Chereads / The Story of Us (Vol. II) / Chapter 24 - Yang Sebenarnya

Chapter 24 - Yang Sebenarnya

Teesha melirik jam tangannya. Sudah pukul dua siang dan bel pulang sekolah sudah berdering lima menit lalu. Ia sudah janji dengan Nayara untuk pergi ke suatu tempat sesuai dengan ajakan gadis anggun itu. Teesha menunggu di depan pintu masuk gedung sekolah seperti yang Nayara minta, tetapi gadis itu belum juga terlihat batang hidungnya.

"Teesha, kami mau ke mall sekalian cari makan. Kamu ikut?" Ajak Divinia.

Sekali lagi Teesha melirik jam tangannya, "Nggak. Aku udah ada janji sama orang lain." Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok Nayara diantara lalu lalang para murid.

"Janji sama siapa?" Tanya Adrea penasaran.

"Sama—"

"Teesha!" Mereka bertiga menoleh ke sumber suara. Di depan sana berdiri seorang gadis cantik yang diketahui merupakan bendahara OSIS tengah melambai ke arah mereka.

Teesha membalas lambaian tangan dari Nayara, lalu kembali menoleh kepada dua temannya, "Janji sama dia."

"Tumben kalian pergi barengan. Ada apa?" Adrea yang semakin penasaran. Pasalnya Teesha dan Nayara tidak terlalu dekat, mereka bahkan tidak pernah terlihat mengobrol berdua selain tentang OSIS.

"Ada hal yang mau dibicarakan katanya." Teesha membetulkan posisi tasnya, "Udah ya, aku pergi dulu. Bye."

Adrea dan Divinia saling melempar pandangan bertanya.

Sesuai ajakannya, Nayara membawa Teesha ke sebuah toko kue yang baru saja buka. Antrian di toko kue itu lumayan panjang berhubung ini merupakan soft opening dengan diskon up to tiga puluh lima persen untuk beberapa jenis kue tertentu.

Nayara sangat menyukai makanan manis. Lihat saja matanya yang berbinar ketika melihat deretan kue di dalam etalase. Senyum di bibirnya semakin mengembang ketika ia menemukan kue red velvet yang selama ini ia cari. Dengan cepat gadis itu memesan satu potong kue setelah Teesha memilih kue tiramisu sebagai teman mengobrolnya nanti.

Beruntung tempat duduknya masih kosong karena kebanyakan orang membeli untuk dibawa pulang. Mereka berdua kemudian memilih tempat duduk di samping jendela.

Teesha melirik Nayara yang kini tengah sibuk mendokumentasikan kue red velvet miliknya. Entah berapa kali gadis itu mengambil gambar menggunakan kamera ponselnya. Teesha yakin itu untuk di posting di media sosial.

"Ya ampun ini enak!" Senyum tidak juga luntur dari wajah gadis itu saat ia melahap kue miliknya.

Mau tak mau Teesha jadi ikut tersenyum melihat tingkah Nayara yang menurutnya seperti anak kecil yang baru dibelikan mainan oleh orang tuanya. Gadis anggun itu terlihat sangat senang hanya karena sebuah kue.

"Aku lihat kamu udah baikan sama William." Perkataan Nayara yang tiba-tiba membuat Teesha menghentikan gerakan tangannya yang sedang memotong kue. Teesha memandang Nayara yang kini tengah menatapnya.

Teesha mengangguk, "Iya." Gadis itu membawa potongan kecil kue miliknya ke dalam mulut.

"Hm... Aku disini mau meluruskan sesuatu sama kamu, Teesha." Teesha kembali menatap Nayara.

Baiklah, mungkin pelabrakan bagian dua akan dimulai sekarang. Gadis itu sudah siap mendengarkan apa yang akan dibicarakan oleh Nayara karena memang sejak awal Nayara mengajaknya pergi bersama pasti karena ingin membicarakan soal William.

"Kamu pernah dengar kan kalau aku tunangannya William?" Tanya Nayara membuat Teesha terdiam beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk pelan.

"Orang tua kami berdua rekan bisnis sejak lama. Kamu tahu, William kelihatan senang saat dia tahu kalau kami berdua akan dijodohkan." Nayara tersenyum, "Kamu tahu karena apa? Karena William suka sama aku sejak dulu."

Teesha masih terdiam mendengarkan Nayara yang mulai bercerita dengan penuh antusias. Gadis itu terlihat sangat senang saat menceritakan kisahnya dengan William.

Teesha memotong kuenya dengan malas. Sejujurnya ia tidak mau mendengarkan cerita Nayara tentang kisahnya dengan William. Dan lagipula, untuk apa Nayara menceritakan semuanya pada Teesha? Apa Nayara berniat untuk membuat Teesha kembali menjauhi William?

"Pertunangan kita udah hampir terealisasikan, tapi secara mendadak harus dibatalkan karena William tiba-tiba bilang kalau dia udah punya pacar." Benar kan? Nayara memang berniat untuk membuat Teesha merasa bersalah.

Teesha pernah mendengar hal ini dari Devian saat di acara gathering pertama mereka. Teesha yang saat itu menjadi pacar pura-pura William sangat terkejut ketika Daniel mengatakan Nayara adalah tunangan William. Dan ia lebih terkejut lagi ketika Devian mengatakan pertunangan Nayara dan William dibatalkan karena William berpacaran dengan Teesha. Apa Nayara tidak tahu sebesar apa rasa bersalah Teesha saat itu?

"Kamu tahu, Teesha?" Nayara menopang dagunya sambil tersenyum menatap Teesha, "Kami semua begitu terkejut. Ayahku bahkan marah karena gak terima dengan pengakuan William yang tiba-tiba. Dan BOOMM—" Teesha terkejut saat Nayara menepuk kedua tangannya satu kali, "Acara makan malam yang tadinya hangat berubah jadi kacau. Sangat kacau."

Teesha masih terdiam. Ia terdiam karena tidak tahu harus berkata apa. Haruskah ia meminta maaf? Atau haruskah ia—

"Tapi aku berterima kasih sama kamu, Teesha."

Teesha mengernyit, "Huh?"

"Aku berterima kasih karena gara-gara kalian pacaran, aku gak harus pura-pura lagi di depan ayah." Nayara tersenyum kecil.

"Dari awal aku gak pernah setuju dengan keputusan ayah. Menurutku, tradisi orang tua yang menjodohkan anaknya demi bisnis itu konyol. Mereka bahkan gak mau tahu perasaan anaknya gimana." Senyum di wajah Nayara mulai luntur, "Mungkin orang tua William bukan termasuk orang tua yang memaksakan kehendak mereka, tapi ayahku termasuk orang yang seperti itu."

Nayara menghela nafas panjang dan kembali tersenyum, "Makanya aku sangat senang ketika William membatalkan pertunangan kami berdua. Aku senang akhirnya dia mulai mau membuka hati buat orang lain dan melupakan perasaannya sama aku."

"...."

"Tapi di sisi lain aku juga merasa kosong. Perhatian William yang begitu luar biasa yang biasanya dia berikan buat aku jadi berkurang dan tiba-tiba hilang. Kalian berdua terlihat semakin dekat, sering terlihat pergi berdua, itu bikin William jadi gak ada waktu buat aku. Dan kamu tahu? Dengan bodohnya aku cemburu."

"Aku malah kembali berusaha— bukan, aku maksa narik William kembali di sisi aku, berharap dia kembali suka sama aku dan ngasih perhatian lebih sama aku kayak sebelum-sebelumnya. Dan itu berhasil, aku berhasil membuat William kembali ke sisi aku. Hubungan kalian yang merenggang saat itu bikin aku senang, Teesha. Bukankah itu jahat?"

Ya! Kau jahat, Nayara. Kau membuat Teesha kami menangis dan galau sampai berminggu-minggu.

"Sore itu di ruang OSIS, kamu tahu William bilang apa?" Tanya Nayara yang tentu saja membuat Teesha menggeleng tidak tahu.

"Sambil meluk aku, dia bilang dia udah lupain perasaannya sama aku. Dia bilang dia udah mulai buka hatinya dan udah mulai suka sama orang lain. Dia bilang—" Nayara memberi jeda beberapa detik sebelum melanjutkan, "Meskipun orang itu gak ada perasaan sama aku, aku gak akan mundur." Ucap Nayara menirukan perkataan William.

Tubuh Teesha menegang ketika mendengar ucapan Nayara. Darisini ia baru mengetahui satu hal yang selama ini mengganggu pikirannya. Jadi, ini yang sebenarnya terjadi di ruang OSIS saat Teesha memergoki William yang tengan memeluk Nayara dan mengatakan tidak akan mundur? Astaga, ternyata selama ini ia sudah salah paham.

Teesha menatap Nayara dengan serius, "Apa tujuan kamu kasih tahu semua hal ini ke aku?"

"Mau aku kasih sedikit bocoran penting?" Nayara tersenyum, "William suka sama kamu."

Teesha sudah tahu hal itu, Nay. Kau tidak tahu ya William sudah menyatakan perasaannya pada Teesha beberapa hari lalu?

"William itu sebenarnya orang yang baik, Teesha. Diluar aja dia kelihatan gak peduli, tapi dalamnya, astaga. Jarang ada orang berhati malaikat kayak dia."

Teesha menundukan pandangannya, "Aku— Nay... aku—"

"Udahlah kita lupain aja soal William." Nayara mengibaskan sebelah tangannya, "Aku tahu kamu pasti kaget denger cerita dari aku kan? Ngomong-ngomong, aku juga pernah di labrak kakak kelas kayak kamu tadi loh."

Dan obrolan mereka berlanjut dengan Teesha yang semakin tidak fokus mendengarkan.

.

.

To be continued