Chereads / Cinta Sang Lycan / Chapter 32 - USIA ENAM TAHUN (2)

Chapter 32 - USIA ENAM TAHUN (2)

Tentu saja tidak.

Kace tidak akan pernah melupakan kekejaman dirinya dan saudara- saudaranya yang lain.

Serta alasan mengapa kutukan mereka dicabut.

Sebenarnya Hope adalah sebuah berkah sekaligus kutukan.

Kace tidak bisa membayangkannya dan memilih untuk mengabaikan fakta itu.

"Aku tahu." Jawab Kace dengan suara rendah, sambil menggerutu saat dia mengalihkan pandangannya ke pemandangan kota di depan matanya, membiarkan sinar matahari menyinari tubuhnya.

Dan kemudian ada suara langkah kaki ringan yang Kace sudah sangat familiar dan sebelum sosok kecilnya muncul, aromanya telah berhasil menenangkan kegelisahan yang mulai muncul di dalam dirinya.

"Wolf!" Hope memanggil Kace saat dia memeluk kakinya. "Ayo Sekolah!" dia menyeringai padanya dan menunjukkan giginya yang kecil.

Hampir seketika itu juga, Kace menyeringai kembali padanya dan mengangkatnya dari lantai yang membuat gadis kecil itu bersorak kegirangan saat dia memeluk lehernya.

"Ayo pergi ke sekolahmu, gadis kecilku." Kace mengusap pipinya.

"Kau terlalu memanjakannya." Serefina menyipitkan matanya. Tidak terlalu suka cara Kace memperlakukan Hope. Dia tidak ingin gadis kecil itu tumbuh menjadi wanita yang lemah, yang akan bertindak bodoh.

"Dia adalah pasanganku, tentu saja aku akan memanjakannya." Kace menatapnya dengan tatapan yang mengatakan; Apa yang salah dengan itu?

Serefina hanya bisa mendengus dan mengikuti mereka berdua kembali ke dalam.

Kace sedang membantu Hope dengan tali sepatunya dan Serefina sedang menikmati kopi paginya ketika dia bertanya.

"Aku tidak melihat Lana, dimana dia?" Kace tidak mengangkat kepalanya dari sepatu Hope, tetapi dia baru menyadari bahwa Lana tidak ada.

Ketika dia memasuki apartemen, dia masih bisa mencium baunya, tapi sekarang tidak ada, seolah- olah dia segera pergi begitu Kace datang.

"Dia sedang menjalankan tugas dariku." Serefina menjawab dengan ringan, menyesap kopinya. Dia telah memperingatkan gadis itu untuk menjauh sejauh yang dia bisa dari Kace dan tampaknya Lana menanggapi nasihat itu dengan serius.

Yah, itu untuk kebaikannya sendiri.

"Hm…" Kace tidak melanjutkan masalah ini saat dia menyelesaikan simpul di sepatu Hope dan membawa tas kecilnya di pundaknya sebelum dia membantu gadis kecilnya untuk berdiri. "Aku akan mengantarnya ke sekolah, tapi sepertinya aku tidak bisa menjemputnya."

"Lana atau aku akan menjemputnya." Serefina tahu apa yang ingin dikatakan Kace.

"Pastikan kau tidak terlambat." Ada nada peringatan yang bercampur dalam suara Kace. Dia tidak mempercayai sang penyihir dalam hal ini, mengetahui kepribadiannya, dia bisa muncul berjam- jam setelah sekolah berakhir dan Hope harus menunggu untuk waktu yang lama.

"Aku tahu, aku tahu ..." Serefina melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh, bahkan tanpa melihat ke arah Kace.

Namun, dia merasakan seseorang menarik lengan bajunya dan ketika dia mengalihkan perhatiannya, Hope berdiri di sana, meminta Serefina untuk sedikit membungkuk.

"Apa yang kau inginkan?" Serefina mengerutkan kening, namun dia masih sedikit membungkukkan tubuhnya sehingga telinganya bisa mencapai mulut gadis kecil itu.

Dan kemudian, ciuman lembut mendarat ke pipi sang penyihir saat suara kekanak- kanakannya terdengar di telinganya. "Aku akan pergi ke sekolah, bye Serefina."

Kace, yang menyaksikan seluruh kejadian ini, cemberut tidak senang dengan tindakan Hope. "Kau tidak harus menciumnya."

Wajah Serefina tidak menunjukkan reaksi apa- apa atau dia mengatakan sesuatu atas ciuman Hope, hanya ketika terdengar suara pintu ditutup, dia menyentuh pipinya yang telah dicium oleh gadis kecil tersebut.

==============

"Apa kau akan baik- baik saja jika aku meninggalkanmu sendirian di sini, sayang?" Kace memandangi gedung yang dipenuhi anak- anak seusia Hope, mereka juga ditemani oleh orang tua mereka, ada yang hanya ibu atau ayahnya dan ada yang diantar oleh keduanya.

"Iya." Hope bisa dibilang melonjak kegirangan saat melihat ada banyak anak seumurannya di sana.

Kace bisa memahaminya. Dia telah dijauhkan dari dunia luar selama enam tahun pertama usianya dan tidak memiliki teman, kecuali Lana dan Serefina yang membosankan.

"Ada sesuatu yang bisa aku bantu?" Teredenar suara manis yang menyambut mereka dari sisi kiri Kace saat pemilik suara itu muncul di garis pandangannya. "Aku Ariel, guru di sini dan aku pikir dia akan menjadi murid baruku."

Kace balas tersenyum. Dia adalah seorang wanita muda berusia dua puluhan dan memiliki mata biru muda yang cocok dengan rambut pirang pendeknya, wanita itu juga memiliki lesung pipi di tulang pipi kirinya dan tersenyum sangat manis padanya.

Kace tidak menyukainya, namun dia tetap tersenyum.

Senyuman yang bisa membuat wanita muda itu bedebar dan menurunkan pandangannya untuk menatap Hope.

Sebenarnya dia tertarik dengan sosok Kace. Dengan wajah dan tubuh seperti itu, dirinya tidak akan terkejut jika dia mengatakan dia adalah seorang model.

Gaya acuh tak acuh yang terlihat dari sikap Kace hanya menambah pesonanya, selain mata birunya laut dan rambut hitam panjangnya yang sampai ke bahunya, yang diikat di belakang tengkuknya.

Pada saat ini, Kace terlalu malas untuk memotong rambutnya dan apa lagi, dia menyukai gaya ini karena Hope akan bermain-main dengan rambutnya dan terkadang mengepangnya, itulah salah satu alasan mengapa dia tidak memotongnya.

"Hai, siapa namamu?" Ariel berlutut sehingga dia sejajar dengan Hope.

"Hope." Hope berkata singkat, untuk beberapa alasan dia tidak menyukai guru yang terlalu ramah ini.

"Nama yang bagus." Ariel bertepuk tangan dan hendak mengacak-acak kepalanya, tetapi gadis kecil itu menghindarinya.

"Jangan sentuh rambutku, wolf telah mengepangnya untukku." Kerutan diantara alis Hope semakin dalam saat dia bersembunyi di balik kaki Kace.