Chereads / The Story of Us (Vol. II) / Chapter 40 - Sampai Jumpa

Chapter 40 - Sampai Jumpa

William menaikan sebelah alisnya melihat Teesha yang langsung meneguk habis sebotol air mineral yang ia berikan. Teesha bahkan membuat William harus kembali ke sebuah minimarket di bandara untuk membeli sebotol air mineral lagi. Tidak usah mengeluh, Wil. Kau tidak tahu kan perjalanan panjang nan melelahkan yang harus dilalui Teesha untuk bertemu dengan mu seperti apa?

"Kamu tahu darimana kalau aku ada disini?" Tanya William membuka pembicaraan.

Teesha mendelik tajam, "Kenapa gak kasih tahu aku dulu kalau kamu mau pergi?!"

"Aku udah ngasih tahu kamu kemarin, kamu ingat?" William memandang Teesha datar, "Dan aku yakin gak salah dengar kalau kamu bilang— pergi aja, aku gak peduli." William menirukan perkataan yang dilontarkan oleh Teesha kemarin.

Teesha terdiam beberapa saat dan sangat menyesali perkataannya kemarin. Jika ia tahu William akan benar-benar pergi, mungkin Teesha tidak akan mengucapkan itu kemarin. Lagipula, bukan seratus persen salahnya jika ia tidak mempercayai ucapan William kemarin. Kalian ingat kan seberapa sering William mencoba menjauhkan Teesha dari Rey? Pria itu selalu mempunyai segudang alasan yang pada akhirnya selalu tidak sesuai dengan apa yang ia ucapkan di awal.

"Terus kenapa kamu gak menghubungi aku?! Segitu gak pentingnya aku buat kamu?" Teesha yang sempat tenang beberapa saat kembali berkaca-kaca.

William masih memandang Teesha datar. Ia kemudian menghela nafas panjang, "Myria, lebih baik kamu pulang. Gak seharusnya kamu ada disini."

"Kenapa?"

William berusaha menahan diri untuk tidak berdecak kesal, "Kita udah gak ada urusan apa-apa lagi. Dan lagipula, aku yakin Rey bakalan marah kalau tahu kamu ada disini, nyamperin aku."

"Kenapa dia harus marah?"

"Tck." Dan akhirnya William berdecak kesal ketika melihat ekspresi Teesha yang terlihat santai. Apa gadis itu sengaja agar William mengakui kekalahannya?!

"Bukannya kalian udah pacaran?"

"Nggak." Jawab Teesha cepat.

"Nah makanya aku minta kamu— apa?" William memandang Teesha penuh tanya, "Kamu bilang apa tadi?"

"Nggak." Teesha menggeleng, "Siapa yang bilang aku sama Rey pacaran?"

William memandang Teesha semakin tidak mengerti, "Bukannya kemarin kalian—"

"Justru ini yang mau aku luruskan sama kamu, Wil!" Teesha menjambak rambutnya frustasi, "Rencananya aku mau kasih kamu kejutan hari ini dengan datang ke mansion kamu dan jelasin semuanya. Tapi malah aku yang terkejut karena kamu pergi!"

William terdiam dan hanya memperhatikan Teesha yang mulai berbicara, menceritakan hal yang ia lalui bersama Rey kemarin yang sebenarnya tidak mau William dengar. Tetapi, mendengar Teesha yang menolak Rey dan kembali padanya membuat perasaannya lega.

"Kamu tahu, Wil? Rey adalah pria terbaik yang pernah aku temui. Mungkin dia juga bisa jadi pria yang paling mengerti aku." William memutar matanya malas ketika mendengar perkataan Teesha.

Gadis itu kembali meneteskan air mata, "Tapi aku gak tahu kenapa, aku gak bisa lupain kamu. Kamu itu gak pernah lepas dari pikiran aku. Dan aku juga gak ngerti kenapa aku milih kamu yang jelas-jelas hobinya nyakitin terus!" Teesha meninju lengan William pelan.

William terkekeh pelan, membuat Teesha mendelik tajam ke arahnya. Tetapi sedetik kemudian William tersenyum hangat, sesuatu yang jarang sekali pria itu lakukan. Dan ini kali pertama Teesha melihatnya.

William membawa satu tangannya untuk mengusap air mata di pipi Teesha, "Apa aku akan nyakitin kamu lagi kalau aku bilang aku suka sama kamu?"

Teesha mengangguk, "Iya, kamu nyakitin aku. Jadi tolong, jangan pergi."

Teesha menatap William dalam, menatapnya penuh dengan harapan. Berharap agar William membatalkan rencananya dan tetap disini, bersamanya memulai kembali semuanya dari awal. Masih banyak yang ingin Teesha tanyakan, masih banyak yang ingin Teesha ceritakan, masih banyak hal yang ingin ia lewati bersama William, menghabiskan masa-masa SMA mereka yang indah misalnya.

William menggeleng sambil masih terkekeh geli, "Kamu pikir ini drama yang sering kamu tonton? Aku udah beli tiket mahal-mahal, gak mungkin aku batalkan gitu aja, Myria."

TUK!

William mengetuk dahi Teesha pelan, "Aku harus pergi. Ayah membutuhkan aku disana." Ia menatap lembut Teesha yang kini memasang wajah sedih. Sepertinya gadis tu memang tidak akan bisa mencegah William untuk tidak pergi.

Pria itu tersenyum hangat, "Kalau urusan disana udah selesai, aku pasti kembali." William mengusap pucuk kepala Teesha, "Aku pasti menghubungi kamu. Ketika aku balik nanti, kita mulai semuanya dari awal lagi, ya?"

Teesha mengangguk pelan, "Aku akan tunggu kamu pulang. Jangan lupa menghubungi aku kalau kamu udah sampai disana."

William tersenyum mendengar Teesha yang sudah terlihat lebih tenang dari sebelumnya.

"Jadi, sekarang coba ceritakan kenapa kamu bisa jadi bahan perbincangan ibu-ibu di bandara ini?" William memeriksa jam tangannya, "Aku masih punya waktu sekitar empat puluh menit lagi buat dengar kebodohan kamu." William mengacak-acak rambut Teesha, yang langsung dibalas dengan pukulan cukup keras di lengan William.

.

.

Untuk kalian berdua, kejarlah sesuatu yang ingin kau raih meskipun seseorang menyandung langkah mu di tengah jalan. Teruslah berusaha sampai ia berada disisimu, sampai apa yang kau inginkan menjadi milikmu tanpa memaksa dan terpaksa. Kumpulkanlah kepingan-kepingan cinta yang sebelumnya sempat berserakan tak beraturan. Biarkanlah kekesalan sebelumnya melayang pergi, dan temukanlah arti kebahagiaan yang selama ini kau cari.

Teesha melambaikan tangan sampai William menghilang dari pandangannya. Ia merasa senang tetapi juga sedih karena ia berhasil mendapatkan William tetapi juga harus berjauhan dengan pria itu. Yang perlu ia lakukan saat ini hanya bersabar. Ia yakin bisa kembali bertemu dengan William jika memang sudah saatnya.

'Wil, hatiku masih belum bertemu dengan perasaan mu. Kau sudah berjanji untuk kembali, maka dari itu tepati lah janjimu. Kini, aku membiarkan mu pergi membawa senyum itu, senyum yang jarang sekali kau tunjukan. Disini, aku akan menungumu pulang, bersama dengan perasaan itu.'

.

.

SEASON SATU - SELESAI