Chereads / The Story of Us (Vol. II) / Chapter 4 - Back To You - Part 2

Chapter 4 - Back To You - Part 2

Teesha pergi ke pusat perbelanjaan dengan menggunakan taksi daripada minta antar supir pribadinya. Sebenarnya Teesha bisa saja minta antar supir yang stand by dua puluh empat jam di rumahnya, tetapi melihat sang supir yang sedang bersantai di halaman belakang membuat Teesha tidak enak jika harus mengganggu. Biarlah mereka beristirahat dulu, mungkin nanti saat pulang Teesha baru akan meminta mereka untuk menjemputnya.

Kali ini, Teesha memilih supermarket yang terletak di tengah kota dibandingkan supermarket dekat rumahnya. Selain isinya yang lebih lengkap, alasan lainnya karena Teesha ingin sekalian jalan-jalan. Rumahnya yang terlalu hening membuatnya tidak betah berada disana. Lagipula, sudah lama juga Teesha tidak kesini. Kalau aku tidak salah ingat, terakhir kali kau kesini bersama William kan, Teesha?

Ah, benar. Dulu ia sering kesini bersama William jika pria itu ingin dibuatkan pasta dan membeli tomat sebanyak yang ia mau. Sudah lama sekali ya, Teesha? Kau pasti rindu kan dengan semua itu?

Teesha tersenyum saat mengingat masa-masa itu. Ia ingat bagaimana keras kepalanya William. Setiap kali mereka berbeda pendapat, tidak ada salah satu dari mereka yang akan mengalah duluan. Ya meskipun akhirnya Teesha yang mengalah karena terikat perjanjian dengan pria es itu. Sifat egois William yang super menyebalkan malah membuat Teesha semakin menyukai pria itu.

Teesha kembali mendorong trolly nya, membawa keranjang belanjaan beroda itu ke etalase sayuran dan berhenti ketika tumpukan tomat sudah berada di hadapannya.

"I wanna hold you when I'm not supposed to... When I'm lying close to someone else

You're stuck... Na-na-na-na-na~" Ia memasukan beberapa tomat kedalam kantung plastik untuk ditimbang nantinya. Rencananya ia akan membuat pasta saus tomat karena rindu, sudah lama juga ia tidak membuatnya semenjak ia dan William bertengkar. Jadi kau rindu pastanya atau rindu William?

Teesha menghela nafas panjang. Seandainya memang ada keajaiban, ia ingin sekali kembali ke masa-masa dimana semuanya baik-baik saja.

"I know i'd go back to you..." Teesha masih menyanyikan penggalan lirik dari lagu Selena Gomez karena lagu itu terus berputar-putar di kepalanya.

Teesha memasukan kantung plastik bening itu ke dalam keranjang belanjaan. Enam buah tomat sepertinya sudah cukup. Ia akan pergi ke tempat timbangan dan bergegas untuk membayar belanjaannya.

"I know i'd go back to—"

Entah memang keajaiban itu ada atau memang dewi fortuna sedang berpihak kepada Teesha. Gadis itu mematung, ia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika mendapati seseorang yang baru saja memenuhi pikirannya -selain lagu Selena Gomez tentunya- kini berdiri dihadapannya.

William.

Bukan hanya Teesha saja, pria es itu juga sama terkejutnya ketika bertemu dengan Teesha. Ia sendiri tidak menyangka akan bertemu Teesha disini. Kini mereka berdua sama-sama mematung, saling menatap tanpa ada yang berbicara.

"Ha-hai, Wil." Dan akhirnya Teesha yang duluan membuka suaranya. Ia menyapa William dengan suasana canggung yang masih menyelimuti mereka berdua.

William berdeham, "Hai." Kemudian membalas sapaan Teesha.

"Kamu sendirian?" Tanya Teesha ketika ia tidak melihat ada satu orang pun di belakang William. Maksudnya, tidak ada Nayara yang berjalan bersama William. Teesha pikir, mungkin Nayara sedang berada di sisi lain supermarket ini. Biasanya gadis itu tidak pernah absen berada disamping sang pangeran es kita kan?

"Hn." Dan jawaban singkat William membuat Teesha yakin jika kini pria itu memang sedang sendirian.

Teesha mengangguk, "Oh oke. Kalau gitu, aku duluan ya." Gadis itu melambaikan tangan dan mendorong trolly nya melewati William.

Sudah? Begitu saja? Kau akan kembali membiarkan Teesha pergi begitu saja?

William, biar aku beritahu sesuatu. Kali ini kau memiliki kesempatan untuk memperbaiki hubunganmu dengan Teesha dan memulai kembali dari awal. Kau tidak perlu lagi memperhatikannya dari jauh, bertanya-tanya apa yang sedang dilakukannya, atau pun canggung jika berada di dekatnya. Aku tidak tahu apa kau akan menyesal atau tidak jika membiarkan Teesha pergi kali ini, tetapi tidak bisakah kau menekan ego mu yang setinggi langit itu untuk saat ini?

"Myria."

Teesha menghentikan langkahnya ketika suara William menyapa indra pendengarannya. Jantungnya sempat melompat ketika ia kembali mendengar William memanggil nama depannya, hal yang sangat ia rindukan sebenarnya.

Gadis itu berbalik dan melihat si pria dingin masih berdiri di tempatnya dengan tangan yang ia masukan ke dalam saku jaket.

"Ya?"

Sekarang apa? William bingung apa yang harus ia katakan kepada Teesha untuk membuatnya tetap disini. Alasan apa yang harus ia katakan?

Teesha memiringkan kepalanya ketika ia tidak juga mendapatkan jawaban dari William. Pria itu masih terdiam disana tanpa mengatakan apapun lagi.

"Wil?"

"Aku lihat di ruang OSIS ga ada makanan sama sekali." Akhirnya alasan ini yang dipakai William untuk menahan Teesha.

Teesha mengangguk, "Ah, iya. Kemarin juga waktu aku kerjain hukuman dari kamu disana, aku cek ga ada cemilan sama sekali."

Oke, apalagi yang harus ia katakan? Apa ia harus mengatakan 'Aku mau belanja, kamu harus ikut' atau 'Temenin aku belanja'

Tidak, tidak. Dua perkataan itu sangat tidak William sekali.

Teesha mengerutkan dahinya ketika ia melihat William berdecak kesal sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Teesha semakin heran ketika melihat William berjalan menghampirinya dan secara tiba-tiba mengambil alih trolly belanjaan miliknya.

"Wil?" Teesha masih berdiri di tempatnya semula saat William mulai berjalan sambil mendorong trolly miliknya.

William berbalik, "Ayo isi lemari makanan di ruang OSIS."

"Kamu ngajak aku?" Tanya Teesha heran.

William memutar matanya, "Menurut kamu, ada orang lain disini yang bisa aku ajak?" Pria itu kembali berbalik dan mulai beranjak dari tempatnya berdiri.

"Wil, tunggu!" Teesha yang baru saja tersadar langsung berlari mengejar William dan berusaha mensejajarkan langkahnya dengan pria itu.

Jika sedari dulu kau mau menekan ego mu dan lebih mengikuti apa kata hatimu, aku yakin kau tidak akan bertengkar seperti kemarin dengan Teesha.

Sudah, hentikan senyuman mu itu William. Kau membuatku kesal saja.

.

.

Teesha kembali dibuat heran dengan sikap William kali ini. Biasanya pria dingin itu bersikap seenaknya, tidak tahu aturan, tidak tahu caranya meminta tolong, bisanya hanya menyuruh ini-itu, dan hal-hal menyebalkan lainnya. Tetapi apa yang Teesha alami saat ini sangat diluar perkiraannya.

William yang super bossy tiba-tiba mendorong trolly belanjaan dengan senang hati. William yang keras kepala tiba-tiba mendengarkan pendapat Teesha soal apa saja dan berapa banyak cemilan yang harusnya ada di ruangan OSIS. Dan yang lebih aneh lagi, pria dingin sang raja iblis menyebalkan itu bahkan membawakan semua keranjang belanjaan milik Teesha dan juga miliknya tanpa paksaan.

Sungguh, Teesha bingung. Apa yang sebenarnya terjadi pada pria itu selama ini? Kemana perginya sikap angkuh William yang biasanya?

"Wil, kamu gak perlu repot-repot. Aku bisa minta jemputan dari rumah, kok." Teesha masih berusaha mengimbangi langkah William yang begitu cepat.

"Aku antar kamu pulang." William menekan tombol kunci pintu mobilnya dan bergerak menuju bagasi di bagian belakang untuk menyimpan semua belanjaannya.

"Wil—"

"Myria." William menatap Teesha tajam, "Bisa kamu buang dulu jauh-jauh sikap keras kepala kamu buat sekarang? Ini udah malem, dan aku ga mau harus nungguin lama sampai kamu dapet jemputan." William kembali memasukan kantung plastik yang jumlahnya lebih dari enam itu kedalam bagasi mobilnya.

Teesha melipat kedua tangan di dada, "Apa kamu bilang? Yang keras kepala itu kamu, Wil. Lagipula aku ga minta kamu temenin sampai jemputan aku datang. Kamu nya aja—"

"Myria." William kembali memotong perkataan Teesha. Pria itu menghela nafas panjang, "Ga usah banyak omong. Pokoknya aku antar kamu pulang."

Pria itu menutup bagasi mobilnya dan berjalan menuju kursi pengemudi, mengabaikan Teesha yang masih saja mengoceh tidak jelas.

PUK!

Ocehan Teesha terhenti ketika gadis itu merasakan sebuah kain tebal yang mendarat dan menutupi wajahnya. Ia menurunkan kain yang ternyata jaket milik William dari kepalanya, kemudian memandang heran pria yang kini tengah bersandar di badan mobil dengan santai.

"Pakai jaketnya. Udara dingin. Nanti kalau kamu sakit malah makin nyusahin." Dan pria itu langsung masuk ke dalam mobil.

Teesha masih terdiam, memandang jaket William heran. Dan tanpa ia sadari, senyum mulai mengembang di wajah cantiknya ketika mengingat ini adalah perlakuan manis William yang pertama semenjak mereka baikan. Teesha masih tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini.

TIN! TIN!

Dan senyum gadis itu memudar ketika William membunyikan klakson mobilnya dengan sangat kencang. Teesha berdecak kesal, ternyata William memang masih sama dengan William yang dulu. Si tukang merusak suasana!

.

.

To be continued