selimut mata ku melirik ke arah Willa dan Dina. Mereka berdua sibuk merapikan diri dan bersiap berangkat kerja. Persis seperti karyawan kantor yang memulai hari dari pagi buta seperti ini.

Dina berhenti menepuk nepuk kulit wajahnya sejenak.

" Bey, lu kenapa ? " tatapan heran Dina menyelidik raga ku yang terlihat malas. Willa mengambil duduk di sisi ranjang ku dengan telapak nya yang lembut dia mengelus kepalaku. Aku membenamkan kembali kepala ke bantal dengan malas. Perasaan ku sedang tidak enak sekali. Rasanya mood ku benar-benar tak bisa kompromi.

Ini pertama kalinya aku merasa seperti ini. Perasaan yang membuat malas dan enggan melakukan apapun karena ada semacam kekecewaan di dalam sini. Di dalam dada ku !

" yaudah lu istirahat, gue sama Willa berangkat, tapi lu gapapa sendirian ? " aku menggoyangkan kepala menjawab pertanyaan penuh perhatian Willa. Anggukan ku yang pelan membuat senyum tipis di bibir kedua sahabat ku itu. Keduanya melepaskan ku sendiri di kamar berukuran cukup luas ini.

" bae-bae ya Bey " Willa menepuk pundak ku. Dia seolah sedang mengingatkan sesuatu. Aku sedikit memiringkan kepala mencoba melihat Willa dan Dina yang pergi meninggalkan senyum dan menghilang dibalik daun pintu. mereka menarik handle dan pintu di tutup rapat.

Tapi tadi sebelum menutup pintu kamar dengan sempurna aku jelas masih bisa mendengar suara Dina yang meninggalkan pesan konyol untukku.

" bae-bae ama tetangga ! " teriaknya menggodaku. Terdengar derap suara langkah Willa dan Dina berlalu dan semakin menjauh. Sepertinya mereka sudah meninggalkan gedung kosan tua ini. Aku membalikkan badan hendak melanjutkan tidurku.

Ah, sepertinya badan ku malas sekali hari ini. Perasaan ku tidak tenang. Aku berharap tidak ada hal buruk yang akan menimpa keluarga ku. Orang bilang seperti itu. Jika ada perasaan resah akan ada hal buruk pada keluarga kita. Anggaplah itu hanya mitos ! tapi aku tak bisa mengabaikan juga.

Aku merasakan sesuatu yang lain di dalam hati ku. Mengapa seperti ada yang mengganjal di dalam hati ku. Sesuatu.. tapi apa ? aku bahkan tak bisa mengerti.

Malam tadi pun begitu. Bahkan aku tidak bisa tidur nyenyak. Apa karena suasana yang lain dari kamar ku. Tapi di malam pertama aku malah sudah merasa nyaman. Entahlah ! aku juga tak mengerti akan perasaan gamang ini.

Sekarang pun begitu. Berapa kali aku mengganti posisi tidur ku. Berbaring ke kiri, ke kanan, telentang, tetap saja mata ku enggan terpejam.

Aku segera bangkit dari kasur. Menarik kursi dan melihat buku-buku di meja. Mungkin belajar akan membuatku rileks. Mungkin.

" please.. konsen! " teriakku pada diri sendiri.

Seperti nya pikiran ku saat ini sudah sangat tak jelas berjalan mengarah kemana. Walau sudah mencoba memfokuskan diri dengan buku buku pelajaran. Bahkan menyapu. Mengepel dan merapihkan tempat tidur.

Aku sudah berusaha menyibukkan diri tapi sosok itu lagi-lagi mengganggu alam bawah sadar ku. Bayangannya terus saja melintas dalam pikiranku. Aku benar-benar tidak bisa melupakan bayangan diri nya.

Sosok yang mencuri pikiran ku. Apa dia juga sudah mencuri semangat hidup ku ? yang benar saja. Bayangan wajah nya yang tiba-tiba muncul dihadapanku. Sebentar datang, sebentar pergi, lalu datang lagi ! aku menggeleng berusaha menghapus bayang bayang si tampan itu.

Tapi kini malah berganti menjadi bayangan tubuhnya. Pundaknya yang lebar. Bahunya yang tegak. Gaya berjalannya. Sikapnya yang cuek. Semua itu masih menempel dengan amat sangat jelas di kepala ku dan terus menghantui pikiran ku.

deg.. deg.. deg...

Dengan mengingat bayangannya saja membuat jantungku berpacu tak menentu. Membuat wajahku terasa hangat dan memanas. Aku benar-benar sudah menyukai orang itu !

Aku menyukai orang itu ? aku tak bisa percaya ini !

" AAAAKKKKKHHHH !!!!! "

Tanpa sadar aku berteriak histeris sendiri. Aku masih mengingat jelas sosok dia dan kepalaku masih menyimpan ingatan jelas pergumulan mesra pasangan di kamar sebelah waktu itu. Dahi ku berkerut, apa hubungan mereka ? apa hubungan pria itu dan suara pasangan yang memadu kasih di sana. Apa kah itu dia ? aku merasa sedih.

Ini ingatan yang menyedihkan sekali. Mendengar suara orang yang sedang making lo*ve dan anda jomblo ! dengan perasaan yang bergetar dan mendengar pergumulan mesra pria impian mu itu sungguh tak masuk di akal !

Apa mungkin itu suara pria itu dan pacar nya ? dugaan di kepala ku ini sungguh membuat perasaan ku semakin gamang. Kecewa dan tak jelas ! apa mungkin pria itu sudah punya pacar ? dan mereka. Ah, aku sudah tak sanggup lagi membayangkan.

hiks.. jadi dia, aaaahh... !!! akal ku sulit menerima semua itu.

tok... tok.. tokk..

Ada yang datang dan sepertinya sedang mengetuk pintu kamar ku. Membuat aku segera bangkit dan bergegas memutar handle pintu. Seseorang bersender di tembok sisi pintu kamar ku. Aku mengeluarkan setengah badan untuk melihat jelas sosok itu.

Sosok yang membuat mata ku membesar. Kehadirannya sontak membuat jantung ku berpacu cepat. Membuat diri ini tidak mampu mengontrol mimik  wajah ku. Kira-kira ekspresi ku saat itu seperti apa ya ?!

Dia menoleh. Melihat ke arah aku yang berdiri gugup. Matanya sedikit menyipit seperti menyelidik. Sementara aku masih tertegun. 

Dia mulai mulai beranjak dan mengangkat bahunya yang bersender di tembok. Kini badan kami berhadapan dan aku hanya sebahunya. Ah, dia benar benar tinggi

dan wajah nya itu.. Damn ! dia super tampan.

Kepalanya sedikit di miringkan hingga tatapan nya menyapu tubuh ku dari atas hingga ke bawah. Apa kau sedang memastikan keadaan ku ?

Aku tidak bisa berhenti menatap wajahnya. Pesonanya membuat ku terpaku. Aku tak percaya dengan raut tampan pada wajah di hadapanku saat ini. Bibirnya perlahan mengembang. Dia tersenyum dalam diam diantara kebersamaan kami yang aneh ini.

OMG !! wajah dengan senyuman itu ganteng bangeeet. Kebangetan!

Wajah nya sungguh penuh pesona yang tak kan mampu di tolak oleh mata gadis terutama untuk ku. Dia tersenyum singkat dan berlalu dari hadapan ku.

Dia berlalu dari hadapanku begitu saja.

Aku melihat punggungnya. Punggung yang lebar. Bahu yang tegap. Dia bahkan mengangkat tangannya seolah melambai kepadaku tapi matanya lurus menatap ke depan tanpa menoleh sedetikpun pada ku.

Dia benar-benar tampan dan hot!

Aahh.. tiba tiba aku teringat suara malam itu. Suara pasangan mesum di malam itu. Membuat wajah tersipu ku berubah jengkel ! Apa mungkin dia orang nya ?!

Layar ponsel ku menyala. Membuat langkah ku segera kembali ke kamar dan meraih ponsel ku. Ternyata pesan singkat dari Dina.

" Bey, gue sama Willa ikut obos ke Bogor. Mungkin pulang malem, jangan lupa maem ya bey... muuuach !!! "

Baru saja aku akan membalas pesan Dina. Pesan berikutnya dari Willa mencuri mataku.

" Bey, tiati sama sebelah "

Aku tertawa sendiri membaca pesan singkat Willa. Apa itu semacam peringatan ? karena suara mesum malam itu sekarang kami beropini negatif terhadap penghuni kamar kos itu. Tapi pesan Willa jelas dia sedang berusaha menghiburku.

Tiati sama sebelah ! Aku mengulum senyum. Tapi.. Will, Din, aku jadi semakin penasaran dengan penghuni kamar sebelah itu.

****

Sepagi ini aku sudah mencari sosok nya. Rassanya hatiku bergetar semakin hebat. Aku mencoba beberapa kali menoleh ketika ada yang melintas. Lagi dan lagi aku kecewa karena itu bukan dia.

Aku ingin melihat nya lagi hari ini. Itulah mengapa saat ini aku sedang berjalan menyusuri lorong kos dengan perlahan- lahan. Mata ku terus mencuri curi lirik lorong yang sudah kian lenggang dengan kesibukan penghuni nya. 

Aku berharap bisa bertemu lagi dengannya. Langkah pelan ku berhenti pada ruangan tepat di sebelah kamar ku. Aku bisa melihat pintu kamar itu terbuka. Langkah ku berhenti tepat di depan pintunya.

Wangi.. aroma ruangan kamar nya kali ini lain dari bau kemarin. Kamar ini berubah, bukan seperti hari yang lalu. Hari ini tercium wangi segar dan tertata rapi.

Aku tak melihat sampah yang berserakan di lantai juga baju yang menggantung. Mataku menyapu sekeliling sekali lagi. Sekedar tak percaya dengan perubahan seisi ruangan terlalu kontras.

Ada seseorang yang memejamkan mata di sofa bean. Tangannya bergerak seolah mengikuti irama. Sepertinya dia sedang menikmati musik dari earpod.

Dia tidak menyadari keberadaan ku.

Aku tersenyum menatap wajahnya yang tampan dan aku benar-benar telah jatuh hati padanya. Perlahan- lahan aku memasuki kamar itu. Aku ingin melihat wajahnya dengan jelas. Dia yang merebahkan diri dengan baju kaos putih dan jeans hitamnya.

Aku sedikit membungkukan badan. Wajah ku kini tepat di atas wajahnya. Aku bisa melihat garis wajahnya yang tegas membuat senyuman ku berkembang.

" dia sangat tampan " bisik hati ku berkali kali.

Perlahan aku bisa melihat jelas dia membuka matanya dan tatapan mata kami bertemu. Untuk beberapa saat dia hanya terdiam sama seperti ku.

Kami mematung. Sorot matanya yang jernih dengan bola mata hitam yang pekat dan aku menikmati sorot mata dalam itu. Bahkan aku bisa melihat bayangan wajahku di pantulan bola matanya. Aku bisa melihat senyum dan rupa ku di bola mata hitam itu. Tangannya seketika menggapai leherku dan aku masih terdiam.

Aku merasakan tangan itu menyentuh anak rambut di leher ku. Membuatku kulit ku menghangat karena telapak tangannya dan perasaan aneh yang menerpa tubuhku seketika. Aku tersenyum.

Aku merasakan tangan hangat itu dileherku dan kehangatan yang menjalar seketika di dalam tubuhku. Kehangatan yang membuat aku menahan desah karena sensasi aneh yang ku rasakan. Kehangatan yang membuat suhu tubuh ku memanas. Ini pertama kalinya.

Apa aku sedang sakit ? bahkan bukan hanya kulit ku yang terasa hangat. Kini hati ku pun menjadi panas dan rasanya mau meledak. Dada ku seketika terasa  sesak. Hati ku seperti mengharapkan sesuatu dari nya. Tapi apa ? aku seperti pernah mengenal sorot mata itu.

Dia tersenyum. Senyuman yang menggoda.

Dia mendekatkan wajahnya hingga aku bisa merasakan nafas nya menyentuh kulit wajahku. Hawa hangat dengan angin kecil menerpa kulit wajah ku. Membuat aku terpejam.

Lalu..

Lalu dia bangun dan berdiri. Merenggangkan badan dengan santai. Sementara aku yang berdiri di belakang tubuhnya. Aku bisa jelas mencium wangi parfum nya. Aku mencium aroma dia. Tanpa sadar aku memejamkan mata sekali lagi dan menghirup aroma kamar ini. Aku menikmatinya.

" siapa nama mu ? " badannya berbalik ke arahku dan mendaratkan kedua tangannya di bahuku. Dia sedikit membungkuk supaya wajah kami bisa bertemu.

" Bey " jawab ku dengan suara pelan.

Dia tersenyum lagi. Aku benar-benar tidak tahan melihat senyumnya. Dia sangat menggoda.

" jangan menyukaiku " pintanya dengan senyum sekilas dan volume suara rendah. Kalimat lembutnya menggelitik telinga ku.

" aku tidak sebaik kehidupan mu.. " bisiknya di telingaku. Suaranya yang menghembuskan nafas hangat membuatku merinding. Apa yang kau katakan ? tapi aku sudah menyukai mu !

aku menunduk melihat ujung kakinya. Entah perasaan apa yang ada dalam diri ku saat ini. Aku hanya ingin menyukainya. Aku mencubit ujung saku celananya. Meminta perhatiannya.

" Aku hanya... " Aku mengangkat wajah ku mencoba menatap wajahnya. Bibirnya yang tersenyum lembut membuat aku hilang akal. Bibir itu juga seperti menggoda mata ku. Dia menggapai rambut depanku dan menyisir dengan jarinya perlahan sekali.

Semua tentangnya sungguh menggoda perasaan dan jiwa ku. Aku tak bisa melepaskan mu lagi. Lagi ?

" Bey. Adek kecil tidak boleh nakal.. " walau tak mengerti dengan ucapannya aku tetap tersenyum kecil. Aku terlalu terpesona dengan diri nya.

Apa maksudnya? dia mendorong tubuhku keluar dari kamarnya dan menutup pintu dengan cepat. Lagi dan lagi aku hanya terkejut dan terdiam. Kemarin dia menghalau mata ku dari bias mentari membuat ku merasa istimewa. Tapi langkah cueknya membuat mata ku enggan berpaling dan kini. Sisiran jarinya dengan sentuhan hangat dan lembut. Bagaimana aku bisa melupakan mu. Kau justru membuat ku semakin penasaran pada mu.

Hati ku terlalu banyak bunga hingga terasa sesak. Jantung terlalu berpacu cepat hingga lelah. Kau membuat aku merasakan perasaan indah yang tak pernah sebelumnya. Aku tak bisa untuk tidak bersama dengan mu. Begitulah harapan ku.

***   ***

POV MARIO

setting

Mario meletakkan earpod nya di meja dengan hati hati. Bibirnya tersenyum kecil dan ekspresi wajah nya terlihat senang walau dia sengaja membatasi raut gembira itu. Tubuhnya bersandar pada sofa. Matanya melayang jauh. Mengingat lagi hari yang lalu.

Bertemu diri mu..

Aku melihatnya hari itu. Dia menggandeng ayahnya dengan hangat dan ibunya yang tersenyum juga sahabatnya yang selalu terlihat tertawa bersama. Aku melihat mereka. Mereka yang bahagia tanpa cela. Pasti menyenangkan hidup seperti itu.

Aku tersenyum. Entah senyuman apa. Aku hanya terpaku pada wajah mungilnya. Dia tidak banyak bicara. Wajahnya ceria. Sesekali tersenyum dan tertawa.

Mereka memasuki rumah kost dimana aku juga tinggal dan ku dengar dia akan tinggal di sini walau untuk sementara. Kau tahu betapa menantinya aku saat ini. Akhirnya kita bisa bertemu lagi !

Ku lihat mereka dari balik pintu. Mereka memilih kamar di sebelah kamar ku. Entah kenapa aku tersenyum. Aku menatap wajahnya lagi. Wajah yang seolah melekat dalam ingatan ku.

Dia tersenyum dan mencium ayah dan ibunya.

Tangan ku menyentuh pipi. Aku bersender di belakang pintu kamar ku sambil memegang pipi ku. Apa itu terasa hangat ? apa sentuhan orang tua itu terasa hangat, mungkin.

Aku ingin melihatmu, lagi.

Hari pun berlalu. Entah mengapa hari ini aku bersemangat memulai hari senin, ternyata.

Aku melihat wajahnya lagi. Hatiku berteriak gembira.

Senin ku terasa lebih ceria. Aku bisa melihatnya lagi. Wajahnya yang menatap langit, matanya yang menyipit karena silau, tangan mungilnya yang menutupi cahaya.

Aku berdiri di hadapannya begitu saja. Aku hanya ingin menghalau cahaya yang menyilaukan matanya. Harusnya aku tak melakukan itu. Aku terlalu ikut campur tapi hati ku hanya ingin melakukan hal kecil untuk mu dan aku tak bisa menahannya.

Aku juga ingin menyapanya tapi sapaan matahari lebih hangat untuknya. Bagi ku kehangatan mu biarlah terus menyelimuti kebahagiaan dan jangan pernah membeku oleh kehadiran ku.

Weekend ini saatnya aku pulang ke rumah. Rumah tanpa ayah dan tanpa ibu. Tak seperti dirimu. Rumah tanpa sahabat yang selalu bersama seperti dirimu.

Seperti biasa aku enggan pulang. Semangat ku kini ada di sini. Di kamar kecil ini. Semangatku karena ada dirimu. Gadis dalam mimpi panjang ku.

Hari itu aku mendengar teriakan mu. Itu membuat dadaku bergetar ! aku mengkwatirkan dirimu. Tanpa sadar aku berlari dan aku sudah di depan kamarmu. Lagi dan lagi aku melangkah mendekati mu. Harusnya aku menjaga jarak kita. Sungguh aku tak ingin kau dekat denganku. Tapi rasa khawatir membuat aku mendekatimu.

Hiduplah dengan cahaya mu. Karena aku hanya akan meredupkan kehidupan mu.

Aku menutup pintu kamar dengan segera. Gadis kecil itu sudah kusuruh pulang ke tempatnya. Walau aku ingin mengenal mu tapi diriku tak bisa melakukan itu.

Aku masih bingung kenapa kau masuk ke kamar ku ? gadis itu diluar kendali. Dia sangat berani. Kau tahu itu sangat berbahaya untuk mu. Kau masih kecil dan polos tapi kau berani masuk ke sini. Beda sekali dengan tampilan mu. Tingkah mu tadi sungguh berani.

Aku tersenyum membayangkan wajah mungil dan tingkahnya yang spontan. Dia berani masuk ke dalam kamar ku dan membuat dadaku terus bergetar hebat.

" Bey... "  Aku mengulang namanya dan terus bergumam. Gadis yang cantik dan lugu. Aku tidak akan tega jika harus melumat bibir mungilnya yang masih polos itu.

Dia sangat menawan hatiku. Aku tak bisa tidak jatuh hati padamu aku selalu menyukai diri mu dari dulu.

Saat kau di kamar ku. Saat itu aku berusaha menahan diriku. Menahan tanganku, menahan emosiku. Padahal aku selalu menanti semua itu.

Saat melihatmu. Saat menyentuhmu, ini pertama kali nya bagiku dan itu berat. Aku tak pernah selemah ini untuk berhadapan dengan wanita. Mereka tak bisa mencuri degub jantug ku. Mereka berbeda dengan mu. Aku hampir saja melupakan batasan ku saat kau hadir dalam kamar ku, hey ! aku ini pria dewasa. Kau harus tahu itu.

Triiiingg.....

Sofia !

Aku malas mengangkat telfon dari cewek ini. Terakhir dia meninggalkan banyak sampah dan alat kontrasepsi di kamarku.

triiiingg....

Ini kali ke lima belas panggilan telponnya, dengan terpaksa aku harus mengangkat nya.

" hallo.. "

" Beb ko ga angkat- angkat sih !! weekend ini lu pulangkan, please tinggalin kunci yaaa... "

" Maaf Sof, aku ada tugas kuliah dan waktunya sudah dekat, kau sewa hotel saja ! " Aku mencoba membuat alasan untuk menolak kemauan Sofia yang selalu saja berakhir memaksa.

" aaahhhh.. lu maah..... " Aku mematikan telfon cepat. Merebahkan diri di kasur ku biarkan lah layar ponsel ku yang terus menyala. Pasti Sofia lagi dan pada akhirnya aku tak bisa mengabaikan mau nya.

" iyaaa. iyaaa. kau bisa pakai kamar ku " jawab ku singkat lalu meletakkan ponsel kembali. Aku merebahkan diri lagi. Wajah cantiknya yang mempesona berganti dengan wajah memaksa Sofia. Ah kenapa kau hadir saat dia ada di kepala ku sih, kacau !

sampai kapan harus seperti ini ?

***    ***

POV BEY

setting

Bey kembali ke kamarnya dengan langkah enggan. Gadis itu sesekali menoleh ke arah kamar Mario yang tertutup rapat. Dia merasa kecewa tapi kembali ke kamar nya itu adalah permintaan si tampan

-

-

Langit-langit kamar seperti berputar. Apa mereka juga meledek tingkah konyol ku ?

Aku kenapa sih tadi. Tubuhku sungguh sudah lepas kendali. Aku benar-benar sudah gila. Sudah hilang akal ! aku berani melangkah masuk kamar pria asing.

Ya ampun. Apa yang dia pikirkan tentang aku. Pasti dikira aku gampangan. Pikiran ku terus saja berkelut dengan praduga karena kelakuan diambang batas ku. Masuk ke kamar pria asing. Benar benar kacau lah !

Aku terlalu lelah tanpa sadar aku sudah lama terlelap. Saat aku membuka mata Willa dan Dina sudah serada di sini bersama dengan ku.

" Bey lu tidur mulu.. " Willa menyodorkan makanan ke arah ku, aku mencicipinya.

" eh weekend nih, kita kemana kek.. " usul Dina.

" males ah, belom nemu yang ganteng-ganteng ! " seru Willa dengan senyum penuh arti.

Aku pun ikut tersenyum. Senyuman dengan perasaan getir. Aku ingin bercerita mengenai perasaan ku pada Willa dan Dina tapi aku harus mulai memberitahu mereka darimana ? 

Aku berpikir sekali lagi. Mungkin nanti ada saat yang tepat untuk menceritakan perasaan tak menentu ku saat ini. Begitulah pikir ku. Atau sekaranglah saat yang tepat itu ? aku bingung sendiri. Tapi suasana sepertinya sedang asik. Mungkin aku harus berbagi cerita dengan kedua sahabat ku ini.

Baru saja aku menarik nafas panjang dan hendak bercerita tiba tiba.

Triiiingg.....

Suara ponsel Dina memotong niat ku. Beberapa saat Dina menepi di pojok kamar meninggalkan kami. Dina terlihat serius dengan obrolan di ponselnya. Aku dan Willa menyimak dalam diam. Tak lama Dina kembali dengan wajah yang panik dia menghampiri ku yang masih bersama Willa.

" Bey, Will sorry. nyokap sakit, gue mesti balik dulu " serunya dengan wajah cemas yang jelas terukir.

" serius Din, nyokap sakit apa ? " Willa tak kalah panik. Gadis itu langsung beranjak dan menghampiri Dina mencoba menenangkan.

" Kamu mau naik apa jam segini ? " Aku melirik jam tangan. Sekarang pukul  sembilan malam. Sangat riskan jika keluar sendirian di malam hari seperti ini.

" Bey, gue nemenin Dina ya, lu gimana ? " Willa memberi saran dengan wajah cemasnya. Aku jelas mengerti itu.

" Aku... " belum selesai aku mengeluarkan pendapat Dina sudah memotong kata- kataku

" laporan buat obos gmn ! " tanya Dina khawatir antara harus pulang atau meneruskan tugas. Dia jelas cemas.

Aku dan Willa saling bertatapan. Dina jelas mencemaskan ibu nya yang sakit. Sementara tugas sekolah harus segera di selesaikan dalam waktu yang telah di tentukan.

Akhirnya setelah perundingan yang memakan waktu hingga  tiga puluh menit dan hari semakin malam. Keputusan bersama adalah Willa dan Dina akan pulang. Sementara aku harus stay karena besok harus membuat laporan tugas sekolah. Lagipula hari ini aku sudah dapat hari libur.

" bae- bae ya Bey.. " Willa masih sempat meninggalkan pesan konyol sambil melambaikan tangan.

" iyaaa... bae-bae ama tetangga kan.. " jawabku menimpali pesan Willa dan Dina, aku tertawa kecil.

" salam untuk mamah Din, cepat sembuh.. " Willa dan Dina pergi dengan taksi yang segera menjemput. Mereka hilang dalam gelap malam meninggalkan aku sendirian di sini. Dan malam ini aku harus sendiri !

Aku masih termenung di tinggal mudik kedua sahabatku itu. Suara riuh di kamar ku tiba tiba senyap. Itu rasanya aneh.

Langkah ku gontai menapaki loromg lantai tiba tiba seseorang menabrak badan ku. Hampir saja aku kehilangan keseimbangan hingga bisa saja terjatuh. Wanita itu menerobos mengambil jalan diantara aku dan pintu gerbang.

" sorry...sorry.. " serunya singkat dan cepat

Maafnya seperti tidak tulus. Langkahnya tergesa gesa dan dengan cepat tangannya membuka pintu kamar di sebelah kamarku. Aku tertegun ! jangan bilang wanita itu ? Tanganku tertahan untuk berhenti memutar handle pintu. Perasaan ku seperti bergejolak. Mataku masih mencuri lirik ragu. Dari sudut mata aku mencuri lihat apa yang wanita itu lakukan di kamar itu.

Aku masih mencuri pandang ke kamar sebelah. Wanita itu membanting pintu,

" SLAM !! "

Waduh ! membuat shock saja. Wanita itu masuk ke kamar pemuda tampan? pikiranku mulai kemana-mana membuat dada ku bergetar hebat. Ada rasa cemas dan takut di sini. Di dalam dada ku.

Aku memutar handle pintu kamar ku tapi segera ku tahan ketika mendengar suara sepatu di belakang ku. Seorang laki-laki dengan tato menyusul memasuki kamar itu.

Aku tercengang tak percaya.

Wth, apa-apaan itu ? ada seorang laki laki lagi yang ikut bergabung ?

Aku paham ini kosan bebas tapi tolong yaaaa.. ada yang jomblo disini. Lagipula dua orang pria dan satu wanita. Bukan kah itu terlalu berlebihan ?

***

terima kasih sudah membaca sampai disini..

terus dukung dengan memberi review dan komentar berikut 5bintang di depan..

Komentar tiap tiap babnya..

Kirim power stone sebanyak2nya

beri hadiah sebanyak banyak ya agar penulis terus bersemangat dalam berkarya