Tangan Ariel membeku di udara, namun senyumannya masih terlihat di bibirnya saat dia menangkap kata- kata itu. "Wolf?"
Hope memeluk kaki Kace, tidak ingin guru itu merusak rambutnya. Dia sangat menyukai kepangannya dan Kace tidak selalu ada untuk melakukan ini, sementara Lana tidak pernah melakukannya secantik yang dilakukan oleh Kace dan Serefina…
Serefina sering pergi keluar dan bahkan ketika dia ada, dia akan terlalu sibuk untuk bermain dengan Hope.
"Hahaha…" Kace tertawa dengan garing. Memang Hop tidak memberi tahu orang lain tentang serigala putih, tetapi dia tidak mengubah cara dia memanggilnya. "Itu aku… itu nama panggilanku. Aku minta maaf, tapi dia tidak suka orang menyentuh rambutnya. "
Kace memperbaiki situasi dengan senyum menawannya.
Ariel membalas senyuman Kace dengan manis saat dia menggelengkan kepalanya dan membuat rambut pirangnya bergerak di sisi wajahnya. "Tidak apa- apa, aku bisa mengerti, beberapa anak tidak menyukai hal tertentu. Kau tidak perlu menyesal untuk itu. "
Sebenarnya Kace sama sekali tidak menyesal…
"Aku pikir kita akan menjadi sahabat nanti, iya kan Hope?" Ariel bertanya pada gadis itu, tapi dia menolak untuk melihatnya. Dengan canggung, Ariel mengalihkan perhatiannya kembali ke Kace. "Dan Kau?"
"Aku ..." Kace hendak menjawab, ketika suara Hope menyela.
"Serigalaku." Dia berkata dengan tegas.
Kace tertawa tak berdaya dan membelai wajah gadis itu dengan lembut. "Ya, ya… kau benar." karena itulah yang selalu dia katakan padanya. Dia adalah Serigala- nya.
"Hahaha… dia sangat imut." Ariel tidak memikirkannya dengan serius. "Apakah kau kakaknya?" dia tampak terlalu muda untuk menjadi ayahnya, meskipun mungkin saja dia memilikinya ketika dia masih sangat muda.
"Bisa dibilang begitu." Kace mengangkat bahu, tidak memberikan jawaban pasti kepada wanita muda yang penasaran ini.
"Oh." Ariel tidak tahu bagaimana harus bereaksi atas jawaban Kace dan pada saat yang sama, dia dipanggil oleh rekan gurunya. "Aku pikir aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa di kelas Hope dan… "
Ariel tidak tahu nama Kace kecuali cara Hope memanggilnya, tetapi lelaki itu sepertinya tidak tahu niatnya atau dia pura- pura tidak mengetahuinya.
"Nah, sampai jumpa lagi ..." Ariel tersenyum malu-malu dan berjalan kembali ke arah rekan guru yang memanggilnya.
Begitu Ariel pergi, Kace berlutut dan menatap Hope dengan alis terangkat. "Kenapa kau memperlakukan dia seperti itu? Dia adalah gurumu. "
Meski kelakuan gadis kecil itu membuatnya geli, namun Kace tak ingin Hope mendapat masalah dengan wanita itu. Dia ingin Hope memiliki kehidupan normal, selama mungkin, sebelum semuanya menjadi terlalu kacau untuk dia hadapi.
"Aku tidak suka dia menyentuh rambutku." Hope cemberut saat dia menatap Kace dengan berani. "Aku tidak menyukainya.
Kace harus mengakui bahwa dia juga tidak menyukai guru itu.
==============
Hope berlari menuju satu- satunya orang yang dia kenal, meskipun dia terkejut karena Serefina adalah orang yang menjemputnya setelah hari pertamanya.
Di mana serigalanya? Hope sedang menatap ke belakang Serefina, mencari keberadaan Kace, tetapi dia tidak dapat menemukannya.
"Dia sedang sibuk." Serefina membuka pintu mobil dan membiarkan gadis kecil itu menyelinap ke kursi depan dan memasang sabuk pengaman.
"Apakah dia akan datang untuk makan malam?" Kace telah berjanji padanya untuk bermain dengan serigala putih ketika dia kembali dari sekolah.
"Tidak." Serefina berharap Kace tidak terlalu sering muncul di depan pintunya.
"Apakah dia akan datang besok?" Hope terus bertanya, tetapi Serefina membanting pintu mobil hingga tertutup dan ini membuat gadis kecil itu cemberut.
"Dia berjanji untuk bermain denganku." Suara Hope terdengar ke telinga Serefina saat dia membuka pintu dan duduk di kursinya.
Namun, sebelum dia bisa menjawab pertanyaan menyebalkan dari gadis kecil itu, seseorang mencoba berbicara dengannya.
"Selamat siang, apakah Kau keluarga Hope?" Ariel mendekati Serefina dengan takut-takut, merasa terintimidasi oleh sosok di depan matanya.
Serefina tampak seperti pebisnis wanita yang sangat cantik, sama sekali berbeda dengan pria santai yang mengantarkan Hope pagi ini.
"Iya." Serefina menjawab singkat, dia tidak menyembunyikan ekspresi kesal di wajahnya.
"Oh, nama aku Ariel. Aku adalah guru Hope." Ariel tersenyum pada Serefina. "Aku hanya ingin mendiskusikan sesuatu denganmu tentang Hope."
Awalnya, Ariel ingin bertemu dengan pria misterius itu, tapi sayang sekali ada wali lain yang datang menjemputnya.
"Apa itu?" Serefina bertanya dengan tidak sabar.
Mungkin kita bisa membahas ini di dalam. Ariel memberi isyarat kepada Serefina untuk ikut bersamanya ke ruang kantornya, karena cukup risih berdiri di sana dan membahas masalah ini.
Namun, Serefina tidak bergerak bahkan satu inci pun, dia justru menyilangkan lengannya dengan tidak sabar. "Katakan saja di sini."
Ariel terkejut, tetapi dia segera menyembunyikannya dan mencoba membujuk Serefina lagi. "Maaf, Bu, tapi menurutku kita perlu membicarakan ini secara pribadi." Cara Ariel berbicara terdengar sangat mendesak.
"Aku tidak punya banyak waktu." Serefina melirik arlojinya dan menatapnya lagi dengan ekspresi tidak sabar. "Jika Kau tidak bisa mengatakannya sekarang, kita bisa membahasnya nanti."
Serefina akan selalu menjadi dirinya yang kasar, terutama bagi mereka yang menurutnya tidak pantas untuk diperhatikan.
Di lain sisi, Ariel tampak kesulitan untuk menjelaskan masalah yang sedang dihadapi, tetapi ketika dia melihat Serefina hendak menjalankan mobilnya, dia berbicara dengan tergesa- gesa.
"Bu, tahukah Kau bahwa Hope memiliki teman khayalan?" Ariel berbicara dengan ragu- ragu. Jika itu adalah teman khayalan normal yang dimiliki anak- anak seusianya, dia tidak akan keberatan seperti ini, tetapi perilaku Hope di kelasnya benar- benar mengganggunya.
"Teman khayalan?" Serefina mengangkat alisnya, meskipun dia sudah tahu tentang apa ini.
"Ya, dia bilang dia melihat sesuatu. Maksudku, dia memiliki lebih dari sepuluh teman khayalan dan ... "
Tapi, Serefina memotongnya. "Mungkin kau yang tidak bisa melihat mereka…" Dan dengan itu, Serefina pergi dari tempat parkir, tidak repot- repot berbicara lebih jauh dengan guru wanita tersebut.