Berjuta tahun yang lalu Benua Aumerino bersatu dalam wilayah daratan yang luas. Sebagian besar dipenuhi oleh salju yang seolah abadi. Namun seiring berjalannya waktu dengan perubahan iklim, pergerakan lempeng bumi hingga bencana hujan meteor, kini Benua Aumerino terbagi atas empat wilayah. Pertama adalah Taesun yang memiliki lambang matahari. Kedua adalah Savaro yang memiliki lambang pedang kembar bersilang. Ketiga Vinji dengan lambang burung vin yang telah punah dan keempat adalah Wizun dengan lambang tongkat yang bagian atasnya memiliki tiara.
Keempat wilayah memiliki ciri khas dan kebiasaan penduduk. Pemimpin dua generasu masing-masing wilayah hidup rukun dengan saling menghormati. Namun hal itu tidak bertahan lama setelah penguasa berikutnya dari Taesun yang haus akan kekuasaan dan ingin mengklaim seluruh Benua Aumerino.
Terjadilah Penaklukan Raksasa. Berbekal kekuatan dan kemampuan militer, serta kecerdasan diplomatis yang berhasil merangkul pasukan dari pulau-pulau kecil yang tidak mendeklarasikan diri sebagai rakyat keempat wilayah membuat Taesun berhasil menguasai sebagian wilayah Savaro, Vinji dan Wizun.
Namun kemenangan itu tidak berlangsung lama, karena perlawanan yang sengit dari masing-masing wilayah. Terutama Wizun yang menurut cerita dalam buku, mengalahkan pasukan Taesun dengan membekukan diri mereka.
Taesun pun menyatakan kekalahan dan mundur ke wilayah. Namun beberapa petinggi yang telah mengorbankan segalanya untuk berperang meminta Taesun membuat teritorial tersendiri bagi mereka. Tahta penguasa tertinggi tetap pada Raja Taesun, tetapi dalam pengelolaan pendidikan, ekonomi dan sosial berada pada penguasa setempat.
Akhirnya Taesun membaginya menjadi Lexo, Naro dan Yumo. Berbeda dengan ketiga wilayah lain yang kekuasaannya absolut terpusat pada satu penguasa. Setelah menandatangani perjanjian perdamaian di Saxoriodash, yaitu kuil yang berada di pulau kecil yang berada di antara empat wilayah, seluruh penguasa kembali menjalankan kembali pemerintahannya. Berkembang dalam kehati-hatian. Menggali sumber daya alam dan membekali sumber daya manusia masing-masing.
Namun Wizun menjadi satu-satunya wilayah yang menghilang dari radar penguasa lain. Ada yang mengatakan penduduknya lenyap dalam satu malam, karena badai salju. Ada pula yang bercerita tentang persembunyian penduduk Wizun yang berada di bawah gunung es. Atau tentang perburuan penduduknya yang dipercaya darahnya memiliki kekuatan magis.
Tidak ada yang tahu, hingga tiga ratus tahun berlalu. Selain wilayah yang sulit dijangkau. Luas serta iklim yang ekstrim membuat penduduk lain tidak mau mengambil risiko demi rasa penasaran mereka.
ā¤ā¤ā¤